Share

Yuni Hampir Menyerah

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2021-09-30 21:08:37

Tanpa Ramadani ketahui, bahwa sedari tadi Yuni mendengarkan semua percakapannya dengan sang Ibu.

Awalnya Yuni berpikir, kalau suaminya itu akan berbicara dengan Ibunya mengenai permasalah, tetapi justru semuanya di luar dugaan, kalau Ramdani lebih mendengarkan ucapan Ibunya dibandingkan dengan dirinya.

Yuni benar-benar kecewa, selama hampir tiga tahun ini dia mengalah dengan sifat keluarga Ramdani, tetapi sekali lagi dia memang tidak pernah di hargai sedikitpun.

"Non Yuni, baik-baik saja?"

Yuni menoleh, menatap pengasuh anaknya yang sudah bekerja di rumahnya semenjak anak Rion--anak pertamanya lahir.

"Insyaallah, Mbok."

Gegas, Yuni meraih Rion yang baru berusia dua tahun setengah dari gendongan Mbok Darmi--pengasuhnya.

Meskipun sudah berusia dua tahun setengah, tetapi sayangnya Rion mengalami keterlambatan dalam proses berjalan, hal itu membuat hati Yuni semakin terasa tercabik-cabik.

"Bu, Papah," ucap Rion sambil menunjuk ke arah tangga, di mana tadi Ramdani berdiri di sana.

"Papah, lagi bersih-bersih dulu, Sayang. Rion, main sama Mamah dan adik bayi, ya!"

Bagi Yuni, Rion adalah alasan satu-satunya kenapa dia mampu bertahan hingga sampai saat ini, kalau bukan karena Rion mungkin semuanya tidak akan pernah Yuni lakukan.

Mertua dan adik iparnya terlalu ikut campur dalam rumah tangganya, mereka selalu memonitori segalanya, termasuk uang bulanan baginya.

[Yuni, kamu mengadu pada Ramdani lagi, hah!]

Baru saja Yuni duduk di karpet yang ada di depan televisi, tiba-tiba gawainya berdering, menampilkan sebuah pesan dari Ibu mertuanya.

[Iya, memangnya kenapa? Aku juga butuh keadilan, Bu.]

Tidak lama kemudian, sebuah panggilan masuk. Yuni hanya meliriknya sekilas, kemudian kembali beralih pada Rion yang tengah memainkan mobil-mobilan.

Yuni tidak akan biarkan harga dirinya terus diinjak-injak seperti ini, dia harus bisa melawan semuanya. 

    

[Angkat teleponku, Yuni! Kita perlu bicara.]

Tanpa rasa takut sekalipun, Yuni langsung membalas pesan tersebut.

[Untuk apa? Aku sudah tahu, apa yang akan Ibu katakan padaku.]

[Kurang ajar kamu, Yuni! Masih beruntung anakku mau menjadikanmu istri, kalau tidak, kamu pasti sudah habis di siksa oleh orang yang membelimu dari keluargamu itu.]

Yuni terpejam selama beberapa saat ketika membaca pesan tersebut. Ingatan masa lalunya kembali berputar di kepala. Dia ingat betul, bagaimana rentetan kejadian tragis menimpa keluarganya.

Helaan napas panjang kembali keluar dari mulutnya, kala Yuni berpikir, jika hidupnya memang tidak seberuntung orang kebanyakan.

Awalnya Yuni berpikir, kalau dia akan mendapatkan surga ketika bertemu dengan Ramdani, tetapi justru nerakalah yang dia dapatkan.

"Non, Mbok sudah selesai masak, mau makan dulu?"

"Tidak, Mbok. Aku lagi gak napsu makan."

Mbok Darmi, pengasuh sekaligus asisten rumah tangga yang sudah Yuni anggap sebagai Ibu kandungnya sendiri itu langsung duduk di hadapan Yuni.

"Non, jangan banyak pikiran seperti itu, kasian calon anaknya."

"Mbok, bagaimana aku gak banyak pikiran, keberadaanku seakan-akan tidak berguna di sini," keluh Yuni, matanya menyiratkan sebuah keputusaan yang sering sekali dia perlihatkan akhir-akhir ini.

"Non, harus sabar, ya. Suatu saat nanti, Mbok yakin kalau Den Rion bakal jadi orang yang sukses dan dapat memuliakan orang lain."

Yuni mengangguk pelan, kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Di sisi lain, dia bersyukur, karena masih memiliki Mbok Darmi yang mengerti akan keadaannya.

"Tapi, Mbok, gara-gara ini semua, aku gak bisa bayar Mbok kayak dulu lagi, uang tabunganku di ambil oleh Ibu."

Mbok Darmi menggeleng pelan, hal itu membuat Yuni langsung menyipitkan mata.

"Non, tidak usah mengkhawatirkan itu, Mbok tidak masalah."

"Mbok ...."

Di saat itu, Yuni langsung memeluk tubuh renta Mbok Darmi, melupakan rasa senang sekaligus sedih, karena di dunia ini, masih ada orang yang peduli padanya. 

Bahkan, orang tersebut bukan dari kaluarganya sendiri, Mbok Darmi sudah seperti malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan padanya.

"Mbok, kalau anak keduaku sudah lahir, aku akan meminta cerai pada Mas Ramdani, aku--"

"Tidak akan, Yuni!"

Sontak, Yuni langsung melepaskan pelukannya pada Mbok Darmi, kemudian menatap seorang pria yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu tidak boleh bercerai dariku, Yuni," lirih Ramdani. Karena bagaimanapun, dia begitu mencintai Yuni.

"Memangnya kenapa, Mas? Kalian memperlakukanku dengan begitu buruk. Kalian pikir, aku ini apa, sehingga kalian begitu kejam padaku."

Mata Yuni langsung memanas, cairan bening yang sedari dia tahan, akhirnya luruh juga, menetes ke atas karpet.

Rion yang seperti sadar akan rasa sakit Ibunya, langsung naik ke pangkuan Yuni, memeluk tubuh rapuh Ibunya dengan erat.

"Mamah, gak boleh nangis, Rion sayang Mamah."

"Iya, Sayang, Makasih."

Beberapa kali Yuni mendaratkan kecupan di kening Rion, membuat Ramdani sedikit tertegun.

Selama ini, dia tidak pernah melihat Yuni menangis, bahkan ketika Ibunya bersikap seenaknya, Yuni selalu sabar dan hanya menaati perintahnya.

"Papah, jahat! Mamah, jadi nangis. Rion, benci, Papah."

Ramdani semakin tertegun, ketika mendengar ucapan Rion. Anaknya itu tidak pernah berkata seperti itu sebelumnya.

"Nak." Ramdani berusaha meraih Rion, tetapi anaknya tersebut langsung menggeleng.

"Rion, sayang Mamah."

***

    

Related chapters

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mulai Menjauh

    Semenjak kejadian tersebut, Yuni lebih banyak diam, kadang sesekali Ramdani memergoki Yuni tengah melamun di halaman belakang rumah.Walaupun begitu, Yuni masih melayani Ramdani dengan baik, dia masih memperlakukan Ramdani layaknya suami, meskipun Ramdani justru sebaliknya."Rion, mau main sama, Papah, gak?"Rion yang merupakan anak pertama Ramdani hanya menggeleng pelan, dia lebih asyik dengan mainan yang ada di hadapannya, dibandingkan dengan Papahnya sendiri.Padahal, biasanya Rion tidak bisa jauh dari Papahnya, dia sering memanggil Papahnya, meskipun tidak selalu dihiraukan oleh Ramdani."Nak, Papah, punya mainan baru, kamu mau lihat, gak?"Akhirnya Rion menoleh, menatap sang Papah yang sedang menyunggingkan senyuman."Tada!" sambung Ramdani sambil memamerkan mainan robot yang tadi dia beli di jalan."Nak, makan d

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Anak Kecil Pun Mengerti

    Dari kejauhan, Ramdani terus memperhatikan Yuni yang tengah menyuapi Rion. Sesekali istrinya itu tertawa saat melihat tingkah menggemaskan Rion.Selama ini Ramdani sadar, kalau dia sama sekali tidak pernah menemani Yuni menyuapi, bahkan mengajaknya pergi keluar bertiga bersama anaknya, dia terlalu sibuk dengan dunianya.Pergi pagi, pulang malam dan ketika berada di rumah, dia habiskan untuk kembali bekerja atau beristirahat, tanpa mempedulikan istri maupun anaknya.Bahkan, Ramdani sama sekali tidak pernah mendengarkan keluh kesah istrinya, dia selalu berpikir, bahwa rumah dan uang bulanan yang selalu dia berikan pada Yuni cukup.Padahal dibalik itu semua, ada banyak hal yang tidak Ramdani ketahui mengenai istri dan bagaimana Ibunya memonopoli semuanya."Mamah, Ion udah kenyang," ucap Rion sambil menjulurkan tangan, meminta air minum yang ada di gelas."

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni Perlahan Bangkit dari Rasa Sakit

    Drrt ... drrt ....Dona yang tengah menikmati hidangan di rumah anak sulungnya itu langsung menyimpan sendok, meraih benda persegi yang terus berdering. Dia menatap layar selama beberapa detik, kemudian menempelkan di telinga."Bu, lagi di mana?""Lagi di rumah Abang kamu, Monika. Kenapa?""Gitu, ya, Bu. Aku ke sana sekarang, ya! Sekalian mau bawa seseorang."Dona langsung menautkan kedua alisnya ketika mendengar ucapan Monika."Memangnya siapa, Sayang?"Monika malah terkekeh pelan, kemudian kembali melanjutkan ucapannya."Nanti juga tahu, aku berangkat dulu ke sana. Tolong siapin makanan.""Iya, Sayang."Sesudah mematikan sambungan telepon, Dona kembali meraih sendok yang ada di atas piring, kemudian melanjutkan acara makannya.Di saat itu pula, Yun

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Tuduhan Dona

    Dona langsung mendelik, hidungnya mengkerut, beberapa kali dia melayangkan tatapan tidak suka pada Yuni."Sejak kapan kamu berani melawan Ibu, Ramdani?" sentak Dona sambil tersenyum sinis. "Pasti si Yuni main dukun, biar kamu berani bersikap seperti itu."Dona sengaja melayangkan sebuah tuduhan tidak mendasar pada Yuni. Sengaja dia melakukan ini, tentunya agar Ramdani percaya lagi padanya, karena bagaimanapun itu, Ramdani adalah satu-satunya orang paling penting di hidupnya.Kalau saja Ramdani dikuasi oleh Yuni, Dona pasti tidak akan bisa hidup mewah, Ramdani pasti akan memberikan uang padanya hanya seadanya saja.Dona tidak ingin, kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa kebiasaan hidup mewahnya tidak bisa dia rasakan kembali.Kalau saja hal itu sampai terjadi, Yuni adalah orang pertama yang akan Dona lenyapkan. Karena memang, gara-gara Yuni semuanya hilang.

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kekasih Monika

    "Bu, kenalin ini Kak Anton, dia Kakak tingkatku di kampus. Sebenarnya kami sudah dekat cukup lama, tetapi Kak Anton baru menyatakan cintanya padaku beberapa waktu lalu."Monika menjelaskan semuanya sambil tersipu malu, beberapa kali dia melirik ke arah Anton yang juga ikut menyunggingkan senyuman.Monika tidak menyangka, setelah melakukan pendekatan yang cukup lama dengan Anton, pada akhirnya dia bisa mendapatkan pria itu, rasanya hari-hari Monika benar-benar penuh dengan bunga."Benar, Bu. Saya dan Monika sudah kenal cukup lama. Malahan kami juga--""Yuni, maafkan, Mas. Mas, akan bersikap lebih adil padamu lagi, Sayang. Tolong, jangan pikirkan hal ini lagi, kasian anak yang ada di dalam kandunganmu.""Untuk apa? Kamu sudah sering berkata seperti itu padaku."Tiba-tiba ketiga orang tersebut tersentak ketika mendengar sebuah teriakan dari ruang makan.&

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Rencana Yuni dan Mbok Darmi

    "Mbok, bisa tolong belikan tempat minum untuk Rion ke pasar, gak?"Mbok Darmi yang kebetulan sedang memotong sayur-sayuran untuk sarapan, langsung menoleh, kemudian mengangguk pelan."Bisa, Nyonya. Sekalian saya mau beli ikan, tadi Tuan Ramdani minta di masakin ikan goreng.""Baik, Mbok. Terima kasih banyak."Mbok Darmi tidak membalas ucapan Yuni, dia menatap majikannya itu dengan sendu, beberapa kali dia menelan ludah susah payah, berusaha mengusir gejolak di hatinya.Bagaimana tidak, bagian bawah mata Yuni tampak begitu menghitam, wajahnya pun tampak pucat pasi dengan bibir yang memutih.Belum lagi, akhir-akhir ini Yuni jarang sekali makan, membuat Mbok Darmi begitu khawatir. Padahal dia sering sekali mengingatkan Yuni.Akan tetapi, jarang sekali Yuni gubris, dia hanya mengangguk saja, kemudian kembali bermain dengan Rion dan yang

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Buku Milik Yuni

    Ramdani pulang dari kantong dengan keadaan lesu. Hari ini, pekerjaan jauh lebih banyak dari yang dia pikirkan sebelumnya. Bahkan, gara-gara hal itu dia sampai tidak sempat mengisi perut.Ketika masuk ke rumah, Ramdani langsung melesat pergi ke dapur, duduk di meja makan, kemudian membuka tudung makanan.Namun, seketika dia terbelalak ketika netranya hanya menangkap goreng telur dan sayur asam saja yang tersaji."Mbok Darmi! Mbok," teriak Ramdani dengan nyaring. Dia begitu lapar, tapi kenapa hanya makanan itu saja yang tersaji.Tidak lama kemudian, Mbok Darmi tergopoh-gopoh dari pintu belakang."Iya, Tuan, ada apa?""Kenapa tidak ada makanan yang lainnya? Masa saya harus makan sama telur goreng sama sayur asem saja, mana ikan goreng yang sama minta?"Mbok Darmi menunduk dalam, dia meremas tangannya sendiri dengan begitu gugup.

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Orang Tidak Terduga

    Dalam kondisi hamil besar seperti ini, Yuni terpaksa berjalan sambil mendorong kereta bayi yang biasa dinaiki Rion menuju jalan raya yang ada di depan rumahnya.Bukan tanpa alasan, tetapi anaknya itu terus merengek minta keluar rumah, padahal dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.Baru saja Yuni berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian, Dona dan Monika keluar dari mobil. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan Yuni, tetapi tanpa sengaja, sudut mata Monika menangkap kehadiran Yuni."Bu, lihat deh, ada si Yuni."Dona terkesiap, ekor matanya sedikit menyipit. Hanya dalam hitungan detik, dia langsung tersenyum sinis."Yuni, sini kamu!"Yuni menghela napas kasar, dia terus melajukan kereta bayi yang di tumpangi Rion. Dia tidak peduli dengan Dona dan Monika.&n

    Last Updated : 2021-10-13

Latest chapter

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Memergoki Keduanya

    Akhirnya Ramdani bisa menghela napas lega, kala pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu menumpuk, bisa selesai juga hanya dalam hitungan hari.Bahkan, Ramdani sampai rela kehilangan hari liburnya, demi bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.Ramdani berambisi untuk bisa menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa saja naik jabatan kapan saja. Soalnya beberapa waktu lalu, bosnya pernah bilang, akan menaikan jabatan seseorang yang bekerja dengan cukup baik.Maka dari situlah, Ramdani mulai memiliki keinginan untuk bisa menjadi yang terbaik diantara teman-teman yang lainnya, sekaligus memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya."Wah, udah selesai, nih, Pak!" sahut Anto--salah satu rekan kerja Ramdani yang cukup dekat dengannya.Ramdani yang tengah memejamkan mata sambil bersandar pada kursi, lantas mengangguk pelan."Iya, nih, udah selesai.""Wih, enak banget!"Tanpa diduga-duga, Anto langs

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Uang Tutup Mulut

    "Jangan asal bicara kalian, aku dan Pak Dandy sama sekali tidak berselingkuh!" hardik Yuni dengan kedua bola mata membulat sempurna.Dona menyeringai, dia menatap sebuah foto hasil jepretannya yang cukup bagus tersebut.Bila foto tersebut di kirimkan pada Ramdani, Dona yakin kalau anak laki-lakinya itu akan murka dan sedikit meragukan ketulusan hati Yuni.Terlebih lagi, mungkin hubungan keduanya akan kembali renggang, sehingga niat buruk yang selama ini Dona susun, akan bisa berjalan dengan lancarDona tidak sabar membayangkan, di saat Yuni dan Ramdani berpisah untuk selamanya, sehingga Dona bisa menikahkan anaknya dengan Sarah--perempuan yang cukup kaya raya."Asal bicara katamu? Jelas-jelas aku melihat perselingkuhan kalian di depan mata kepalaku sendiri.""Bu, aku tidak berselingkuh! Pak Dandy datang untuk menengok anakku. Apa Ibu tidak bisa me

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kedatangan Seorang Tamu

    Sebenarnya Yuni ingin sekali menolak keinginan Dandy untuk datang ke rumahnya, hanya saja dia merasa tidak enak.Masa ada orang yang menengok anaknya, dia malah menolaknya hanya karena alasan tidak nyaman.Jadi, mau tidak mau, Yuni pun mengiyakan permintaan Dandy, meskipun dia belum sempat memberitahu suaminya.[Baik, Pak.][Terima kasih, Bu. Kalau boleh tahu, apa ada yang sedang Ibu inginkan?]Sengaja Yuni tidak membalas pesan Dandy, dia takut kalau terus berhubungan dengan pria itu, justru akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Maka dari itu, Yuni lebih memilih untuk mematikan jaringan data dan menyimpan gawainya ke dalam saku celana.***Sore hari sudah tiba, kala itu Yuni tengah berada di luar rumah, dia tengah bermain bersama kedua orang anaknya, lebih tepatnya memperhatikan Rion yang tengah belajar membawa

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Pesan Dari Seseorang

    Entah bagaimana jadinya, tetapi semenjak saat itu, Ibu mertua Yuni jadi sering bertukar kabar dengan Sarah.Anehnya lagi, perempuan bernama Sarah itu malah meresponnya dengan baik, seperti hari ini, di mana ketika Yuni baru saja pulang dari rumah tetangganya, mengecek usaha yang selama ini dia dan ibu-ibu lainnya kembangkan.Perempuan itu sudah berada di rumahnya sambil mengobrol dengan Ibunya. Sementara itu, Yuni belum tahu bagaimana kabar Monika.Namun, yang pasti Yuni yakin, kalau Monika tidak tinggal seorang diri di luar sana, pasti dia tinggal bersama seseorang atau mungkin menyewa tempat yang lebih nyaman."Yuni, tolong ambilkan cemilan dan minuman, kebetulan tadi Mbok Darmi sudah Ibu suruh beli sayuran dan buah-buahan."Dona langsung memerintahkan kepada Yuni, ketika melihat batang hidung perempuan itu muncul di hadapannya."Bu, aku baru saja pul

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni yang Perlahan Membuka Hati

    Yuni sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk pelan.Ramdani sedikit khawatir dengan Yuni, takut istrinya itu berpikir yang tidak-tidak. Apalagi ketika melihat reaksi Yuni yang tidak bisa Ramdani baca sedikitpun.Membuat Ramdani semakin panik saja. Bahkan, dia sampai mengigit bibir bawahnya dengan cukup keras dengan pandangan yang tidak bisa lepas dari Yuni."Ah, hanya mantan saja! Itu hanya masa lalu saja, tidak ada yang perlu aku khawatirkan."Yuni tersenyum lebar, kemudian menghampiri Ramdani, memeluk tangan suaminya dengan erat.Di saat itu, arah pandangan Dona langsung mengikuti Yuni, kedua bola matanya membulat."Aku tidak cemburu, aku yakin Mas Ramdani setia denganku," sambung Yuni.Melihat reaksi istrinya yang begitu menggemaskan, Ramdani langsung mengusap puncak kepala Yuni, kemudian mendaratkan kecu

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mantan Pacar Ramdani

    Ketika sudah dekat dengan rumah, Titi segera mengucurkan beberapa tetes air ke matanya, dia hendak kembali berakting di hadapan Ramdani dan Yuni.Setelah itu, dia segera membuang botol berukuran kecil itu ke selokan. Sebelum itu, Dona sempat memastikan ke sekeliling, takut ada orang yang memergoki aksinya."Ya ampun, Bu Dona, kenapa nangis?"Dona langsung tersenyum tipis, kala melihat dua orang ibu-ibu menghampiri dirinya.Sudah saatnya Dona melancarkan aksinya, kalau dia akan berpura-pura bersedih, mengenai Monika yang pergi dari rumah."Monika, Bu." Dona terisak, kemudian luruh ke lantai, membuat kedua orang ibu-ibu itu begitu panik."Ya ampun, kenapa dengan Monika, Bu?""Monika, pergi dari rumah, Bu. Dia tidak ingin pulang lagi, saya tidak tahu dia akan pergi ke mana."Kedua ibu-ibu melayangkan tatapan sendu pada D

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mengurungkan Niat

    Dari kejauhan, Dona terus berteriak sambil mengejar Monika yang semakin menjauh. Gadis itu seperti tidak menghiraukan Dona sama sekali, belum lagi dia malah terisak dengan cukup keras."Monika, berhenti! Jangan pergi dari rumah."Dona berhenti sejenak, mengatur napasnya yang terasa ngos-ngosan, belum lagi dia sudah cukup tua, kakinya sudah tidak bisa di pakai jalan lebih lama, karena tenaganya sudah berkurang."Monika, berhenti!" Dona kembali berteriak dengan nyaring.Kala mendengar suara teriakan Ibunya yang sedikit memudar, Monika pun langsung menghentikan langkahnya.Perempuan itu menoleh ke arah belakang, menatap Ibunya yang tengah sedikit membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut."Bu, jangan ikuti aku lagi, lagipula Bang Ramdani sudah mengusirku, dia sudah tidak menginginkan aku lagi."Mendengar suara Monika, Dona pun seger

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Monika Akhirnya Pergi

    Dona terus terisak, dia yang duduk di lantai segera bangkit, hendak mengejar Monika yang sudah menjauh.Namun, ketika berada di hadapan Yuni, Dona langsung menghentikan langkahnya. Dia menatap Yuni dengan tajam, jelas sekali kalau dia begitu membenci menantunya itu."Ini semua gara-gara kamu, Yuni! Lihat, Monika pergi dari sini, puas kamu, hah?!"Yuni hanya mampu menelan ludah, apalagi ketika dia dan Dona saling bertatapan selama beberapa saat, di mana dia melihat kalau Dona tidaklah berdusta, tangis wanita itu benar-benar nyata."Aku sama sekali tidak melakukan itu, Bu. Jangan pernah menyalahkan aku atas semua yang sudah terjadi. Monika, pergi karena keinginannya, bukan karena aku."Dona yang sudah sampai di ambang pintu pun kembali berbalik, tatapan tajam masih dia layangkan pada Yuni.Begitupun dengan rahangnya yang sedikit mengeras, urat nadi sedikit mene

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Keputusan Monika untuk Pergi

    Dona beralih menatap Ramdani dengan tajam, sorot matanya seakan begitu menusuk.Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak Ramdani hiruakan. Lagipula semenjak Monika dan Ibunya ada di sini, banyak sekali masalah yang menghampirinya, membuat kepala Ramdani terasa seperti begitu akan pecah."Ramdani, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan hal ini pada adikmu sendiri? Kamu begitu keterlaluan!""Suruh siapa, sikapnya malah kekanak-kanakan seperti itu?" Ramdani balik bertanya. "Sudah cukup sabar aku menghadapi dia, Bu. Apa Ibu tahu, kalau Monika diam-diam meminjam uang pada temannya dan orang tersebut sempat menangih padaku?"Dona malah mendelik, kemudian kembali menatap Monika yang masih membereskan beberapa barang-barang miliknya."Tinggal bayar saja, apa susahnya!""Bu, aku bekerja bukan untuk satu orang saja, ada anak dan istri yang wajib aku biayai keb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status