Bara merasa khawatir karena tidak mengetahui keberadaan Bayu. Dia terus bertanya pada Nenek Liyana tentang Bayu, tapi Nenek Liyana tidak tahu di mana Bayu berada."Aku tidak tahu, Bara," kata Nenek Liyana. "Aku pikir Bayu ada di sini tadi, tapi aku tidak melihatnya."Bara merasa semakin khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Bayu, dan dia tidak tahu di mana harus mencarinya. Dia memutuskan untuk mencari Bayu di sekitar rumah, tapi dia tidak menemukan apa-apa.Sementara itu, Sapphire sedang menahan Bayu di tempat yang tidak diketahui. Dia memiliki rencana jahat untuk Bayu, dan dia tidak akan membiarkan Bayu pergi begitu saja.Bara terus mencari Bayu di sekitar rumah, tapi dia tidak menemukan apa-apa. Dia mulai merasa putus asa, tapi dia tidak mau menyerah. Dia harus menemukan Bayu dan memastikan bahwa dia aman.Sementara itu, Sapphire sedang menahan Bayu di sebuah ruangan gelap dan dingin. Bayu terlihat lemah dan takut, tapi dia tidak mau menyerah. Dia tahu bahwa Bara akan menc
Sapphire terkejut dan anak buahnya berlari ke arah suara itu untuk memeriksa apa yang terjadi. Bara melihat kesempatan ini dan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatannya.Saat anak buah Sapphire sibuk memeriksa suara itu, Bara berhasil melepaskan diri dan berlari ke arah Bayu. Dia melepaskan ikatan Bayu dan membantunya berdiri."Kita harus pergi dari sini sekarang!" kata Bara dengan cepat.Bayu mengangguk dan mereka berdua berlari ke arah pintu. Tapi, Sapphire sudah kembali dan berdiri di depan pintu, dengan senyum yang menakutkan."Kamu tidak akan bisa pergi dari sini!" katanya dengan nada mengejek.Tiba-tiba, Ryven muncul dari belakang Sapphire dan menyerangnya dari belakang. "Maaf, Bara!" katanya dengan cepat. "Aku tidak bisa membiarkan kamu dan Bayu terluka!"Ryven yang masih mengenakan masker, menyerang Sapphire dari belakang, membuatnya terkejut dan kehilangan keseimbangan. Bara dan Bayu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan berlari ke arah pintu.Mereka berhasil keluar dar
Gustur melangkah lebih dekat ke Sapphire, dengan mata yang tajam dan suara yang keras. "Aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku tahu apa yang terjadi dengan Liyana," kata dia.Sapphire merasa takut dan terjepit. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menyembunyikan kebenaran. Tapi, dia juga tidak bisa mengungkapkannya sekarang. Dia berusaha untuk berpikir cepat dan mencari jalan keluar.Tiba-tiba, Sapphire mendengar suara dari luar ruangan. Suara itu semakin keras dan terdengar seperti suara mobil yang berhenti di depan rumah. Sapphire melihat Gustur dan melihat kesempatan untuk mengalihkan perhatiannya."Aku rasa ada tamu yang datang," kata Sapphire dengan berusaha untuk terdengar santai. "Mungkin aku harus pergi untuk menyambut mereka."Gustur melihat Sapphire dengan curiga, tapi dia tidak bisa menolak untuk membiarkan Sapphire pergi. Dia berharap bahwa Sapphire tidak akan melarikan diri atau menghancurkan bukti-bukti yang dia cari.Gustur melangkah lebih dekat ke Sapphire, d
Ryven, Bara, dan Bayu saling melihat dengan penasaran. Mereka tidak tahu siapa yang telah menelepon Ryven, tapi mereka tahu bahwa mereka harus mencari tahu lebih banyak tentang kebenaran tentang Liyana."Kita harus pergi ke pertemuan itu," kata Ryven dengan suara yang serius. "Kita tidak bisa melewatkan kesempatan ini untuk mencari tahu kebenaran tentang Liyana."Bara dan Bayu mengangguk setuju dengan Ryven. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati, tapi mereka juga tahu bahwa mereka harus mencari tahu kebenaran tentang Liyana.Mereka memutuskan untuk pergi ke pertemuan itu dan mencari tahu apa yang orang itu tahu tentang Liyana. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi mereka siap untuk menghadapi apa pun yang datang.Saat mereka berangkat ke pertemuan itu, Ryven tidak bisa tidak merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia merasa bahwa ada orang lain yang juga mencari tahu kebenaran tentang Liyana, dan dia tidak tahu siapa orang itu.Ryven, Bara, dan Bayu tiba di tempat pe
Setelah meninggalkan tempat percakapan dengan pria itu, Gustur Danendra dan Bara beserta Bayu pulang menuju ke rumah mereka. Gustur masih terlihat cemas dan khawatir setelah mendengar percakapan antara Sapphire dan pria itu.Saat mereka tiba di rumah, mereka melihat Nenek Liyana sudah menunggu di ruang tamu. Nenek Liyana terlihat sangat cemas dan khawatir, dan dia segera bangun dari tempat duduknya saat melihat Gustur dan Bara masuk."Siapa kamu?" tanya Gustur dengan nada yang tidak ramah, berpura-pura tidak mengenali nenek tua itu.Bara terlihat bingung dan memandang ayahnya dengan heran. "Ayah, apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak mengenali Liyana?"Gustur tetap berpura-pura tidak mengenali nenek tua itu. "Siapa Nenek itu? Liyana? Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Bara."Nenek Liyana terlihat sedih dan kecewa dengan reaksi Gustur. Dia memandang Bara dengan mata yang penuh harapan, berharap bahwa Bara dapat membantu menjelaskan situasi yang tidak biasa ini."Iyah, yah ... Dia ad
Malam itu, Bara merasa lelah dan hendak tidur. Dia berbaring di tempat tidurnya dan menutup matanya, berharap bisa tidur nyenyak.Namun, saat dia membuka matanya kembali, dia melihat Nenek Liyana berdiri di samping tempat tidurnya. Nenek Liyana tersenyum dan berkata, "Aku ingin tidur di sampingmu, Bara."Bara merasa terkejut dan tidak nyaman. "Tidak, Nenek. Aku tidak ingin kamu tidur di sampingku," kata Bara dengan nada yang tegas.Tapi Nenek Liyana tidak mendengarkan. Dia malah berbaring di samping Bara dan menutup matanya. Bara merasa tidak nyaman dan tidak tahu apa yang harus dilakukan."Apa yang kamu lakukan, Nenek?" tanya Bara dengan nada yang kesal.Nenek Liyana membuka matanya dan tersenyum. "Aku ingin tidur bersamamu, Bara. Aku ingin membuatmu merasa nyaman dan aman."Bara merasa tidak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Nenek Liyana? Mengapa dia berubah menjadi manja seperti ini?Bara merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nenek Liyana di sampingnya. Dia mencoba untuk m
Bayu berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi di dalam hatinya, dia sudah memulai untuk mempersiapkan rencana untuk menghadapi Nenek Liyana. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menolak permintaan Nenek Liyana secara langsung, tapi dia juga tidak ingin membantu Nenek Liyana melakukan sesuatu yang tidak benar."Aku... aku akan mencoba membantu kamu, Nyonya," kata Bayu dengan nada yang ragu-ragu. "Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa membuat Bara percaya bahwa kamu adalah istrinya yang sebenarnya," balasnya lagi dengan pelan.Nenek Liyana terlihat puas dengan jawaban Bayu. "Aku percaya kamu bisa melakukannya, Bayu," kata Nenek Liyana dengan senyum yang misterius. "Aku akan memberimu instruksi lebih lanjut tentang apa yang harus kamu lakukan."Bayu berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi di dalam hatinya, dia sudah memulai untuk mempersiapkan rencana untuk menghadapi Nenek Liyana. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati dan tidak bisa membiarkan Nenek Liyana mengend
Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang serius. "Bara, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting," katanya dengan nada yang tegas. Bara terlihat tidak nyaman dan ragu-ragu. Dia memandang Bayu yang berdiri di sampingnya, mencari dukungan."Apa itu, Ayah?" tanya Bara dengan nada yang lembut.Gustur Danendra mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin berbicara denganmu tentang masa depanmu, Bara. Aku ingin tahu apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rencanakan untuk melakukan sesuatu kedepannya."Bara terlihat tidak yakin apa yang harus dikatakan. Dia memandang Bayu lagi, mencari bantuan. Bayu memberikan senyum yang meyakinkan dan mengangguk."Aku... aku tidak tahu, Ayah," jawab Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang tajam. "Kamu harus tahu, Bara. Kamu harus memiliki rencana dan tujuan yang jelas. Aku ingin membantu kamu mencapai tujuanmu, tapi kamu harus memberitahu aku apa yang kamu inginkan.""Apa maksud
Bayu merasa bahagia dan sedih pada saat yang sama. Dia bahagia karena Bara akhirnya mengenali dirinya dan mengungkapkan perasaannya walaupun dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar. Tapi dia juga sedih karena dia tahu bahwa dia harus menyembunyikan identitasnya sebagai Liyana untuk melindungi Bara dari bahaya.Bara terus menatap Bayu dengan mata yang lembut dan penuh harapan. "Liyana, aku rindu kamu," kata Bara lagi dengan suara yang lembut.Bayu tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia merasa bahwa dia harus memberitahu Bara tentang identitasnya yang sebenarnya. Tapi dia juga tahu bahwa dia harus berhati-hati agar tidak membahayakan Bara."Aku... aku juga rindu kamu, Bara," kata Bayu dengan suara yang lembut dan tidak pasti.Bara menatap Bayu dengan mata yang lembut dan penuh harapan. "Liyana, apa yang terjadi dengan kamu?" tanya Bara dengan suara yang lembut.Bayu merasa sedih dan khawatir. Dia tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan Bara karena dia terlalu takut untuk sekarang. Dia
Ketika Bayu dan Nenek Liyana sedang berbicara di ruang tengah, terlihat lelaki tampan itu baru pulang dan Bara langsung memasuki kamar, dia langsung menuju ke tempat tidur dan melemparkan dirinya ke atas kasur. Nenek Liyana mengikutinya dan masuk ke dalam kamar, namun Bara memohon untuk kali ini dia ingin tidur sendiri. Nenek Liyana menyetujui dan membiarkan Bara sendirian. Sekarang nenek Liyana mencoba agar menjadi sosok yang lemah lembut serta penurut dan tidak tantrum lagi agar Bara semakin percaya bahwa dia adalah Liyana istrinya. Ia pun membuatkan Bara sendirian untuk menenangkan diri.Namun, ketika Bayu masuk ke dalam kamar untuk mengambil pakaiannya, dia melihat Bara sedang tertidur dan mengigau. Bara menyebut nama Liyana dan rindu padanya. Bayu melihat itu merasa sedih dan khawatir. Dia mendekati Bara dan merasakan suhu tubuhnya. Ternyata Bara demam dan sedang sakit."Aku akan mengompresmu, Bara," kata Bayu pelan-pelan.Bayu mengambil handuk kecil dan merendamnya dalam air din
Setelah mereka berempat berbicara dan berbagi perasaan, mereka memutuskan untuk melanjutkan hari mereka dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Bayu menyarankan mereka untuk pergi ke taman dan menikmati udara segar.Sapphire, yang sebelumnya terlihat sedih, sekarang tersenyum dan setuju dengan saran Bayu. "Ya, aku ingin pergi ke taman!" kata Sapphire dengan nada yang ceria.Bara dan Nenek Liyana juga setuju dan mereka berempat berangkat ke taman. Di taman, mereka berjalan-jalan, menikmati udara segar, dan berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan.Saat mereka berjalan, Bara tiba-tiba berhenti dan memandang Sapphire dengan mata yang serius. "Sapphire, aku ingin bertanya sesuatu kepada kamu," kata Bara dengan nada yang serius.Sapphire memandang Bara dengan mata yang penasaran. "Apa itu, Bara?" tanya Sapphire dengan nada yang santai.Bara mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Sapphire, apakah kamu mau menjadi teman baikku?" tanya Bara dengan nada yang serius.Sapphire me
Sapphire berjalan menuju Bara dengan langkah yang cepat dan marah. "Bara, aku tidak bisa percaya bahwa kamu melakukan ini kepada aku!" teriak Sapphire dengan nada yang marah.Bara memandang Sapphire dengan mata yang tenang. "Sapphire, aku sudah bilang bahwa aku tidak ingin menikah dengan kamu. Aku tidak bisa memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan," kata Bara dengan nada yang santai.Sapphire memandang Bara dengan mata yang berapi. "Kamu tidak bisa melakukan ini kepada aku! Aku sudah memberikan segalanya untuk kamu, dan kamu tidak bisa membalasnya dengan cara yang sama?" teriak Sapphire dengan nada yang marah.Bara memandang Sapphire dengan mata yang lembut. "Sapphire, aku tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai kamu. Aku hanya bisa mencintai orang yang aku cintai, dan itu bukan kamu," kata Bara dengan nada yang santai.Sapphire memandang Bara dengan mata yang terkejut dan marah. Dia tidak bisa percaya bahwa Bara bisa mengucapkan kata-kata yang begitu pedas
Bara memutuskan untuk pergi ke kantor di temani Bayu dan dia juga mengajak Nenek Liyana. Tentu saja Bayu yang baru datang ke tempat makan kaget mendengarnya.Bayu terkejut ketika Bara mengajak Nenek Liyana untuk pergi ke kantor bersama mereka. "Pak Bara, apa yang kamu lakukan? Nenek Liyana tidak bisa pergi ke kantor!" kata Bayu dengan nada yang terkejut.Bara tersenyum dengan santai. "Kenapa tidak? Nenek Liyana bisa pergi ke kantor bersama kita. Selain itu, aku ingin dia melihat bagaimana aku bekerja," kata Bara dengan nada yang santai.Bayu memandang Bara dengan mata yang tidak percaya. "Bara, kamu tidak bisa membawa nenek Liyana ke kantor! Apa yang akan orang lain pikirkan?" tanya Bayu dengan nada yang khawatir.Nenek Liyana tersenyum dengan lembut. "Bayu, jangan khawatir. Aku ingin melihat bagaimana Bara bekerja. Selain itu, aku ingin menghabiskan waktu bersama suamiku," kata Nenek Liyana dengan nada yang lembut.Bayu memandang Nenek Liyana dengan mata yang tidak percaya. "Tapi..
Gustur Danendra duduk di kursi kepala meja, dengan Sapphire duduk di sebelahnya. Nenek Liyana duduk di seberang mereka, dengan mata yang masih memandang Bara."Bara, aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang penting," kata Gustur Danendra dengan nada yang serius.Bara memandang ayahnya dengan mata yang penuh pertanyaan. "Apa itu, Ayah?" tanya Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang keras. "Aku telah memutuskan untuk menikahkan kamu dengan Sapphire," kata Gustur Danendra dengan nada yang dingin.Bara terkejut dan merasa seperti dipukul oleh petir. Dia tidak percaya apa yang ayahnya terus katakan. "Tidak, Ayah! Sudah kubilang Kamu tidak bisa menikahiku dengan dia!" teriak Bara dengan nada yang keras.Bara merasa muak ketika ayahnya terus berbicara tentang pernikahan dengan Sapphire. Dia tidak ingin mendengar lagi tentang hal itu, tapi ayahnya terus memaksakan keinginannya."Ayah, aku tidak ingin mendengar lagi tentang hal itu," kata Ba
Bara semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang nenek Liyana. Dia memutuskan untuk mengawasi nenek Liyana lebih dekat, untuk melihat apakah ada tanda-tanda lain yang tidak biasa tentang dirinya.Saat makan, Bara memperhatikan bahwa nenek Liyana memiliki cara memasak yang sangat mirip dengan Liyana. Dia juga memperhatikan bahwa nenek Liyana memiliki cara berbicara yang sangat mirip dengan Liyana.Bara merasa semakin yakin bahwa nenek Liyana memang Liyana yang telah berubah menjadi lebih tua. Tapi, bagaimana mungkin? Apakah ada kekuatan supernatural yang telah membuat Liyana berubah menjadi nenek Liyana?Bara memutuskan untuk bertanya langsung kepada nenek Liyana. "Nenek, aku ingin bertanya sesuatu kepada kamu," kata Bara dengan nada yang ragu-ragu.Nenek Liyana memandang Bara dengan mata yang lembut. "Apa yang kamu ingin tahu, Bara?" tanya nenek Liyana dengan nada yang lembut.Bara mengambil napas dalam-dalam sebelum bertanya. "Apakah kamu benar-benar nenek Liyana, atau a
Bara merasa jantungnya berdegup kencang ketika mendengar ancaman ayahnya. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Liyana. "Apa yang Ayah rencanakan untuk dilakukan?" tanya Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra tersenyum sinis. "Aku akan memastikan bahwa Liyana tidak akan pernah mendekati kamu lagi. Aku akan mengirimnya ke panti jompo, jauh dari kamu," katanya dengan nada yang dingin.Bara merasa seperti dipukul oleh petir. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa nenek Liyana karena dia alibi supaya bisa menjauhkannya dari sapphire. "Tidak, Ayah! Aku tidak akan membiarkan Ayah melakukan itu!" teriaknya dengan nada yang keras.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang marah. "Kamu tidak memiliki pilihan, Bara. Aku adalah ayahmu, dan aku akan melakukan apa yang terbaik untukmu," katanya dengan nada yang tidak bisa diganggu gugat.Bara merasa seperti dunianya runtuh. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Liyana jika Ayahnya nekat menikahinya dengan Sapphire. Dia berpiki
Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang serius. "Bara, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting," katanya dengan nada yang tegas. Bara terlihat tidak nyaman dan ragu-ragu. Dia memandang Bayu yang berdiri di sampingnya, mencari dukungan."Apa itu, Ayah?" tanya Bara dengan nada yang lembut.Gustur Danendra mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin berbicara denganmu tentang masa depanmu, Bara. Aku ingin tahu apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rencanakan untuk melakukan sesuatu kedepannya."Bara terlihat tidak yakin apa yang harus dikatakan. Dia memandang Bayu lagi, mencari bantuan. Bayu memberikan senyum yang meyakinkan dan mengangguk."Aku... aku tidak tahu, Ayah," jawab Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang tajam. "Kamu harus tahu, Bara. Kamu harus memiliki rencana dan tujuan yang jelas. Aku ingin membantu kamu mencapai tujuanmu, tapi kamu harus memberitahu aku apa yang kamu inginkan.""Apa maksud