Memasuki bulan Sya’ban. Pak Tegar telah berhenti menjadi tukang kebun kami belum lama ini karena alasan kesehatan. Ia lebih memilih mengelola sawit dan tinggal di sebuah desa di Sungai Bahar, Muaro Jambi.Malam itu saat berada di kamar bunda, Lov mendapat telepon dari istri Pak Tegar, ibu tirinya. Ibu tirinya itu memberi kabar kalau Pak Tegar sakit dadanya sejak tadi siang dan tak kunjung hilang. Aku dan Bunda saling pandang, melihat Lov mengangkat telepon lalu wajahnya pucat. Ada takut yang menyusup dalam dirinya.“Bun, Bunda,” ujar Lov setelah menerima telepon dari ibu tirinya itu, “Bapak Cinta sakit, Bun. Boleh Cinta izin pulang dan membawanya ke rumah sakit?”“Boleh, tapi ada syaratnya.”“Apa syaratnya, Bun?”“Kamu di antar Rama. Bunda juga ikut. Bagaimana pun Bapak kamu sudah lama bekerja dengan kami, kalau ada apa-apa, kami berhak ikut membantu.”Lov berpikir sejenak, menatap lantai.“Nggak merepotkan, Bun?” Lov agak ragu.“Ayo, Ram, siap-siap. Kita antar Lov dan membawa Pak Teg
SUARA Diko yang nyaring karena senang malam itu mengingatkanku kepada ayahnya, Brian. Sudah masuk dalam catatanku bahwa mayat di makamnya bukanlah mayatnya.Maka dari itu, penglihatan Cinta yang menangkap pandang Brian di sebuah gudang tua yang digunakan untuk berkumpulnya komplotan mereka, yang mengindikasikan ada keterlibatan penjualan narkoba, itu benar. Bisa jadi Lov tak bohong.Kemudian saat ingatanku masih liar, suara teriakan seorang wanita terdengar."Aaa!" teriaknya. Sontak semua pasang mata menoleh padanya. Wanita itu memegang minuman, namun tangannya seperti kaku tak dapat bergerak. Perlahan gelas minuman itu meluruh dari genggamannya, jatuh dan tumpah di atas lantai. Wanita itu tak lain adalah Sonar, salah satu karyawan di Lovamedia.Plang! Suara gelas menggelinding di lantai tersandung kakinya. Tubuhnya gemetar dan tangannya lunglai."Tanganku," keluhnya."Ada apa, Nar?" Cinta mendekatinya dan cepat memegang tangan yanh tiada daya itu."Tak dapat bergerak. Kaku." Sonar m
[Malam, Pak. Maaf mengganggu waktu tidurnya. Saya hanya ingin memberi kabar bahwa Sonar sudah ditangani dokter. Namun dokter bilang itu belum pernah terjadi sebelumnya. Berita baiknya, Sonar sudah dibawa pulang oleh keluarga]Dari Kasih. Masuk pukul 23.37.[Salam, Pak. Sonar sudah dibawa pulang oleh pihak keluarga. Sakitnya nggak diketahui apa, tapi dia baik-baik aja, kok. Administrasi sudah beres. Menggunakan BP*S dan asuransi] Pesan yang sama.Pagi akhir pekan itu aku akan menemui Sonar, juga Lunar. Untungnya, Lov pernah berkunjung ke rumah mereka kemarin. Jadi langsung saja kuajak istriku itu untuk berangkat ke rumah sonar. namun tiba-tiba saja cinta melakukan hal yang tak biasa."Lov, kamu dandan?" tanyaku saat melihat ia mencatut diri di depan cermin. Padahal biasanya ia hanya menggunakan make up tipis."Iya, Mas," jawabnya santai tanpa menoleh ke arahk."Tumben-tumbenan.""Biar lebih kelihatan aja, Mas.""Kelihatan apa?""Ya kelihatan seperti istri direktur.""Emangnya selama i
MAS RAMA kembali memasuki rumah Nenek Jum dan duduk bersila di sampingku setelah menerima telepon dari Pak Solomon, seorang dekan yang sempat hampir melecehkanku beberapa waktu silam. Lunar dan Sonar tak lama kemudian menyusul dan ikut duduk pula bersama kami.Suasana rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan itu terasa sejuk. Angin segar bertiup lembut dari jendela dan pintu yang terbuka. Suara kicauan burung dan hewan-hewan pohon seperti tupai, serangga, dan lainnya, terdengar seperti orchestra yang harmoni.“Aaah, akhirnya tangan ini udah mulai bisa digerakkan. Udah mulai hilang kebasnya,” tandas Sonar dengan ekspresi lega dan menyungging senyum, menggerakkan tangan dan memutar-mutar bagian lengan atas.Nenek tersenyum tipis sambil menyipitkan mata. Jempolnya kemudian terangkat di depan wajah.“Oh ya, Nek, orang yang beli ramuan bius itu juga beli penawarnya?” lanjut Mas Rama bertanya penuh selidik, sudah seperti detektif saja yang kerjaannya menginterogasi para suspek.Nenek hany
“Baik, Mas.” Kubaca berita mengenai Mas Rama itu dengan seksama. Ternyata itu menceritakan kejadian dimana Mas Rama menolongku yang ditampar Rinaldi setelah pertunangan Kasih. Mas Rama memang hampir menghempaskan batu sebesar kepala ke wajah Rinaldi, tapi itu bukan niat membunah, hanya menggertak saja. Satu berita kupahami, berita lain muncul dan langsung kulibas pula. “Istri Panorama Angkasa Menghilang Tanpa Jejak, Membuat Ia Gila.” Berita yang sangat mengusik telingaku jika dibaca dari judulnya. Saat kubaca sampai selesai, ternyata apa yang diceritakan lebih menohok lagi dan membuatku geram. Berita itu menuduh Mas Rama sudah tak waras dan putus asa serta depresi sehingga muncul di acara TV lokal program Find Your Love. Serta mengadakan sayembara semu.“Rama Corporation Diprediksi Failed, Investor Kabur, Saham Anjlok.” Berita yang seperti dibuat-buat agar apa yang diceritakan benar-benar terjadi. Menciptakan perspektif pada publik dan pemegang saham untuk menghancurkan kepercayaan m
MATAHARI berpijar sempurna, memancarkan ultraviolet yang maksimal diserap oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Daun-daun pohon di depan rumah menari-nari dimainkan angin. Bilamana sudah kuning ia akan menggugurkan diri secara jantan. Netraku yang menerawang ke taman itu menangkap Tara yang berjalan tertatih dituntun Rendra. “Maafkan saya karena tidak bisa menjaga Bu Tara dengan baik, Pak.” Rendra meminta maaf pada Mas Rama sekali lagi. Mas Rama hanya mengibaskan tangan pelan. Ia tahu Rendra adalah tipe perfeksionis yang tak mungkin lalai. Kalau ia bicara seperti itu berarti semua sudah diluar batas kemampuannya.“Udah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku Bu Tara. Bisa nggak?” Tara mengeluh lagi pada hal yang sama sejak tadi. Rendra masih menatap datar hingga mengangguk pelan. “Baik, Non Tara.”Tara langsung menjejakkan kaki ke lantai. “Nggak ngerti amat sih. Payah,” umpatnya. “Auuu, sakiiit.” Tara memegangi pergelangan kakinya.Rendra yang disindir Tara sama sekali tak mengubah
“Untuk media sosial, saya akan buat video klarifikasi. Tolong kirim ke semua akun berita,” terus Mas Rama. Setya mengerti dan cepat mencatatnya.“Untuk tim penyelidikan, harus lebih berhati-hati. Penyamaran harus lebih sempurna lagi. Saya mau informasinya langsung dikirim ke ponsel saya.” Pandang Mas Rama beralih ke salah satu lelaki yang berbadan kekar. “Cari istrinya Brian dan minta keterangan darinya. Cari pula siapa yang berkontak dengan Nenek Jum dan siapa yang membeli ramuan bius itu.”“Untuk Bu Meri, berhati-hati baik di rumah atau saat keluar belanja. Kalau bisa semua aktivitas ART lebih dikontrol lagi. Libur lebaran harus bergantian, jangan sampai ada hari dimana rumah kosong. Ini berlaku juga untuk para penjaga. Libur bergantian.”“Siap, Pak Rama,” jawab beberapa orang hampir serentak.“Terakhir, Dennis, saya minta hubungi beberapa mekanik untuk mobil, harus check sebelum dipakai. Saya tidak mau ada yang menyabotase. Jangan sampai ada rem blong atau apalah seperti di sinetro
MAS RAMA terpaksa melepas sebagian besar saham Rama Corporation dengan harga jatuh. Pak De Andre kembali mendesak saat malam takbir berkumandang dari segala penjuru. Tak disangka, esok saat hari kemenangan idul fitri, Mas Rama harus rela merasakan kehilangan. Meskipun begitu, Bunda Syandi terus menguatkan anaknya itu kalau harta ialah sepenuhnya hak prerogatif Tuhan.Pagi yang cerah membuat orang-orang begitu antusias untuk melaksanakan shalat idul fitri di masjid perumahan. Kami shalat di rumah karena alasan keamanan.Setelah shalat, aku dan Mas Rama mengunjungi rumah Bapak di kampung, dikawal beberapa lelaki. Kami selanjutnya mengunjungi Ibu pula di rumahnya, bertemu dengan Kasih, Rindu dan Mas Bagus.***Siangnya,Sebenarnya Mas Rama tidak mau menerima tamu di rumah lebaran kali ini. Namun Bunda Syandi tetap meminta untuk mengizinkan tamu datang. Pastinya yang datang paling awal adalah ibu-ibu perumahan sebelah. Mereka selalu seperti rebutan untuk datang lebih dulu, karena biasany