Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 105. Patah Hati Terberat

Share

Part 105. Patah Hati Terberat

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-14 22:33:11

Tiara bergeming. Entah sejak kapan ia merasa tak nyaman saat Sintia membahas tentang Aiman padanya. Yang pasti, ada rasa tak rela di hatinya, jika laki-laki baik itu kembali pada Sintia setelah berkali-kali Sintia mengkhianatinya.

"Apa kau yakin Aiman akan kembali padamu, Sin?" tanya Tiara memberanikan diri. Ia berniat menyadarkan Sintia dari permintaannya yang berlebihan. Ya, sangat berlebihan menurut Tiara, di mana berkali-kali ia menyakiti hati laki-laki itu dan kini ia berkeinginan untuk kembali.

"Apa salahnya aku berharap, Ti. Mungkin saja 'kan, Bang Aiman bersedia," ucap Sintia dengan wajah memelas. Tiara terlihat menghela napas dalam.

"Baiklah, akan aku coba, Sin," ucapnya pasrah.

*

Cahaya matahari kian menguning ketika Aiman keluar dari masjid usai melaksanakan shalat ashar tadi. Sejak kalimat talak diucapkannya di hadapan Sintia malam itu, Aiman lebih rajin shalat berjamaah di masjid. Terlebih ketika rasa sesalnya atas kepergian Zia semakin mengukung jiwanya.

Laki-laki i
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 106. Tak Ada Lagi Cinta Untuknya

    Malam merayap meninggalkan terang sinar matahari menggantikannya dengan redupnya cahaya rembulan bersamaan angin dingin yang mulai bergerak pelan. Aiman menempati janjinya, selepas isya ia melajukan kendaraan roda empat warna putih miliknua menuju tempat yang ia dan Tiara sepakati untuk bertemu. Tak butuh waktu lama, dalam lima belas menit Aiman sudah memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe yang berada di tengah kota. Cafe dengan konsep out door itu terlihat nampak ramai oleh pengunjung.Aiman berjalan menjejaki paving block yang tersusun rapi di pelatara cafe. Matanya menyapu ke semua sudut mencari sosok Tiara dalam keremangan cahaya lampu yang berjajar di di bawah sinar rembulan. Di sana, di sudut kanan di meja 14, Tiara tengah menatap lurus layar ponselnya. Perempuan itu cukup cantik, tapi hingga usianya menginjak 24 tahun ia masih betah dengan kesendiriannya. Bukan, bukan karena ia tak tertarik dengan lawan jenis, melainkan ia tak terlalu suka pacaran ala anak muda zaman sekara

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 107. Apa Alasanmu Melakukannya?

    "Maaf, tujuanku bukan untuk membuatmu membenci Sintia. Aku hanya tak ingin kau kembali merasakan sakit yang lebih dalam lagi. Dan kuharap kau tak mengatakan ini pada Sintia.""Jangan khawatir," jawab Aiman meyakinkan. "Ya, Sintia selalu bersikap sebiasa mungkin di hadapanmu, tapi sangat tak bersahabat ketika bersama Zia," ucap Tiara. Sudut hatinya merasa tak nyaman untuk membicarakan keburukan Sintia pada mantan suaminya itu, tapi sudut lain memintanya untuk jujur. Aiman menggeleng pelan. Sintai benar-benar telah menghancurkan hidupnya. "Bahkan tentang rumahnya yang katanya kemalingan dulu, sebenarnya itu tak pernah terjadi. Itu hanya alasan Sintia supaya kau luluh dan membiarkannya untuk tinggal bersama kalian. Dan Sintia menemukan celah untuk menyingkirkan Zia dari hidupmu."Aiman lagi-lagi menggeleng pelan. Fakta tentang Sintia yang baru ia ketahui sekarang membuat rasa bencinya pada Sintia semakin tersulut dan rasa bersalahnya pada Zia semakin menggunung. Ingatannya kembali pa

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 108. Ambil Hakmu Atasku

    Dua kali Aiman menjenguk Sintia di rumah sakit. Dapat ia rasakan sepeduli apa Tiara terhadap Sintia. Bahkan yang Aiman rasakan, Tiara tak ubah seperti seorang adik merawat kakaknya, atau sebaliknya. Tiara terdiam beberapa saat. Pertanyaan Aiman membuatnya menghela napas panjang. "Sintia sebatang kara, dan aku tak jauh lebih baik darinya. Aku masih memiliki ayah, meski pada kenyataannya seperti tak memiliki siapa-siapa. Itu lah alasanku berlaku demikian terhadap Sintia. Aku sangat paham bagaimana rasanya hidup sendiri tanpa ada yang bisa diandalkan." Tiara tersenyum kecut. Bayangan sang Ayah yang sibuk dengan keluarga barunya membuat hatinya sedikit nyeri. "Maksudmu?" tanya Aiman sedikit tak paham. "Ibuku meninggal saat aku masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Tak lama setelah Ibu meninggal, ayahku menikah lagi dan sekarang hidup bahagia dengan keluarga barunya." Tiara tersenyum getir. Aiman tercekat. Tak ia sangka jika perempuan di hadapannya itu juga tidak sebaik dan sebahagia

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 109. Surga Dunia di Malam Pengantin

    "Lakukan saja apa yang menjadi hak Abang atasku, aku tak memiliki alasan untuk merasa keberatan sedikit pun," ucap Zia dengan wajah merona. Farid tersenyum lembut. Mata laki-laki itu berbinar bahagia. Kalimat yang baru saja Zia ucapkan berhasil membuat gairahnya sebagai laki-laki dewasa semakin menggebu. "Kau yakin, Zi?" tanya Farid meyakinkan, pelan ia labuhkan kecupan lembut di kening Zia, tempat pelampiasan rindu tertahannya sejak siang tadi. Farid bahkan belum berani mengunjungi tempat lain sebagai sasaran selanjutnya. Seolah mendapat dorongan kuat dari dalam sana, tanpa aba-aba Farid mengangkat tubuh Zia hingga dalam posisi berbaring di ranjang. Dengan gerakan perlahan laki-laki itu merapatkan tubuhnya mendekat tubuh Zia. Zia mengangguk pelan dengan senyum lembut terlukis di bibir tipisnya. Dapat ia rasakan deru napas memburu menerpa wajahnya, napas yang tak mampu lagi menahan hasrat kelelakiannya. Pelan kecupan hangat mendarat di pucuk kepala Zia, sehangat hati keduanya sa

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 110. Apa Alasanmu Memilihku?

    Mama nggak akan mempermasalahkan hal sesepele ini," ucap Farid seraya membawa Zia dalam dekapannya. Zia hanya menanggapi dengan senyum lembut seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Farid. "Sudah laper?" tanya Farid dengan dagu ia letakkan di pucuk kepala Zia. "Bentar lagi aja. Abang udah laper?" Zia balik bertanya. "Masih betah peluk istri Abang," jawab Farid dengan tawa renyah seraya mengeratkan pelukannya di tubuh istrinya. "Apa alasan Abang memilih Zia?" tanya Zia pelan. Pertanyaan yang Ia sendiri tak pernah terpikir sebelumnya. Farid merenggangkan pelukan di tubuh Zia, matanya menatap tepat pada mata teduh Zia. "Semua berawal dari rasa kagum, Zi." Farid memulai kalimatnya dengan suara pelan. "Saat Abang mengantarmu untuk pertama kalinya dan waktu itu melihat suamimu bersama perempuan itu, detik itu lah rasa kagum itu muncul. Abang tak pernah melihat perempuan seteguh dirimu sebelumnya." Farid terdiam sejenak, tangannya sibuk merapikan anak rambut yang menutupi wajah ca

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 111. Dia Memintamu Kembali

    Usai melaksanakan dua rakaat ba'da dzuhur ia bangkit menuju pintu ke luar. Dari lantai dua seorang perempuan dengan kemeja khas kantoran berwarna abu gelap serta pashmina hitam menutupi kepalanya berjalan mendekat. "Sering shalat di sini juga?" tanya perempuan itu tanpa menoleh pada Aiman saat keduanya berjalan beriringan menuju deretan mobil yang terparkir di sisi kiri jalan. Aiman seketika menoleh, setelah mendengar suara yang ia rasa kenal. "Eh, iya, Ti. Kamu?" Aiman balik bertanya seraya menghentikan langkah ketika keduanya semakin mendekati mobil Aiman, sedangkan mobil Tiara terparkir di sisi kanan jalan. "Nggak terlalu sering. Kalau lagi banyak pikiran aja," jawab Tiara setelah melirik sekilas laki-laki di sampingnya. "Banyak pikiran?" tanya Aiman tergelitik untuk bertanya. Tiara menghela napas dalam. Menatap satu persatu jamaah yang beranjak meninggalkan rumah ibadah di belakangnya. "Begitulah," jawab Tiara singkat dengan menaikkan bahu dengan senyum, menyisakan rasa pe

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 112. Selalu Rindu

    "Tentang sikap Sintia yang ingin menyingkirkan Zia dulu," jawab Aiman dengan gurat sedih bercampur kesal, kesal karena baru tahu semuanya setelah Zia menikah dengan laki-laki lain. Tiara tersenyum tipis. "Apa kau pikir tidak aneh, ketika aku yang hanya mengenal kalian lewat cerita Sintia, tau-tau mencarimu dan mengatakan banyak hal buruk tentang Sintia padamu? Apa kau akan percaya, ketika ada orang asing yang kau sendiri tak kenal datang, lalu menceritakan keburukan istrimu yang kau sendiri tak pernah melihatnya berbuat demikian?" Tiara berucap tanpa menatap lawan bicaranya. Ia merasa lebih bebas mengutarakan alasannya dengan tanpa melihat wajah Aiman. "Kau sendiri tahu, aku bahkan baru memiliki nomor ponselmu setelah Sintia kecelakaan dan kita bertemu pun sehari setelah Sintia dirawat.""Atau kau pikir, aku akan mencari tau tentang Zia dan memintanya memperjuangkan rumah tangganya denganmu? Kukira, berbagi suami bagi kebanyakan perempuan bukanlah hal mudah. Dan ketika hati perem

    Last Updated : 2022-07-14
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 113. Boleh Aku Minta Sesuatu?

    "Kita berhenti sebentar dekat butik yang biasa Fira kunjungi di depan ya," ucap Farid seraya mulai melajukan kendaraannya di jalan raya. "Abang mau ngapain?" tanya Zia dengan alis bertaut. Yang ia tahu butik yang Farid maksud berisi pakaian muslimah dengan harga lumayan. "Pengen ngajakin istri Abang jajan." Farid berucap enteng dengan senyum mengembang. "Baju-baju Zia udah banyak, Bang. Bahkan hantaran waktu kita nikah masih ada yang sama sekali belum dipakai," ucap Zia menolak dengan lembut. "Boleh kali ini Abang yang milih? Bukankah semenjak nikah Abang belum pernah membelikannya untukmu?" Farid menggenggam lembut jemari berkulit halus itu. "Bukan nggak pengen sebenarnya, cuma Zia nggak mau mubadzir. Bukankah semua yang kita miliki sekarang akan dipertanyakan kelak," jawab Zia pelan.Farid terdiam. Kalimat Zia barusan mampu membuat hatinya tercubit. Bagaimana dengan dirinya. Ya, ia sendiri begitu mudah membeli apa saja yang ia inginkan tanpa memikirkan jika semua itu akan ada pe

    Last Updated : 2022-07-14

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status