Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 147. Apa Kau Yakin?

Share

Part 147. Apa Kau Yakin?

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-16 12:22:33
Tiara jatuh cinta melihat keseriusan Aiman padanya.

"Apa kau tak ragu dengan kalimatmu barusan?" tanya Tiara setelah keduanya hening untuk beberapa saat. Jauh di relung sana, Tiara merasakan desir halus memenuhi rongga dadanya bersamaan dengan detak jantung yang memburu.

Aiman menggeleng pelan dengan bibir tersenyum lembut. Tangannya merogoh saku celananya, meraih kotak kecil yang sedari tadi berada di sana.

"Aku tak memiliki sedikitpun keraguan untuk melamarmu, Ti. Aku yakin kau bisa menjadi istri serta ibu yang baik bagi keturunanku kelak."

Ucapan Aiman terdengar begitu manis di telinga Tiara. Sudah lama ia menginginkan ini, menginginkan Aiman memintanya untuk menjadi istrinya. Namun ia sadar, banyak hal yang harus ia pikirkan kembali sebelum menerima lamaran Aiman padanya.

Aiman membuka kotak cincin di tangannya. Kotak kecil berlapis bahan bludru berwarna marun itu terbuka, menampilkan sebuah cincin emas putih di dalamnya.

Aiman berharap penuh jika Tiara akan menerima perasaann
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 148. Kemarahan Sintia

    Tiara terlihat berpikir sejenak, lalu menjawab. "Minggu besok aku tak ada kegiatan.""Baiklah, aku akan membawamu pada Ibu. Semoga kalian cocok." Aiman tersenyum dengan sedikit canggung. Tangannya perlahan memasukkan kembali cincin di tangannya ke tempatnya. Ada kecewa yang menggurat di hatinya. Namun ia sendiri tak memiliki hak untuk marah, semua murni hak Tiara untuk menerima atau menolaknya. Ia tak ingin memaksa kehendaknya pada perempuan itu, meski Aiman sendiri tau jika Tiara juga memiliki rasa yang sama untuknya. Dua meja dari Aiman dan Tiara berada, seorang laki-laki dan perempuan sibuk memperhatikan keduanya. Bahkan sejak beberapa menit lalu perempuan dengan rambut ikal sebahu itu sibuk membidikkan kamera ponselnya ke arah Aiman dan Tiara tanpa keduanya tahu.*Sintia baru saja beranjak ke kamarnya ketika layar ponselnya menyala. Cepat ia mendekat ke arah benda pipih itu, lalu meraihnya. Perempuan itu semakin merasa sendiri akhir-akhir ini. Jika dulu Tiara kerap menemaniny

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 149. Carilah Penggantinya

    Pulang kantor Aiman tak langsung pulang ke rumahnya, mengingat besok hari minggu dan ia sudah membuat janji pada Tiara untuk bertemu keluarganya. Ia memacu mobilnya menuju rumah orang tuanya. Jalanan kota yang Aiman lalui baru saja diguyur hujan. Tetesan-tetesan kecil bahkan masih terlihat jelas jatuh ke aspal meninggalkan jejak hitam pekat. Beberapa pengendara motor masih mengenakan jas hujan. Ada pula yang terlihat berhenti di sisi jalan untuk melepas jas hujan yang sempat dipakai untuk menghalangi air hujan membasahi pakaian kering mereka. Di tengah perjalanan adzan magrib mengalun merdu bersahut-sahutan dari masjid satu dengan yang lainnya. Aiman memilih menepi untuk melaksanakan kewajiban tiga rakaatnya sebagai hamba, sebagai rasa syukur serta bakti pada Sang Pencipta. Sepuluh menit berselang ia kembali ke mobil. Melanjutkan perjalanannya yang masih tersisa separuhnya lagi. Jarak satu jam perjalanan ia tempuh, hingga mobilnya terparkir di depan rumah orang tuanya. Keadaan ru

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 150. Aku Hanya Ingin Melihat Kau Tersenyum

    Pagi menyapa menggantikan malam. Jam dinding kamar masih menunjukkan pukul 6 pagi. Farid masih setia di atas kasur dalam balutan selimut. Pendingin ruangan menambah suasana sejuk pagi iniini membuat laki-laki itu enggan beranjak. Zia keluar kamar mandi dalam balutan handuk kimono di tubuhnya serta selembar handuk membalut rambut basahnya. "Katanya pengen ngajak jalan santai," sindir Zia saat ia baru saja duduk di depan meja rias. Tangannya sibuk meremas-remas rambut dalam balutan handuk putih itu agar segera kering. "Mama bilang kurang baik kalau lagi hamil muda banyak olahraga. Kalau mau, kita duduk santai di taman aja, ya. Nanti kalau udah trimester tiga Abang temenin olahraga tiap hari." Farid tersenyum lembut. Zia terdiam sesaat lalu mengangguk pelan. Farid bangkit dari baringnya. Mendekat ke arah Zia dengan duduk di sisi ranjang persis di samping Zia. "Kecewa?" tanya Farid lembut seraya menyentuh pundak sang istri. Zia menoleh pada Farid. Tangannya seketika berhenti mengeri

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 151. Bertemu Calon Mertua

    "Jangan khawatir, insya Allah dia tak seburuk Sintia. Bahkan dia yang sudah menyampaikan niat buruk Sintia seminggu lalu agar aku lebih berhati-hati pada perempuan itu."Farid mengembus napas panjang. Bagaimana pun jika itu berhubungan dengan Sintia ia merasa cemas. Dalam pandangannya, Sintia perempuan nekad. Terlihat saat perempuan itu dengan beraninya hendak menyerang Zia saat di mini market waktu itu. Farid menyentuh lembut kedua pundak sang istri. Menatap lekat wajah cantik yang kini terlihat sangat natural karena tanpa polesan make up sedikit pun. "Kau memang harus lebih hati-hati dengan perempuan itu, Zi. Abang nggak mau terjadi sesuatu dengan istri dan calon anak Abang. Bila kau mengizinkan, Abang ingin menyewa satu atau dua orang bodyguard buat menjagamu selagi Abang tak di rumah."Zia tak langsung menjawab, ia menoleh ke arah meja rias, mengambil sisir rambut yang tegeletak di sana. Pelan tangannya mulai menyisir rambut sepunggung berwarna pekat miliknya. "Di sini 'kan uda

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 152. Sesal Itu Masih Terasa

    Beberapa saat Aiman hanya tersenyum sambil menatap wajah tegang Tiara. "Ada yang lucu?" Tiara menautkan alis. Sesaat kemudian ia menepuk-nepuk pelan wajahnya dengan tisu. "Kau terlihat tegang," ucap Aiman dengan senyum tetap menghiasi bibirnya, senyum yang membuat Tiara sulit untuk menjauh darinya. "Entahlah, aku merasa sedikit tegang untuk bertemu ibumu."Aiman tertawa pelan. Ia merasa terhibur melihat wajah Tiara yang kini berkeringat. "Kau cantik saat tegang seperti sekarang," godanya dengan kekehan pelan. "Kau berusaha menghiburku?" tanya Tiara dengan menaikkan alis. "Tidak juga. Kau memang terlihat cantik dan menggemaskan sekarang. Tak seperti biasanya, terlihat tenang dan keibuan membuatmu tak semenggemaskan sekarang." Tiara memanyunkan bibirnya, membuat Aiman kembali terkekeh. "Apa aku harus turun lagi untuk mandi kembali?" sindir Tiara karena merasa mobil Aiman tak kunjung beranjak. "Iya, iya, kita berangkat sekarang, Nyonya." Aiman tertawa cukup keras membuat wajah t

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 153. Tak Seperti Kau Bayangkan

    Tebakan itu bukan tanpa alasan. Melihat sesal yang ditampilkan Aiman dulu serta tanggapan keluarga laki-laki itu membuat Tiara menyimpulkan jika semua terjadi karena Zia begitu spesial di hati mereka, termasuk Aiman. "Begitulah. Awalnya Ibu bahkan sempat mogok makan beberapa hari saking marahnya terhadap keputusan sepihakku. Bahkan sehari setelah Zia menikah Ibu terlihat murung seharian. Aku menjadi merasa sangat berdosa melihatnya."Aiman lagi-lagi terlihat menghela napas panjang. Ia tengah berusaha mengenyahkan rasa tak nyaman yang semakin kentara di relung sana."Aku berharap kau tak berkecil hati. Sekarang Ibu sudah terbiasa tanpa Zia. Dan aku berharap kau bisa menggantikan posisi Zia di hati Ibu."Aiman melirik sekilas ke arah Tiara dengan senyum lembut. Harapannya begitu besar terhadap Tiara, meski jauh di relung sana ia paham jika Tiara bukanlah Zia. Tiara tersenyum getir. Ia sendiri merasa jika dirinya begitu jauh berbeda dengan Zia. Hanya saja sudut hatinya begitu kuat memi

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 154. Terasa Begitu Hangat

    Beberapa saat ketiganya berbincang hangat hingga akhirnya Aiman izin ke kamar dengan alasan ingin mengambil laptop miliknya untuk dimasukan ke mobil karena takut ketinggalan. Kini tinggallah Tiara dan ibu Ana. Tiara masih terlihat sedikit canggung. Namun, ibu Ana dengan keramahannya berusaha membuat Tiara senyaman mungkin. "Kenal Aiman sejak kapan?" tanya ibu Ana lembut. "Kurang lebih tiga bulan lalu, Bu," jawab Tiara dengan senyum masih terus mengembang. Ibu Ana mengangguk pelan. Detik ini ia membenarkan kalimat Aiman semalam. Menurutnya Tiara tak memiliki kesan buruk pada pertemuan pertama mereka. Tiara bahkan nampak begitu santun. "Apa kau tau jika Aiman sudah pernah 2 kali menikah?" tanya ibu Ana lagi. Beliau tak ingin ada yang ditutupi dari Aiman. Dan hanya ingin Tiara menerima Aiman setelah mengetahui kurang dan lebih anak sulungnya itu. "Sudah, Bu. Bahkan aku lebih dulu mengenal kisahnya daripada orangnya," aku Tiara jujur. Ibu Ana menatap heran pada Tiara. "Maksudmu?""

    Last Updated : 2022-07-16
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 155. Rasa Nyaman

    Rindu itu kian terasa, rindu pada perempuan yang dulu selalu menghadiahinya pelukan hangat serta kecupan lembut saat akan dan setelah bangun dari tidurnya. "Terima kasih, Bu. Terima kasih sudah sedemikian baik pada Tiara meski kita baru pertama kali bertemu." Tiara berucap dengan suara bergetar. Sesaat kemudian bulir bening menitik lembut di pipinya, menghangat di wajahnya, hingga Tiara harus menundukkan kepalanya demi menghalau air matanya dari pandangan ibu Ana. Suasana haru begitu pekat terasa di hati keduanya. Ibu Ana bangkit dari duduknya, mendekat ke arah Tiara. Lembut tangannya mengusap bahu hingga punggung Tiara. Rindunya pada kehadiran anak perempuan membuat ibu Ana merasa ingin dekat dengan sosok Tiara. "Maaf jika Ibu membuatmu bersedih. Yang pasti pada akhirnya kita pun akan mengalami hal serupa cepat atau lambat. Cukup tunjukkan bakti sebagai anak, insya Allah hati akan menemukan ketenangan."Kalimat ibu Ana semakin membuat Tiara terharu. Kedua tangannya menangkup di w

    Last Updated : 2022-07-16

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status