Share

Kebenaran

last update Last Updated: 2022-07-04 18:51:25

"Tolonglah, San. Jangan putuskan kerja sama dengan perusahaan kami. Kami benar-benar membutuhkan bantuanmu," ucap Hermawan pada Hasan, rekan kerja sekaligus sahabat karibnya itu.

"Maaf, Wan. Aku sudah berusaha selama beberapa tahun ini, tapi bisnis kita tidak ada kemajuan sama sekali, malah cenderung menurun," jawab Hasan. "Kalau begini terus aku yang rugi, Wan."

"Ayolah, San. Kita sudah membangun perusahaan besar ini bersama-sama dari nol. Kalau kamu mundur sekarang, aku bisa bangkrut. Masak kamu tega sih, San?"

Hasan seketika terdiam. Mereka memang bersahabat sejak lama, dan membangun perusahaan besar itu bersama-sama. Tapi belakangan diperusahaan dia menemukan banyak sekali kejanggalan. Keuntungan yang mereka peroleh tak sesuai dengan kerja kerasnya selama ini. Dia tidak ingin curiga pada sahabatnya itu, tapi kenyataan berkata sebaliknya.

"San, please lah. Aku pasti akan segera menemukan orang yang melakukan kecurangan di perusahaan kita," ucap Hermawan meyakinkan Hasan lagi.

Hasan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
ternyata Merly RAKUS TAMAK juga GATEL
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Mama kandung

    Om Adam menatap Ara, lalu membuang napas berat."Kau harus mempersiapkan diri untuk apa yang akan kau lihat," ucapnya lirih.Ara menatap Om Adam penuh tanda tanya."Mamamu satu-satunya saksi atas apa yang Hermawan dan Merly lakukan, tapi kondisinya saat ini ... ," Om Adam tak meneruskan kata-katanya.Ara mengerutkan kening, masih belum mengerti sepenuhnya apa yang Om Adam katakan."Sudahlah, ikutlah dengan Om," ucap Om Adam kemudian seraya berdiri dari duduknya.Dia mengajakku masuk ke dalam mobilnya, dan dalam beberapa menit mobil meluncur mulus menuju jalan kota yang ramai. Lumayan jauh juga perjalanan yang mereka tempuh. Hingga mereka sampai di sebuah gedung tinggi bernuansa putih.Mobil masuk ke dalam area parkir yang lumayan luas, lalu berhenti di antara beberapa mobil yang terparkir di sana lebih dulu. Om Adam mengajak Ara turun dari mobilnya.Sesaat Ara tertegun menatap gedung tiga lantai di hadapannya. Itu adalah sebuah rumah sakit, tapi bukan rumah sakit pada umumnya. Ya, ged

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Awal pembalasan

    "Ternyata kemampuanmu memang bisa diandalkan. Hermawan pasti menyesal sudah melepaskanmu," ucap Om Adam sambil tersenyum bangga pada gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri itu."Ara ingin menunjukkan padanya, bahwa dia mengira sudah membesarkan seekor kucing, tapi tanpa sadar justru singalah yang dibesarkannya," jawab Ara sambil tersenyum puas. "Menyuruh Evelin menggantikan posisiku di perusahaan itu sungguh menguntungkan kita.""Bagus, tunjukkan pada mereka kalau kamu tidak lemah, dan bisa merebut kembali apa yang sudah menjadi milikmu," ucap Om Adam.Ara tersenyum lagi, seraya mengangguk. Benar, sekarang masih ada banyak alasan untuk membuatnya tetap berjuang. Dia harus menuntut keadilan atas apa yang menimpa dirinya dan keluarga kandungnya....Ara memasuki kamar Mamanya sambil membawa nampan berisi sepiring makanan dan segelas minuman. Mamanya terlihat duduk mematung dengan pandangan kosong seperti biasanya. Tapi dia jauh lebih segar dari saat ketika di rawat di r

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Kejutan

    "Baiklah, kalau begitu aku permisi," ucap Ara sambil berdiri dari duduknya. "Silahkan kalian pikirkan baik-baik, jangan sampai memberikan keputusan yang salah.""Licik kamu, Ara!" ucap Evelin tajam. "Kau yang membuat perusahaan kami jadi seperti ini, dan sekarang datang seolah olah mau menolong. Kami tahu rencana busukmu!"Ara tersenyum, lalu berjalan mendekati Evelin dan berdiri di depannya. Ditatapnya sosok yang dulu sangat disayanginya layaknya adik kandung itu."Aku hanya mengambil kembali apa yang seharusnya memang milikku," ucapnya dengan suara datar. "Jadi ambil saja apa yang pantas jadi milikmu.""Apa maksudmu?" tanya Evelin seraya menatap tajam pada Ara.Ara tersenyum, lalu mengangkat telunjuknya dan menunjuk ke arah Ridho."Satu-satunya yang membuatku bersyukur telah kau rebut adalah dia, pecundang yang pernah berstatus sebagai suamiku!"Muka Evelin memerah, lalu seketika mengangkat tangannya, bersiap menampar Ara. Tiba-tiba seseorang menangkis tangannya sebelum berhasil men

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Siapa Pengkhianatan yang Sebenarnya?

    "Ikutlah denganku. Aku akan menjadi tempatmu pulang."Ucapan Dokter Lutfi saat di pemakaman Mamanya itu terus terngiang di kepala Ara. Dia membalikkan tubuhnya berulang kali, mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa.Akhirnya dia bangkit, lalu duduk sambil memeluk lutut. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa dia merasa kehilangan Dokter Lutfi? Tapi sejak kapan dia memiliki perasaan lebih padanya?Ara memejamkan mata rapat-rapat. Tidak, dia tidak boleh seperti ini. Dia tidak boleh lemah hanya karena perasaan pada seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Dia sama sekali tidak berhak untuk itu.Ara kembali membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Pengkhianatan Papa terhadap Mamanya, juga pengkhianatan Ridho terhadap dirinya sudah cukup sebagai alasan untuk tidak membuka hatinya pada laki-laki. Ara yakin ini hanya perasaan kecewa karena Dokter Lutfi ternyata hanya memberikan harapan palsu padanya.PRAAANG!!Ara tersentak kaget. Cepat-cepat dia bangkit dan berlari menuju dapur. Sudah d

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Pengakuan Ridho

    "Perkembangan mental Nyonya Nindi sudah sangat bagus. Jika terus membaik seperti ini, ingatannya akan segera pulih kembali."Ara membuang napas lega mendengar ucapan Dokter spesialis jiwa yang mereka temui hari itu. Dia tersenyum seraya menatap Mamanya."Alhamdulillah Mama sebentar lagi sembuh," ucap Ara sambil memegang tangan Mamanya.Wajah Mamanya dari tadi tampak gelisah. Dia menatap Ara dengan cemas."Ara," ucapnya.Mata Ara membulat. Mamanya mengingat namanya!"Ridho mana, Ara?" tanyanya dengan wajah kebingungan. "Kenapa dia meninggalkanku, Mamanya?"Ara terkejut mendengar pertanyaan Mamanya."Mama mengenal Mas Ridho?" tanyanya kemudian."Dia Ridho, anakku," jawab Mamanya. "Dia anakku."Mamanya mengulang kata-kata itu sampai beberapa kali. Ara terdiam mendengarnya. Satu-satunya tempat di mana dia akan menemukan jawaban adalah rumah sakit tempat Mamanya dulu dirawat."Kita pulang dulu ya, Ma. Ara akan mencari Mas Ridho dan menyuruhnya pulang menemui Mama," ucap Ara berbohong.Mama

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Rencana licik

    "Apa maksudmu, Evelin? Itu bayi kita, darah daging kita!" ucap Ridho sambil menggoncang lengan Evelin.Evelin hanya menunduk dalam."Aku akan segera menikahimu. Jadi jangan pernah berpikiran seperti itu lagi!" ucap Ridho lagi."Justru karena itulah aku tidak bisa!""Evelin!""Aku tidak bisa menikah denganmu, Mas!"Ridho membulatkan mata menatap Evelin. Dia memegang kedua pundak Evelin dengan kedua tangannya."Semua ini bukan atas keinginanmu sendiri, kan?" tanyanya gusar.Evelin tak menjawab, dia hanya menunduk."Kenapa kau tidak bisa sekali saja hidup dengan keinginanmu? Kenapa harus mengorbankan dirimu sendiri demi Mamamu?""Cukup Ridho!"Ridho melepaskan tangannya dari pundak Evelin, lalu menoleh.Merly dengan angkuh memasuki pintu, lalu merangkul pundak putrinya."Kamu pikir aku rela menikahkan putriku dengan pengkhianat sepertimu?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Ridho."Pengkhianat?" Ridho balik bertanya sambil membalas tatapan Merly.Merly mengambil sesuatu dari dalam tas

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Ingatan Masa Lalu

    "Ridho, kita mau ke mana?" tanya Nindi sambil menatap Ridho yang sedang fokus menyetir.Ridho menoleh pada Mamanya sekilas seraya tersenyum."Kita akan pulang, Ma," jawab Ridho dengan suara lembut."Akhirnya kita mau pulang," ucap Mamanya dengan senyum lebar, mirip seperti anak kecil yang akan diajak ke tempat rekreasi.Ridho terdiam melihat ekspresi Mama angkatnya itu. Hatinya tiba-tiba kembali bimbang. Apa dia benar-benar harus melakukan hal ini?Lamunannya buyar ketika gawainya berdering. Dia mengambil headset dan memasangnya di telinga."Bagaimana? Kau sudah bersama dia?" terdengar suara Merly dari seberang telepon.Ridho tak langsung menjawab. Dia melirik ke arah Mamanya yang matanya antusias memperhatikan jalan."Iya, sekarang aku bersamanya," jawabnya kemudian dengan suara berat."Bagus, bawa dia ke tempat yang sudah aku tunjukkan.""Baik," jawab Ridho lirih.Merly menutup teleponnya seraya tersenyum miring, lalu menghubungi lagi seseorang. Rencananya kali ini harus berjalan mu

    Last Updated : 2022-07-04
  • AKU BELUM MATI, MAS!   Saksi

    Suara sirine mobil ambulans memenuhi pelataran rumah sakit. Para petugas menurunkan Ara yang terbaring tak sadarkan diri di atas tandu, lalu secepatnya melarikannya ke ruang IGD.Nindi dan Ridho berlari mengikuti para petugas itu sampai benar-benar masuk ke dalam ruangan berpintu kaca besar itu. Mereka dengan cemas menunggu di luar ruangan.Dokter Lutfi berlari dengan gugup menuju ke arah ruangan itu."Dokter, tolong selamatkan putriku Dokter!" ucap Nindi begitu melihat Dokter Lutfi.Dokter Lutfi mengangguk, lalu lalu bergegas memasuki ruang IGD."Mama ingat tentang Ara?" tanya Ridho sambil menatap heran pada Mamanya."Gadis itu selalu bicara padaku, menceritakan tentang masa kecilnya, dan dia mengaku sebagai putriku," ucap Nindi sambil membalas tatapan Ridho. "Apa benar dia putriku, Ridho?"Ridho mengangguk cepat. Nindi seketika membulatkan mata."Jadi, Hermawan sudah mengambil bayiku?" tanyanya dengan nada suara bergetar.Ridho mengangguk lagi."Ingatan Mama sudah kembali?" tanya Ri

    Last Updated : 2022-07-04

Latest chapter

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Akhir ( END )

    "Katakan padaku dengan jujur, Ara. Apa kamu mencintai Lutfi?"Ara hanya menelan saliva, tak mampu menjawab."Jawab, Ara. Jawabanmu sangat berarti bagiku," ucap Dokter Maya lagi."Aku tidak mau jadi perusak hubungan kalian, Dokter," jawab Ara lirih."Itu artinya kau benar-benar mencintainya."Ara diam tak menjawab. Dia hanya bisa menunduk. Dokter Maya memegang kedua tangan Ara dengan kedua tangannya."Dengarkan aku, Ara," ucapnya. "Kalian saling mencintai, jadi jangan biarkan dia pergi."Ara mengangkat wajahnya, lalu menatap Dokter Maya heran."Kenapa Dokter bicara seperti itu?" tanyanya."Lutfi setuju untuk menikahiku karena ingin menolongmu," ucap Dokter Maya lagi. "Orang tuanya mau membantunya untuk hal itu."Mata Ara membulat karena terkejut, tapi sesaat kemudian dia membuang napas lega."Syukurlah, ternyata dugaanku salah," ucap Ara tak bisa menahan air mata."Ara ... ?""Kupikir dia menderita karena terlalu banyak menolongku. Aku takut dia ingin pergi dariku karena tidak mau lagi

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Hukuman setimpal

    "Lancang kamu, Evelin! Berani sekali kamu membela mereka dan melawan orang tuamu sendiri!" ucap Merly murka."Sudahlah, Ma, Pa, kalian menyerahlah," ucap Evelin memohon. "Semua ini bukan milik kita. Kita harus mengembalikannya pada yang berhak, lalu mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita lakukan!""Diam kamu, Evelin!" bentak Mamanya itu."Dengar, semuanya! Mereka semua hanya pendusta! Mereka bersekongkol! Mereka bicara tanpa bukti!" ucapnya dengan penuh emosi."Kami punya buktinya!"Semua orang menoleh. Dokter Lutfi masuk sambil mendorong Ara yang duduk di atas kursi roda. Ara memperlihatkan dokumen di tangannya pada semua orang. Wajah Hermawan dan Merly seketika memucat."Perusahaan ini milik orang ayah saya, Hasanudin!" ucap Ara lantang. "Mereka dengan sengaja ingin menghabisi nyawa saya sebagai pewaris tunggal perusahaan ini!"Para tamu undangan tampak begitu terkejut, hingga suasana sedikit gaduh."Dokter Lutfi! Rupanya kamu berkhianat! Anda lupa, jika kulaporkan perbuatanmu

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Saksi

    Suara sirine mobil ambulans memenuhi pelataran rumah sakit. Para petugas menurunkan Ara yang terbaring tak sadarkan diri di atas tandu, lalu secepatnya melarikannya ke ruang IGD.Nindi dan Ridho berlari mengikuti para petugas itu sampai benar-benar masuk ke dalam ruangan berpintu kaca besar itu. Mereka dengan cemas menunggu di luar ruangan.Dokter Lutfi berlari dengan gugup menuju ke arah ruangan itu."Dokter, tolong selamatkan putriku Dokter!" ucap Nindi begitu melihat Dokter Lutfi.Dokter Lutfi mengangguk, lalu lalu bergegas memasuki ruang IGD."Mama ingat tentang Ara?" tanya Ridho sambil menatap heran pada Mamanya."Gadis itu selalu bicara padaku, menceritakan tentang masa kecilnya, dan dia mengaku sebagai putriku," ucap Nindi sambil membalas tatapan Ridho. "Apa benar dia putriku, Ridho?"Ridho mengangguk cepat. Nindi seketika membulatkan mata."Jadi, Hermawan sudah mengambil bayiku?" tanyanya dengan nada suara bergetar.Ridho mengangguk lagi."Ingatan Mama sudah kembali?" tanya Ri

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Ingatan Masa Lalu

    "Ridho, kita mau ke mana?" tanya Nindi sambil menatap Ridho yang sedang fokus menyetir.Ridho menoleh pada Mamanya sekilas seraya tersenyum."Kita akan pulang, Ma," jawab Ridho dengan suara lembut."Akhirnya kita mau pulang," ucap Mamanya dengan senyum lebar, mirip seperti anak kecil yang akan diajak ke tempat rekreasi.Ridho terdiam melihat ekspresi Mama angkatnya itu. Hatinya tiba-tiba kembali bimbang. Apa dia benar-benar harus melakukan hal ini?Lamunannya buyar ketika gawainya berdering. Dia mengambil headset dan memasangnya di telinga."Bagaimana? Kau sudah bersama dia?" terdengar suara Merly dari seberang telepon.Ridho tak langsung menjawab. Dia melirik ke arah Mamanya yang matanya antusias memperhatikan jalan."Iya, sekarang aku bersamanya," jawabnya kemudian dengan suara berat."Bagus, bawa dia ke tempat yang sudah aku tunjukkan.""Baik," jawab Ridho lirih.Merly menutup teleponnya seraya tersenyum miring, lalu menghubungi lagi seseorang. Rencananya kali ini harus berjalan mu

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Rencana licik

    "Apa maksudmu, Evelin? Itu bayi kita, darah daging kita!" ucap Ridho sambil menggoncang lengan Evelin.Evelin hanya menunduk dalam."Aku akan segera menikahimu. Jadi jangan pernah berpikiran seperti itu lagi!" ucap Ridho lagi."Justru karena itulah aku tidak bisa!""Evelin!""Aku tidak bisa menikah denganmu, Mas!"Ridho membulatkan mata menatap Evelin. Dia memegang kedua pundak Evelin dengan kedua tangannya."Semua ini bukan atas keinginanmu sendiri, kan?" tanyanya gusar.Evelin tak menjawab, dia hanya menunduk."Kenapa kau tidak bisa sekali saja hidup dengan keinginanmu? Kenapa harus mengorbankan dirimu sendiri demi Mamamu?""Cukup Ridho!"Ridho melepaskan tangannya dari pundak Evelin, lalu menoleh.Merly dengan angkuh memasuki pintu, lalu merangkul pundak putrinya."Kamu pikir aku rela menikahkan putriku dengan pengkhianat sepertimu?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Ridho."Pengkhianat?" Ridho balik bertanya sambil membalas tatapan Merly.Merly mengambil sesuatu dari dalam tas

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Pengakuan Ridho

    "Perkembangan mental Nyonya Nindi sudah sangat bagus. Jika terus membaik seperti ini, ingatannya akan segera pulih kembali."Ara membuang napas lega mendengar ucapan Dokter spesialis jiwa yang mereka temui hari itu. Dia tersenyum seraya menatap Mamanya."Alhamdulillah Mama sebentar lagi sembuh," ucap Ara sambil memegang tangan Mamanya.Wajah Mamanya dari tadi tampak gelisah. Dia menatap Ara dengan cemas."Ara," ucapnya.Mata Ara membulat. Mamanya mengingat namanya!"Ridho mana, Ara?" tanyanya dengan wajah kebingungan. "Kenapa dia meninggalkanku, Mamanya?"Ara terkejut mendengar pertanyaan Mamanya."Mama mengenal Mas Ridho?" tanyanya kemudian."Dia Ridho, anakku," jawab Mamanya. "Dia anakku."Mamanya mengulang kata-kata itu sampai beberapa kali. Ara terdiam mendengarnya. Satu-satunya tempat di mana dia akan menemukan jawaban adalah rumah sakit tempat Mamanya dulu dirawat."Kita pulang dulu ya, Ma. Ara akan mencari Mas Ridho dan menyuruhnya pulang menemui Mama," ucap Ara berbohong.Mama

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Siapa Pengkhianatan yang Sebenarnya?

    "Ikutlah denganku. Aku akan menjadi tempatmu pulang."Ucapan Dokter Lutfi saat di pemakaman Mamanya itu terus terngiang di kepala Ara. Dia membalikkan tubuhnya berulang kali, mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa.Akhirnya dia bangkit, lalu duduk sambil memeluk lutut. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa dia merasa kehilangan Dokter Lutfi? Tapi sejak kapan dia memiliki perasaan lebih padanya?Ara memejamkan mata rapat-rapat. Tidak, dia tidak boleh seperti ini. Dia tidak boleh lemah hanya karena perasaan pada seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Dia sama sekali tidak berhak untuk itu.Ara kembali membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Pengkhianatan Papa terhadap Mamanya, juga pengkhianatan Ridho terhadap dirinya sudah cukup sebagai alasan untuk tidak membuka hatinya pada laki-laki. Ara yakin ini hanya perasaan kecewa karena Dokter Lutfi ternyata hanya memberikan harapan palsu padanya.PRAAANG!!Ara tersentak kaget. Cepat-cepat dia bangkit dan berlari menuju dapur. Sudah d

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Kejutan

    "Baiklah, kalau begitu aku permisi," ucap Ara sambil berdiri dari duduknya. "Silahkan kalian pikirkan baik-baik, jangan sampai memberikan keputusan yang salah.""Licik kamu, Ara!" ucap Evelin tajam. "Kau yang membuat perusahaan kami jadi seperti ini, dan sekarang datang seolah olah mau menolong. Kami tahu rencana busukmu!"Ara tersenyum, lalu berjalan mendekati Evelin dan berdiri di depannya. Ditatapnya sosok yang dulu sangat disayanginya layaknya adik kandung itu."Aku hanya mengambil kembali apa yang seharusnya memang milikku," ucapnya dengan suara datar. "Jadi ambil saja apa yang pantas jadi milikmu.""Apa maksudmu?" tanya Evelin seraya menatap tajam pada Ara.Ara tersenyum, lalu mengangkat telunjuknya dan menunjuk ke arah Ridho."Satu-satunya yang membuatku bersyukur telah kau rebut adalah dia, pecundang yang pernah berstatus sebagai suamiku!"Muka Evelin memerah, lalu seketika mengangkat tangannya, bersiap menampar Ara. Tiba-tiba seseorang menangkis tangannya sebelum berhasil men

  • AKU BELUM MATI, MAS!   Awal pembalasan

    "Ternyata kemampuanmu memang bisa diandalkan. Hermawan pasti menyesal sudah melepaskanmu," ucap Om Adam sambil tersenyum bangga pada gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri itu."Ara ingin menunjukkan padanya, bahwa dia mengira sudah membesarkan seekor kucing, tapi tanpa sadar justru singalah yang dibesarkannya," jawab Ara sambil tersenyum puas. "Menyuruh Evelin menggantikan posisiku di perusahaan itu sungguh menguntungkan kita.""Bagus, tunjukkan pada mereka kalau kamu tidak lemah, dan bisa merebut kembali apa yang sudah menjadi milikmu," ucap Om Adam.Ara tersenyum lagi, seraya mengangguk. Benar, sekarang masih ada banyak alasan untuk membuatnya tetap berjuang. Dia harus menuntut keadilan atas apa yang menimpa dirinya dan keluarga kandungnya....Ara memasuki kamar Mamanya sambil membawa nampan berisi sepiring makanan dan segelas minuman. Mamanya terlihat duduk mematung dengan pandangan kosong seperti biasanya. Tapi dia jauh lebih segar dari saat ketika di rawat di r

DMCA.com Protection Status