Share

Kelulusan

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Judul: Undangan pernikahan suamiku.

Season 2.

Part: 43.

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa hari ini aku sudah akan menerima kelulusan.

Kak Salman menemaniku sebagai ganti Ummi yang tengah sibuk mengecek toko-toko miliknya.

“Selamat, Lula. Kamu lulus dengan nilai terbaik,” ucap Miss Michele.

“Terima kasih, Miss.”

Kak Salman sedikit menjauh ketika Miss Michele mendekatiku.

.

Setelah semua selesai. Aku dan Kak Salman pulang dengan perasaan senang.

Di dalam mobil aku bertanya-tanya tentang ke mana ia seminggu terakhir ini.

“Kakak sibuk kemarin?” tanyaku.

“Seperti biasa, Lula. Kakak hanya mengurus perusahaan Abi.”

“Lalu kenapa Kak Alisa yang mengantar Lula?”

Kak Salman bergeming sesaat.

Hingga akhirnya ia menoleh sekilas ke arahku dengan wajah yang entah.

“Kakak atau Kak Alisa sama saja toh? Yang penting sampai tujuan dengan selamat.”

“Beda lah. Kak Alisa tidak bicara selama di perjalanan. Lula seperti naik taksi saja,” keluhku.

“Kak Alisa tidak bicara?” Kak Salman mengulang kalimatk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Akhir yang bahagia

    Judul: Undangan pernikahan suamiku.Season 2.Part: 44. ***POV Lula.Aku kembali ke rumah. Aku juga menceritakan semuanya pada Ummi.“Alisa padahal sudah cukup matang dalam usianya, tapi tidak dewasa dalam menyikapi sesuatu. Kasian Miss Michele,” ucap Ummi. “Iya, Lula juga merasa begitu, Ummi.”“Semoga Miss Michele dimudahkan segala urusannya.”“Aamiin.”Aku dan Ummi sama-sama tak bisa berbuat apa-apa. Kecemburuan Kak Alisa terlalu berlebihan. Namun, itu juga karena Kak Alisa terlalu menyayangi suaminya.“Dua bidadari Abi ini sedang membahas soal apa sih? Sepertinya serius sekali,” sambung Abi yang muncul tiba-tiba.“Biasalah, Bi. Masalah perempuan,” sahut Ummi.“Berarti Abi tak boleh tahu dong?” tanya-nya.“Boleh, tapi nanti saja Ummi ceritakan di dalam kamar. Sekalian kita bernostalgia membahas masa-masa muda kita,” ujar Ummi bercanda.Kehidupan rumah tangga orang tuaku tampak begitu bahagia. Mereka harmonis sampai di usia senja.Aku berdoa, semoga aku bisa seperti mereka. Aku a

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Kejutan membawa luka

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 1.***Malam ini aku sedang menemani putri semata wayangku bercerita di ruang tengah sambil menunggu suami tercinta. Monika namanya, masih duduk di bangku SMA. "Ma, sebentar lagi Papa pasti pulang. Ayo kita siap-siap memberi kejutan," ujar Monika antusias.Ya, hari ini adalah hari ulang tahun suamiku, Zidan. Genap sudah 40 tahun usianya. Sebenarnya kami ingin merayakan tadi siang. Namun, suamiku tak bisa dihubungi, mungkin dia sibuk."Ayo, sayang. Kamu bantuin Mama menata menu di meja makan, ya! Mama juga akan mengeluarkan hadiahnya. Papa pasti senang.""Siap, Ma."Lima belas menit berjalan, aku dan Monika sudah merias ruangan dengan indah. Makanan tersaji dengan sempurna. Kado spesial sudah aku sediakan. Tinggal menunggu suamiku pulang.Tak lama suara bel berbunyi, aku dan Monika seketika saling melempar pandangan. Putriku tersenyum-senyum kegirangan. Aku pun menjadi berdebar-debar tak karuan."Ayo, Ma!" ajak putriku sambil mengangkat

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Malam penuh air mata

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 2***Suasana riuh, malam ini harusnya menjadi malam penuh kebahagiaan untuk keluargaku. Namun, malah sebaliknya."Sabar, sayang. Istigfar," ucapku menenangkan Monika."Tidak, Ma. Aku bukan gadis lemah yang akan menangis saja ketika mendapati kenyataan menyakitkan ini!" tukas Monika."Mas, Anakmu ini sepertinya sudah kerasukan," sambung Laura.Mata Monika tambah memerah. Aku dapat merasakan amarahnya yang membesar.Ssttt ...."Argh!" Lagi-lagi Laura menjerit karena Monika menggoreskan pisau ke arah lengannya tanpa diduga. Gerakan Monika sangat cepat hingga tak tertebak olehku."Hentikan, Monika!" Suamiku mencengkram tangan Monika hingga pisau di tangannya terlepas begitu saja."Ah, sakit Pa. Lepas!" "Pa, lepaskan Monika!" hardikku menarik tangannya.Bruk!Tubuh mungil putriku tersungkur membentur meja. Papanya tega mendorong begitu keras hingga Monika terluka."Kau!" Jari telunjuk Monika mengarah ke arah wajah Mas Zidan.Ia meneriaki

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Kepergian Putriku awal dendamku

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 3***"Monika!" teriakku histeris."Kau apakan Anakku? Kau apakan?" Aku menarik rambut panjang Laura dan membenturkannya ke dinding. Darah segar mengalir di kepalanya."Lepas! Lepaskan aku! Mas, tolong!" teriaknya.Seketika suamiku berlari entah dari arah mana. Aku tak dapat lagi memperhatikan dengan jelas."Ningsih, lepaskan Laura!"Aku melepaskan dan kembali memeluk Monika."Monika, ada apa ini?" tanya Mas Zidan."Mas, tadi Monika ingin menusukku dengan pisau itu, tapi aku mengelak dan malah terkena dirinya sendiri," papar Laura.Aku sudah sangat histeris. "Ayo ke rumah sakit sekarang," ujar Mas Zidan menggendong Monika dengan cepat.Langkahku sangat lemah, tatapanku tak lepas dari Laura. Jika terjadi sesuatu pada putriku, maka aku akan membalas kesakitan yang lebih parah di sepanjang hidupnya.--Di dalam mobil aku terus memeluk tubuh Monika. Matanya sesekali terbuka dan tersenyum padaku."Bertahanlah, sayang! Kau harus kuat. Mama

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Pembalasan awal

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 4***Seminggu setelah kepergian Monika."Ning, bicaralah Nak! Sudah satu minggu ini kamu tak bersuara," ucap Ibu mertua dengan begitu lembut.Aku yatim piatu, tak punya tempat mengadu selain pada ibu mertuaku. Beliau pun telah menjada sejak Mas Zidan masih kecil.Sanak saudaraku tak ada. Aku anak tunggal, dan tak tahu keluarga yang lainnya."Bu, aku sendirian sekarang. Putriku sudah tiada," lirihku datar."Ikhlaskan, Ning! Ibu akan selalu bersamamu. Lebih baik kamu tinggal di rumah Ibu saja, Nak. Biarkan Zidan merasa puas dengan pilihannya. Ibu tidak akan pernah ridho dengan semua perbuatannya yang telah menyebabkan kepergian Cucu Ibu."Aku menatap wajah ibu mertua dengan penuh kesedihan. Ia masih berpihak padaku, walau aku hanya menantunya."Terima kasih, Bu. Aku sungguh beruntung karena memiliki seorang mertua sepertimu. Namun, ada satu hal yang harus aku pertahankan di sini, Bu. Aku akan membuat pelajaran atas nama putriku.""Ibu ta

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Permainan dalam rencanaku

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 5***Malam harinya, Mas Zidan masuk ke dalam kamarku. "Ma, Papa ingin bicara serius," lirihnya dengan begitu lembut sembari menggenggam tanganku.Jantungku berdesir hebat. Bukan aku merasa bahagia diperlakukan seperti ini, tapi aku malah semakin ingin melampiaskan semua dendamku."Tentang apa?" tanyaku tanpa merespon belaiannya."Tentang Laura, Ma. Papa ingin melangsungkan pernikahan bulan depan. Papa meminta restu Mama secara baik-baik," ujarnya."Oh, silakan. Mama akan menyetujuinya dengan senang hati, asalkan ...."Kalimatku sengaja aku gantung. Alis suamiku bertaut seolah menunggu kelanjutan ucapanku."Asalkan apa, Ma? Katakanlah! Papa akan mengabulkan apa pun persyaratan dari Mama."Aku tersenyum getir mendengar perkataannya. Mas Zidan begitu antusias ingin menikahi Laura. Dia bahkan lupa tentang kematian putriku yang baru satu minngu berlalu.Entah suami macam apa yang aku miliki ini?Rasanya ingin aku meracuni dirinya dan wanit

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Kuhancurkan mahkota kecantikanmu

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 6***Laura semakin pucat saat mendapat bentakan serius dari Mas Zidan."Laura, Mas berangkat ke kantor sekarang. Kamu istirahatlah ke kamar. Besok Mas akan membawamu untuk periksa ke dokter.""Mas pikir aku gila? Mas percaya dengan semua omong kosong Mbak Ningsih?" Laura tak terima.Aku tertawa dalam hati melihat keraguan suamiku."Sudahlah, Mas bisa telat jika terus meladeni kalian berdebat.""Mama izin ke rumah Ibu duluan ya, Pa. Nanti sore Papa menyusul saja," ujarku."Oh, iya Ma. Papa sampai lupa. Ayo sekalian Papa antar."Aku mengangguk dan menggandeng lengan suamiku. Sekilas aku menatap ke arah Laura yang seperti ingin murka.Aku tersenyum sinis dan mengedipkan sebelah mata.Ini baru awal permulaan, Laura. Setelah sakit hatiku terbayar lunas, maka lelaki di sampingku ini juga akan segera aku tendang dari hidupku.--Di dalam mobil."Ma," lirih suamiku."Iya.""Papa tak bisa tidur dengan tenang semenjak kepergian Monika. Papa mer

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Laura dirawat di RS jiwa

    Judul: Pelakor yang menghancurkan hidupku.Part: 7***Waktu berjalan, Mas Zidan datang ke rumah ibu."Apa kabar Mas? Kenapa Mas tak pulang saat pemakaman Monika?" tanya suamiku pada kakaknya.Mas Adrian menatap dengan tajam. Sikapnya saat ini berubah jadi dingin pada Mas Zidan."Aku tidak baik-baik saja setelah mendapati kenyataan ini, Zidan." "Maafkan aku, Mas. Semua memang kesalahanku, tapi ini juga sudah jadi takdirnya," ujar Mas Zidan pula."Takdir kau bilang? Kau itu sudah buta karena wanita! Sadarlah, Zidan! Usiamu tidak lagi muda, harusnya saat ini kau lebih banyak memberi waktu untuk keluargamu, bukannya malah membuat dosa dengan bermain wanita," papar Mas Adrian.Mata suamiku membesar, gerakan dadanya naik turun. Sepertinya Mas Zidan sedang menahan amarahnya."Mas tahu apa tentang hidupku? Aku laki-laki sukses, dan tak ada salahnya jika ingin memiliki dua istri. Lagi pula ini bukan urusanmu, Mas! Jangan ikut campur! Silakan lihat dirimu sendiri, sudah berumur tapi belum jug

Bab terbaru

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   END

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 17.***POV Dinda.Aku terdiam mendapati pertanyaan sensitif dari Mas Ridwan. Ada rasa mau bercampur bahagia. Ingin aku teriak menyatakan aku mencintainya. Namun, bibir ini sungguh kaku."Jawab, Din!" perintah Mas Ridwan.Aku tersenyum dan mengangguk dengan malu-malu.Mas Ridwan mengangkat daguku dengan tulunjuk tangannya. "Benarkah?""Benar, Mas." Pelan aku menjawab pertanyaan itu.Mas Ridwan sontak memelukku. Sungguh aku terpaku dan tak menyangka dengan hal ini. Debaran di dadaku memburu. Air mataku menetes karena bahagia. Apa aku sedang bermimpi?"Dinda, saya berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu," lirihnya di telingaku.Aku membalas pelukan itu. Lalu hubungan suami istri yang selama ini belum terlaksana, akhirnya terpenuhi sekarang.Aku dan Mas Ridwan memadu cinta dengan begitu indahnya.--Hari berikutnya, aku keluar membeli sesuatu. Tak disangka aku bertemu lagi dengan Mas Andi."Dinda, tolong dengarkan aku dulu! Kembalilah pad

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Ke rumah mertua

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 16.***POV Ridwan.Hari ini aku akan menjemput si kembar. Saat aku sedang bersiap-siap, Dinda pun menghampiri."Mas aku boleh ikut?" tanya-nya.Aku bergeming. Jujur aku lebih nyaman pergi sendirian. "Mas," lirih Dinda lagi."Iya, Din. Boleh kok," sahutku.Dinda tersenyum. Sebenarnya hatiku terasa teduh saat melihat senyum wanita yang sekarang sah menjadi istriku itu. Namun, aku sendiri masih bingung. Cintaku pada Mawar membuat aku enggan memikirkan wanita lain, walaupun itu istriku sendiri saat ini..Di perjalanan suasana membisu. Aku tak mengajak Dinda bicara, pun sebaliknya.Jarak yang ditempuh cukup memakan waktu. Aku menyalakan musik agar tak begitu kaku.Sesekali aku menoleh ke arah Dinda. Ia tampak cuek dengan tatapan lurus ke depan. Tak seperti biasanya.Aku jadi resah. Apa benar Dinda tak bahagia?Kemarin, saat mantan suaminya datang dan bicara di depan halaman rumah, aku mengintai dari balik jendela.Aku mendengar semuanya. Saat itu

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Cuma pernikahan dari amanah

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 15.***Selesai berlatih berenang, aku dan Mas Ridwan masuk kembali ke kamar.Suasana menjadi canggung. Dadaku masih saja berdebar hebat. Sedangkan Mas Ridwan tampak buru-buru ke dalam kamar mandi..Malam harinya, kami sekasur dan saling menatap. "Din, seharusnya semalam kita tak melakukannya, tapi saya sungguh tak mengingat kejadian itu," ucap Mas Ridwan."Mau diapakan, Mas. Nasi sudah jadi bubur," sahutku dengan memasang wajah serius.Mas Ridwan memalingkan wajahnya dan membelakangiku. Entah apa yang ia rasakan, tapi aku cukup senang.Ibu mertua memang paling mengerti. Rasanya aku tak mau pulang ke rumah.--Hari berganti, kini tiba waktunya kami pulang.Sepanjang perjalanan Mas Ridwan hanya diam. Mungkin ia menyesali kejadian yang sebenarnya tak pernah terjadi itu.Hatiku sedikit kecewa. Nanti aku akan menceritakan semuanya dengan jujur.Saat ini, sepertinya suamiku belum siap menjalani rumah tangga normal bersamaku.Tak apa. Aku masih lag

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Tiket berlibur

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 14.***Pagi harinya, aku masih enggan menyapa Mas Ridwan. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal sejak ia mengatakan kalimatnya semalam.Sebagai seorang istri, aku merasa Mas Ridwan sama sekali tak menginginkan aku. Lalu, kenapa ikatan pernikahan ia coba ikrarkan?"Din," lirihnya.Aku hanya menoleh sekilas, kemudian aku melanjutkan sarapan."Din, kamu marah?" tanya-nya pula.Aku menggeleng."Din, tolong bicaralah!""Aku tidak marah, dan apa hakku untuk marah?""Hem, baiklah. Saya minta maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, Din. Saya cuma ....""Cukup, Mas. Tidak perlu dibahas!" Suasana pagi ini jadi tegang. Mas Ridwan tampak gelisah. Sedangkan aku sengaja bersikap sedikit tegas. Jika, Mas Ridwan memang tak bisa menerima aku, pun tak masalah. Namun, aku juga tidak akan kembali pada Mas Andi.Hidup sendirian bukanlah suatu perkara besar, tapi pernikahan ini juga bukan mainan. Selagi aku mampu mempertahankan, maka akan tetap aku pertah

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Mertua datang

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 13.***POV Dinda.Setelah sah menjadi istri dari Mas Ridwan. Aku tetap merasa ada jarak antara kami.Dan benar, malam ini ia mengutarakan ungkapannya yang ternyata belum siap menjalani hubungan layaknya suami istri.Aku sebisa mungkin mencoba tersenyum dan berlapang dada. Bibirku berkata memahami, tapi hatiku terasa sembilu.Jika, cinta itu tak ada untukku kenapa harus menikahiku?Aku bisa menjagakan putri-putrinya. Kalau sudah begini, aku bagai tak dianggap.Suara dengkuran Mas Ridwan terdengar begitu keras. Ia tidur di atas sofa. Sementara aku memeluk lututku sendiri di atas kasur empuk yang dulu miliknya bersama Mbak Mawar.Entah sejak kapan rasa cintaku hadir, yang jelas saat ini hatiku sakit menerima penolakannya.Mas Ridwan sosok yang sempurna. Bahkan untuk berkata hal menyakitkan itu saja ia menggunakan kalimat lembut hingga membuat aku tak berkutik.Malam ini hujan pun turun menemani kesedihanku. Pintu jendela kamar terbuka dan tertutup

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Sesal

    Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 12.***POV Ridwan.Weekend ini aku berniat membahagiakan Anak-anak. Kami melepas rasa bosan dengan berenang.Kedua putri kecilku sudah siap menggunakan baju pengaman agar tetap terapung.Kami bermain air sembari bercanda riang. Namun, tiba-tiba saja terdengar bunyi dentuman.Sepertinya ada yang melompat ke kolam renang. Dasar menyebalkan. Anak-anakku sampai kaget."Tolong!"Suara teriakan itu sepertinya tidak asing di telingaku. Di kolam yang sama, terlihat seseorang sedang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.Mataku membesar saat mengetahui Dinda yang tenggelam. Ternyata dia tidak bisa berenang.Dengan gerakan cepat, aku langsung menuju ke arahnya. Telapak tangan Dinda berhasil aku genggam, kemudian dengan terpaksa aku menyentuh bagian pinggang agar ia dapat aku naikan ke permukaan."Tolong bantu angkat ke atas," pintaku pada penjaga kolam.Dinda akhirnya berhasil selamat. Namun, ia pingsan. Sementara Cika dan Tika sudah menangis karena ke

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Tenggelam

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 11.***POV Dinda.Seminggu setelah Mbak Mawar tiada. Aku semakin besar memberikan perhatian untuk si kembar. Namun, aku tak lagi tinggal serumah dengan mereka. Karena aku segan.Sehabis isya aku pulang ke kontrakan yang letaknya bersebelahan dengan rumah Almarhumah Mbak Mawar. Seperti malam ini, aku berpamitan pada Mas Ridwan."Saya ingin bicara sesuatu, Din. Bisakah kamu menunda sebentar lagi kepulanganmu?" tanya-nya.Aku mengangguk sembari duduk kembali ke sofa."Ingin bicara soal apa, Mas?" "Sebenarnya ini sangat berat. Saya sendiri tak mampu mengatakannya. Namun, amanah ini tetap harus saya sampaikan," ujar Mas Ridwan.Aku sedikit gugup menunggu kalimat apa yang akan diucapkan Mas Ridwan."Din, Almarhumah istri saya menginginkan kamu untuk terus menemani Anak-anak," lanjutnya.Aku mengukir senyum tulus. Sejujurnya aku sangat menyayangi Tika dan Cika. Menjaganya menurutku tugas yang paling membahagiakan."Aku berjanji, Mas. Mbak Mawar pun

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   POV Ridwan

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 10.***POV Ridwan.Istriku mawar menyusul aku ke kamar. Ia menjelaskan perkataannya yang tadi sempat aku dengar."Mas, tolong jangan marah. Aku hanya berani bicara seperti itu pada Dinda saja. Karena aku sangat mempercayainya.""Tetap saja aku tidak suka. Masalah kesepian ataupun kesedihan diriku tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, sayang. Kamu juga tahu, aku sangat mengupayakan kesembuhanmu," paparku.Istriku bergeming. Air matanya mengalir deras. Detik berikutnya aku memeluk penuh cinta.Tubuh indah itu kini mulai lemah. Namun, sedikitpun rasa cintaku tak pernah sirna.Ia adalah cinta pertama dalam hidupku, dan akan menjadi cinta terakhir..Hari berganti, keadaan Mawar semakin memburuk. Aku dan yang lain mengantarkan ke rumah sakit. Namun, kondisinya terus saja melemah. Hingga aku meminta Dinda membawa Anak-anak keluar. Tak tega jika Tika dan Cika melihat kesakitan Mamanya."Mas, sepertinya aku tidak akan bisa mendampingimu lebih l

  • AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR   Amanah

    Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 9.***Hari berganti. Harusnya saat ini adalah menjadi momen terindahku. Namun, pernikahan telah aku batalkan, walau undangan pada kerabat dekat sudah disebarkan.Mas Andi juga masih berusaha membujukku agar mau kembali rujuk. Akan tetapi hatiku sudah bulat menolaknya.Lelaki seperti Mas Andi tidak akan pernah berubah. Ia hanya bisa lembut ketika merasa sepi dan sendiri. Namun, disaat ada pilihan lain, maka dia pun akan mulai bertingkah."Din, aku mohon kali ini saja! Ayolah berikan aku kesempatan itu," ujarnya melalui panggilan suara."Tidak, Mas. Keputusanku tidak bisa lagi diganggu gugat," sahutku dengan intonasi suara menekan.Deheman keras terdengar bagai orang yang putus asa. Detik berikutnya aku langsung memutuskan panggilan telepon dengannya.Cukup sudah hatiku dipermainkan. Aku tak mau lagi ada kesakitan yang tercipta oleh lelaki yang sama..Seperti biasa, aku mengurus Tika dan Cika. Setelah selesai, aku pun segera memberikan obat ruti

DMCA.com Protection Status