Share

100

Aku membanting ponselku ketika Mas Hasan sengaja memprovokasiku lewat telepon. Suara isakan tangis dari ruang tengah membuatku membuka pintu kamar. Di sana, di sofa itu, ibu Mas Fahry terlihat mengangis terisak-isak. Kurasa ia begitu menglhawatirkan Khanza, cucu kesayangannya. Rasa bersalah seketika memenuhi dadaku, jika benar Mas Hasan yang telah menculik Khanza, maka bagaimana pun aku adalah penyebabnya. Mas Fahry dan Tania sendiri belum terlihat, padahal tadinya kupikir mereka akan segera pulang dari Bali begitu mendengar berita mengenai hilangnya Khanza.

Sosok wanita tua renta yang sedang menangis itu sungguh membuatku merasa sangat bersalah. Ibu Mas Fahry adalah satu-satunya orang yang terlihat tulus menerima kehadiranku di rumah ini. Tania dan Mas Fahry sendiri terkesan sangat cuek dan tak pernah menganggapku ada. Perlakuan dan perhatian Ibu Mas Fahry selalu mengingatkanku pada ibuku.

Perlahan kuhampiri beliau.

“Ibu istirahat dulu, ya,” ucapku ragu.

Ibu menoleh padaku.

“Tidak, N
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status