Beranda / Urban / AKU MEMBUNUH IPARKU / BAB 31 LILY PINGSAN

Share

BAB 31 LILY PINGSAN

Penulis: Lailatun H
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Oh iya, mobil yang nabrak Leang bagaimana ceritanya?" Tanya Ayah.

"Mereka ikut mengantar ke rumah sakit, tapi karena situasinya tidak kondusif, mereka juga tidak berani bicara apa-apa saat itu. Pak Syam yang menyampaikan pada mereka untuk datang lagi jika masalah sudah agak reda. Pak Syam juga sudah meminta foto KTP pengemudinya," jawab Nandean.

"Tapi mereka belum pernah datang ke rumah sakit?" Tanya kakakku.

"Kami memang minta kepada petugas agar selain keluarga tidak diizinkan menjenguk Leang," jawabku.

"Pertimbangannya, kalau mereka bertemu dengan keluarga Bapak Leang dikhawatirkan akan ada perdebatan tentang tuntut menuntut tanggungjawab. Padahal jika diruntut masalahnya, kita juga ada salah dalam kejadian itu. Di depan rumah jalan besar, kok buka pagar lebar-lebar padahal ada anak kecil yang berlarian," lanjutku.

"Kami beranggapan yang menjadi prioritas saat itu adalah keselamatan Leang. Masalah mobil yang menabrak bisa diurus belakangan." Nandean

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 32 MENCARIKAN JODOH

    Keesokan paginya, usai sholat subuh Nandean langsung ke rumah sakit. Kembali lagi ketika kami sedang bersiap sarapan."Bagaimana?" Tanyaku.Ia mendengus kesal."Biasa saja. Kepleset sedikit, ada cleaning service sedang membersihkan lorong, dia berjalan cepat-cepat. Sudah diingatkan lantai masih basah tapi dia tak mau mendengar. Saat jatuh dia sempat menjerit, kemudian langsung terbaring di lantai. Dugaan sementara ya pura-pura pingsan saja. Sebab saat dokter datang memeriksa, tidak ditemukan gejala apa pun, bahkan matanya masih bergetar-getar sambil terpejam." Gerutu Nandean.Aku tersenyum geli. Apa lagi Lily ini, pikirku."Terus?" Lanjutku."Dibaringkan disamping tempat tidur Marry. Semalam tidur disana." Kata Nandean.Aku menghela nafas.Lily memang cuma cari perhatian."Lucunya lagi ada, dia minta aku membayar biaya rumah sakit kalau dia dirawat," ujar Nandean.Aku mengerutkan kening."Kubilang saja, kalau un

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 33 PERUBAHAN

    Nandean setiap sore berkunjung ke rumah sakit, memantau perkembangan kondisi Marry. Dari waktu ke waktu kondisinya terus membaik. Aku menyerahkan uang bantuan keluargaku kepada Bapak melalui Nandean. Bapak berkeras menolak, bahkan meminta Nandean untuk memasukkan uang itu ke rekening tabunganku dan berpesan agar uang itu suatu saat bisa digunakan untuk kebutuhan Leang. Hari ke-limabelas setelah dirawat, Marry diizinkan pulang dan menjalani perawatan lanjutan di rumah. Aku menjenguknya ke rumah mertuaku. Leang kuajak serta. Mereka berkumpul semua. Mama memasak banyak sekali. Kebiasaan di rumah mertuaku, jika ada yang baru sembuh dari sakit mereka akan mengadakan acara makan bersama. Bapak memimpin doa, mengucap syukur atas kesembuhan anak dan cucunya serta memohon agar kejadian beberapa hari lalu tidak terulang kembali dalam keluarga kami. Bapak menangis dalam doanya demikian juga Mama dan Marry. Leang kuajak mendekati Marry, menyala

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 34 TAMU

    Tiga hari setelah berkumpul di rumah mertuaku, Bapak dan Mama mengunjungi kami, menjenguk Leang. Perkembangan kondisi kesehatan Leang sangat pesat, ia cepat sekali membaik.Bapak dan Mama juga menyampaikan rencana kedatangan "tamu" Lily. Kami bertukar pendapat, apakah cukup kami sekeluarga yang menyambut atau melibatkan keluarga besar semarga.Mempertimbangkan bahwa kami belum mengenal "tamu" tersebut, Nandean menyarankan agar sambutan cukup dari keluarga besar kami saja, tidak perlu melibatkan kerabat semarga. Jika sudah terjadi kesepakatan tentang maksud dan tujuan "tamu" tersebut barulah Bapak menghubungi kerabat semarga untuk membicarakan rencana penyelenggaraan acara selanjutnya. Bapak dan Mama setuju.Mengingat Leang masih dalam masa pemulihan meskipun kondisinya sudah sehat, Mama menyarankan aku hadir pada hari "H" saja. Tidak perlu repot membantu acara persiapan. Permintaan Lily untuk menggunakan jasa catering dalam acara ini dikabulkan Bapak dan Ma

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 35 HARI YANG DITUNGGU

    "Tidak percuma aku jadi menantu Mama dan Bapak," imbuhku."Tidak percuma Mama membesarkan kamu semua," tanggap Bapak.Kami tertawa kecil.Wajah Bapak tampak lebih cerah."Itu sebabnya saya dan Mamamu tidak pernah melarang-larang kalian mencari pasangan dari suku mana saja. Biar tambah banyak pengalaman saya menghadapi orang-orang ini. Semakin banyak kita menghadapi orang yang berbeda, semakin bertambah pengetahuan kita tentang bagaimana menyikapi orang-orang di sekeliling. Orang-orang dari bangsa dan suku mana pun sama, ada yang baik ada yang buruk. Tak bisa kita kelompokkan satu bangsa atau satu suku lebih baik dan kelompok lainnya buruk," ujar Bapak."Calon tamu kak Lily orang mana, pak?" Tanyaku.Bapak menyebutkan sebuah kabupaten dari salah satu provinsi di negeri ini. Masih satu provinsi dengan daerah asal Bapak dan Mama."Semoga sajalah ini benar-benar jadi jodoh si Lily," gumam Bapak.Kami mengaminkan.###Handphone-ku

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 36 LAMARAN

    "Jadi tidak dikembalikan tidak apa-apa?" tanya Lily."Tidak apa-apa. Aku yang tanggungjawab. Naya ikhlas kan, Nay?" Nandean mengedipkan mata padaku."Iya, ambil saja. Nanti kalau ada rezeki kami beli lagi," jawabku."Tapi janji, jangan dijual ya!" kata Nandean."Walaupun kalian tidak punya uang sama sekali, barang ini jangan dijual," tegas Nandean."Iyaaa, " jawab mereka serempak."Naura, Anggun, Marry, Rossy, nanti kubawakan lagi. Di rumah masih banyak," janji Nandean. Senyum terkulum di bibirnya."Naya tidak marah, Nay?" tanya Anggun.Aku menggeleng."Yang penting kalian bahagia," jawabku santai.Aku mengambil sebentuk gelang dan kalung, lalu kuberikan kepada Marry."Terimakasih," katanya, tanpa berani menatap wajahku. Tapi kulihat bibirnya mengulas senyum.Sebenarnya mungkin dia baik hati, tapi aku tak pandai mengambil hatinya. Saat tinggal disini dulu aku tak pernah mengajaknya bicara, apalagi memberikan ben

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 37 FAKTA BARU

    "Gara-gara kau masuk rumah sakit, uang bapak habis!" bentaknya.Marry menatapnya ketakutan."Sana kau minta ganti pada perempuan yang sudah menimpa kepalamu dengan batu!" lanjut Lily, matanya membelalak."Waktu itu kan kau yang bilang sendiri kau yang tanggungjawab," kata Marry pelan. Tubuhnya kentara gemetar."Kapan aku bilang?" tentang Lily."Waktu kau suruh aku buka pagar. Buka pagarnya yang lebar, Mar, biar anak setan itu lari ke jalan, biar ketabrak mobil. Nanti aku yang tanggungjawab. Itu katamu," jawab Marry tersendat-sendat.Lily mendengus."Awas saja kalau kau cerita pada yang lain!" ancam Lily. Tangannya diangkat keatas.Marry semakin ketakutan, kedua tangannya menutupi kepalanya.Aku berdiri terpaku di pintu ruang tengah, mereka tak menyadari kehadiranku. Hingga Leang berlari dari arah belakang dan menubruk kakiku."Ibu!" teriak Leang sambil tertawa gembira.Lily terkejut, menoleh ke arahku."Eh, Naya

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 38 PERNIKAHAN

    "Kalian lihatlah bagaimana saya dan Mamamu membangun hubungan dengan keluarga besar kami, bagaimana kami memperlakukan saudara-saudara kami. Bantulah yang perlu dibantu, dukunglah yang perlu didukung, tapi jangan menyakiti yang lain. Jangan membela yang satu tapi melukai yang lain, mendukung yang satu tapi menginjak yang lain. Itu namanya licik. Dan itu tak baik kau praktekkan dalam keluargamu."Intonasi Bapak tenang, walaupun suaranya cukup keras.Kami semua terdiam."Kau Lily, kau yang berhajat besar dengan acara ini, kau mau acara ini dilanjutkan atau tidak?" tanya Bapak."Lanjutkan, pak," jawab Lily pelan."Kalau kau mau acara ini dilanjutkan, jangan kau buat onar! Paham kau?" Suara bapak mulai meninggi."Tak perlu kau buat keributan, mengancam-ancam saudaramu. Belum puas kau lihat akibat perbuatanmu di keluarga ini?" tanya Bapak lagi."Aku tak ada mengancam siapa pun! Itu fitnah!" seru Lily."Si Marry cerita sama saya, Mamamu ceri

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 39 MENCURIGAKAN

    Marry, Anggun, dan Rossy, sibuk menerima dan mengantar tamu. Naura dan Rara sibuk mengawasi persiapan konsumsi para tamu. Aku dan Nandean melayani dan menemani tamu-tamu kerabat Bapak dan Mama. Beberapa orang mempertanyakan tentang peristiwa beberapa minggu lalu, kami menjelaskan bahwa kejadian itu murni kecelakaan biasa.Saat ada yang bertanya tentang Lily dan Antar, kami hanya bilang bahwa mereka berkenalan dalam sebuah perjalanan udara. Jika ditanya sudah berapa lama kenal dan berhubungan, kami jawab sudah lama. Ketika mereka menanyakan sendiri kepada Lily, cuma dijawab: "ya, cukuplah." Entahlah, cukup yang dimaksud cukup singkat atau cukup lama.Tamu-tamu terus berdatangan hingga malam hari. Bapak meminta aku dan Nandean tetap berada di tempat dan menemani Bapak dan Mama melayani tamu-tamu dari kerabat dekat. Ipar-iparku sudah nampak lelah. Naura dan suaminya beristirahat di paviliun samping bersama dengan keluarga Rara. Marry sudah masuk ke kamar. Rossy dan Anggun

Bab terbaru

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 61

    Sebulan berlalu tanpa ada berita apa-apa tentang para iparku. Sesekali Mama menelpon menanyakan Leang, tapi tak pernah menyinggung tentang anak-anaknya. Hanya ada satu cerita dari beliau, kini Marry sudah rajin beribadah. Aku mengucapkan syukur.Hingga di suatu sore, Rara menelpon."Bapak Leang, si Lily sudah beli rumah!" serunya."Alhamdulillah..." jawab Nandean."Harganya limaratus juta," lanjut Rara "Syukurlah," sahut Nandean."Lebih mahal dari rumah kalian," kata Rara lagi."Ya, rumah kami memang tidak semahal itu," jawab Nandean datar."Kau mau menyumbang apa?" tanya Rara."Maksudnya?" Nandean balik bertanya."Perabotan Lily belum ada, jadi dia minta sumbangan dari kita," jawab Rara."Katakan pada Lily, beli otak dulu baru beli rumah!" ujar Nandean ketus dan langsung memutuskan sambungan telepon."Apalah maksudnya, pamer beli rumah limaratus juta, rumahnya lebih mahal dari rumah kita, tapi minta sumbangan beli perabot! Sakit Jiwa orang itu," gerutu Nandean.Aku tertawa kecil

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 60 BAPAK MARAH

    Sebulan sudah Lily dan Antar berada di rumah Bapak. Nandean sering bercerita bahwa Bapak sering mempertanyakan mengapa Antar bisa meninggalkan pekerjaannya lebih dari sepuluh hari, padahal cuti maksimal yang bisa didapatkan seorang karyawan maksimal cuma 10 hari."Mungkin dia berniat mencari pekerjaan lain, pak," jawab Nandean."Sudah sebulan ini dua orang itu makan-tidur, makan-tidur di rumah saya," gerutu Bapak."Tak ada basa-basinya menambah uang belanja Mamamu atau membantu pekerjaannya di rumah. Saya lihat Mamamu kerepotan sendiri di rumah," kata Bapak lagi."Bapak bilanglah kalau bapak keberatan," saran Nandean."Sudah pernah saya tanya, alasannya tunggu proses mutasi si Lily," jawab Bapak."Tunggu proses kan tidak harus disini, bisa tunggu di kampungnya sana," ujar Nandean."Seminggu yang lalu si Marry lihat si Antar membuka-buka laci buffet di ruang depan katanya. Waktu ditanya, dia bilang sedang cari gunting. Si Lily ada di kamarnya, Mamamu sedang di belakang." Bapak bercerit

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 59 PINJAM MOBIL

    "Aku mau pakai mobil," katanya."Terus?""Bawa sini mobil Bapak!""Mau aku pakai!""Kau kan punya mobil sendiri,""Itu mobil mertuaku, mau dipakai anaknya!""Biasanya Naya tidak bawa mobil,""Sekarang disuruh ayahnya bawa mobil, karena setiap pagi dia mengantarkan Leang ke rumah mertuaku,""Kau sajalah yang mengantarkan mereka!""Naya berangkat lebih pagi dari aku,""Rempong amat sih!""Kau yang rempong! Tak punya mobil tapi ingin pakai mobil! Naik motor saja kalau belum punya mobil,""Sok kaya kau!""Jangan lupa, motor yang kau pakai itu juga punyaku! Baca nama di STNK nya baik-baik!"Klik! Panggilan diputus.Nandean tertawa."Kapan lagi aku bisa mengerjai mereka, kalau tidak sekarang." Dia bicara sendiri."Nanti kau berubah jadi seperti mereka, Pak," sahutku."Ya, tidaklah! Aku kan hanya mengantisipasi berbagai kemungkinan, sekaligus memberi pelajaran pada Lily sedikit demi sedikit.

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 58 LILY TIBA DI RUMAH

    Sebulan kemudian Lily dan Antar kembali ke rumah Bapak."Aku tak mau pindah kamar, Pak!" Marry protes kepada Bapak."Lalu kakakmu tidur dimana nanti?" tanya Bapak."Di kamar belakang lah! Kan kosong!" Marry berkeras."Memangnya aku pembantu?" ujar Lily emosi."Dulu kau yang bilang, kalau sudah menikah tidak boleh menempati kamar yang ada di depan, harus di belakang," jawab Marry."Kapan aku bilang?" debat Lily."Waktu Nandean dan Naya tinggal disini!" jawab Marry keras."Ooo... Jadi kau anggap aku dan istriku pembantu waktu tinggal disini ya?" tanya Nandean sambil tertawa."Aku tidak bilang begitu," gumam Lily."Tadi kau bilang, 'memangnya aku pembantu?' seolah yang ada dalam pikiranmu hanya pembantu yang pantas tidur di kamar belakang," cecar Nandean."Konsisten dong, Ly, konsisten. Apa yang pernah kau ucapkan, kau ajarkan pada adik-adikmu, harus kau laksanakan." Nandean bicara sambil menahan tawa."Kau dengar

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 57 LILY MINTA DIJEMPUT

    "Tapi jangan main-main dengan saya, kalau ada yang berniat jahat pada keluarga saya, akan saya balas lebih jahat!" lanjutnya sambil tertawa.Lily menangis terisak-isak. Antar hanya diam.Setelah semua siap, kami pun berangkat. Kembali menyusuri jalan-jalan kampung yang lengang, melewati pasar-pasar desa, dan memasuki jalan lintas provinsi.Tiba-tiba Bapak tertawa, "saya rasa cocok si Lily bertemu mertua seperti Mamak si Antar ini. Sama-sama beringas dan bermulut pedas," ujarnya.Mama ikut tertawa."Semoga ke depannya jadi baik semua, Pak," ujar Nandean."Yang masih mengganggu pikiran saya, apa motif si Antar waktu berniat kabur kemarin itu ya?" tanya Bapak."Sebab orangtuanya orang baik-baik saya lihat," lanjut Bapak."Cuma si Antar lah yang tahu alasannya. Apa kita kembali lagi kesana, menanyakan langsung pada si Antar, pak?" tawar Nandean sambil tertawa.Bapak dan Mama tertawa kecil.Pikiranku melayang pada Lily. Membayan

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 56 PERPISAHAN DENGAN LILY

    "Tidak jauh kan kebunnya, Mak?" tanyaku."Dekat, lima menit pun jalan kita sampai," jawabnya."Ayoklah! Kuambil dulu karung di belakang," lanjutnya."Aku ikutlah!" ujar Nandean."Mama juga ingin ikut," ucap Mama."Ayoklah! Kita ke kebun, tak jauh! Sambil jalan pagi-pagi," ajak Pak Busthami.Akhirnya kami berangkat ke kebun. Sepanjang jalan Pak Busthami bercerita tentang kebun-kebun yang kami lalui."Milik kami tinggal tiga per empat hektar inilah, yang lain sudah habis dijual untuk biaya sekolah si Farida dan Antar."Kami hanya tersenyum menanggapi ceritanya."Si Farida agak lumayan hidupnya. Suaminya rajin berkebun dan menjual hasilnya langsung ke pedagang di pasar-pasar. Banyak langganannya. Kami pun kalau panen menitipkan hasil panen pada si Arifin untuk dijualkan." Kata Bu Busthami."Kalau si Antar tak mau dia ke kebun. Sudah terbiasa di kota, malas dia mau ke kebun," lanjutnya.Kami pun memetik jeruk den

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 55 LILY JADI BABU

    Bakul-bakul berukuran sedang berisi nasi diletakkan berselang seling dengan berbagai lauk, sayur, sambal, dan lalapan. Tidak ada sendok dan garpu. Sendok hanya diletakkan di mangkuk-mangkuk lauk dan sayur saja, bukan untuk makan. Mangkok-mangkok kecil berisi air disediakan sebagai tempat cuci tangan. Kami makan bersama, para ibu tak henti-hentinya berbicara meski mulutnya berisi makanan. Mereka membicarakan kelebihan dan kekurangan menantu masing-masing lalu saling membanding-bandingkan. Selesai makan para tamu pulang, beberapa masih tinggal dan membantu membereskan peralatan makan yang kotor dan membawanya ke belakang. Lagi-lagi Farida memanggil Lily."Jangan ngobrol disini!" Ujarnya, "kita ngobrol di belakang saja sambil cuci piring dan beres-beres yang lain," tangannya bergerak mengajak. "Aku ganti pakaian dulu," jawab Lily."Tak perlu ganti pakaian, pakai itu pun tidak masalah untuk ke dapur dan ke sumur, kan tidak mahal-mahal amat bajumu itu," celoteh Farida.Lily mengepalkan

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 54 MENAHAN TAWA

    Jam sepuluh kami kembali lagi ke rumah Pak Busthami, orangtua Antar. Kursi-kursi yang tadi kami duduki sudah dikeluarkan. Di ruang tamu dan ruang tengah rumah sudah dibentangkan tikar. Bapak masih terlibat perbincangan dengan Pak Busthami. Sepintas kudengar mereka sedang bercerita tentang sejarah hidup dan masa lalu masing-masing.Ibu Busthami kembali duduk menemani Mama di ruang tengah, kue-kue disuguhkan. Separuhnya adalah kue bawaan kami. Pembicaraan kami pun hanya seputar jenis kue dan resep-resep masakan. Ciri khas ibu-ibu."Sedang apa si Lily, Bu?" tanya Mama pada Bu Busthami."Sedang menggoreng ikan dia," jawab Bu Busthami."Disini menantu harus terlihat rajin, Bu. Biar tak malu kami pada tetangga," ujarnya lagi.Kami hanya tersenyum."Da, Farida!" Panggil Bu Busthami."Iya, Mak!" Farida menyahut. Beberapa detik kemudian sosoknya muncul."Suruhlah Lily mandi, biar bersiap dia. Tamu sebentar lagi datang," kata Bu Busthami."Pekerjaannya belum selesai, Mak," ujar Farida."Biar si

  • AKU MEMBUNUH IPARKU   BAB 53 LILY MENIMBA AIR

    Orangtua Antar menyambut kami di depan."Cepat sekali kalian sampai," Ayah Antar menyambut kami dengan senyum lebar."Ayolah, masuk sini!" Ajak Mamanya Antar.Kami menyalami mereka."Farida! Farida! Adikmu sudah sampai, da!" Mama Antar berseru sambil berjalan ke dalam rumah.Seorang perempuan seusia Marry keluar, dengan kaos oblong warna biru dan sarung warna merah bermotif bunga."Selamat datang di kampung," ucapnya sambil tersenyum canggung pada kami.Kami duduk di ruang tamu dengan satu set kursi kayu yang terlihat masih baru. Jendela-jendela terbuka menampilkan pemandangan di luar rumah yang tampak hangat disirami cahaya matahari.Suguhan teh, kopi, goreng ubi, dan rebusan jagung memenuhi meja ruang tamu. Kami menikmati teh hangat tanpa harum melati sambil berbincang.Antar dan Nandean membuka bagasi, menurunkan koper-koper Lily dan memasukkannya ke dalam kamar yang ditunjukkan Mamanya Antar."Lily, kau bantulah kakak

DMCA.com Protection Status