Share

40. Sebuah Rencana

UDARA kota Jambi siang itu sejuk. Gumpalan abu-abu raksasa masih menghalangi sang mentari di panorama langit. Namun tak sampai satu menit kemudian awan kelabu itu berubah gelap. Mendung, awan kumulonimbus mengambil alih. Petir menggelegar sesekali. Kilat bersambaran di ufuk barat.

Rendra mengingatkan untuk sangat berhati-hati karena Robert membawa pasukan bergerak mencariku. Karena itulah Mas Rama langsung mengajakku pulang. Namun belum sempat kami melangkah, rombongan lelaki dengan kayu dan tongkat di tangan mereka mengepung di tiap ujung jembatan membuat kami terdesak.

“Mas, aku takut.” Aku memegang lengan Mas Rama melihat rombongan lelaki itu.

“Tenang, Lov. Aku juga takut. Jadi kamu nggak takut sendirian.”

“Mas, bukan saatnya bercanda!”

“Baca doa yang biasanya, Lov.”

“Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihii syaiun fil ardhi walaa fis samaa’ wahuwas sami’un aliim. La haula walaa quwwata illa billah,” lirihku berdoa pada Yang Maha Kuasa, “tolong selamatkan kami ya Rabb. Berikan kea
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status