Share

Mulai Menjauh

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2021-09-30 21:09:08

Semenjak kejadian tersebut, Yuni lebih banyak diam, kadang sesekali Ramdani memergoki Yuni tengah melamun di halaman belakang rumah.

Walaupun begitu, Yuni masih melayani Ramdani dengan baik, dia masih memperlakukan Ramdani layaknya suami, meskipun Ramdani justru sebaliknya.

"Rion, mau main sama, Papah, gak?"

Rion yang merupakan anak pertama Ramdani hanya menggeleng pelan, dia lebih asyik dengan mainan yang ada di hadapannya, dibandingkan dengan Papahnya sendiri.

Padahal, biasanya Rion tidak bisa jauh dari Papahnya, dia sering memanggil Papahnya, meskipun tidak selalu dihiraukan oleh Ramdani.

"Nak, Papah, punya mainan baru, kamu mau lihat, gak?"

Akhirnya Rion menoleh, menatap sang Papah yang sedang menyunggingkan senyuman.

"Tada!" sambung Ramdani sambil memamerkan mainan robot yang tadi dia beli di jalan.

"Nak, makan dulu, ya!"

Rion kembali menoleh, menatap Ibunya yang melangkah ke arahnya sambil membawa semangkuk makanan.

"Mamah, makan."

Meskipun belum terlalu lancar berjalan, tetapi Rion tidak pernah menyerah, dia adalah anak yang pekerja keras.

"Iya, Sayang. Ayo, makan, ya! Mamah, suapin."

Mendengar hal tersebut, Rion langsung terkekeh pelan, dia langsung merentangkan tangan ketika Ibunya semakin mendekat ke arahnya.

Tanpa menoleh maupun mengucapkan sepatah kata pun, Yuni menyimpan mangkuk berisi nasi dan sayuran tersebut di atas meja, kemudian meraih Rion yang masih merentangkan tangannya.

"Rion, mau makan di sini?"

Belum sempat anak sulungnya menjawab, Ramdani sudah lebih dulu berucap.

"Nak, di sini aja, ya, makannya. Papah, mau liat Rion makan lahap."

Rion sempat menatap Papahnya sekilas, sebelumnya akhirnya menggeleng, kemudian jarinya menunjuk ke arah belakang.

"Mamah, belakang. Ion belakang."

"Iya, Sayang. Mau makan di taman belakang, aja, ya!"

Yuni dan Rion langsung meninggalkan Ramdani tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ramdani menunduk, menatap mainan robot-robotan yang belum sempat Rion ambil. 

Padahal biasanya, Rion begitu antusias ketika mendapat mainan dari Ramdani, tetapi kali ini justru berbeda. Rion, seakan-akan menghiraukan dirinya, layaknya Yuni.

Ramdani terpejam selama beberapa saat, kemudian menghempaskan tubuhnya sendiri ke atas sofa. Disimpannya yang mainan tersebut di samping tubuhnya, kemudian memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut.

"Mbok!" panggil Ramdani, ketika melihat asisten rumah tangga satu-satunya tersebut melintas. 

Karena memang, Dona melarang anaknya tersebut untuk memperkerjakan banyak orang dengan alasan boros dan Yuni sendiri bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.

Namun, semenjak Yuni hamil besar, dia sudah jarang mengerjakan pekerjaan rumah dan hanya mampu membantu sesekali saja, karena tubuhnya sudah sering sekali lelah.

"Ya, Tuan. Ada keperluan apa?"

"Apa Yuni sering bercerita sesuatu sama Mbok? Karena memang, hanya Mboklah yang dekat dengannya."

Mbok Darmi terdiam sejenak. Karena memang benar adanya, kalau Nyonya tersebut lebih dekat dengan dirinya, bahkan bisa dibilang dirinya sebagai tempat keluh kesahnya Yuni.

Meskipun begitu, Mbok Darmi tidak merasa keberatan, karena dia tahu, bagaimana kesepiannya Yuni.

"Mbok, kenapa terdiam? Apa memang benar, kalau Yuni sering bercerita pada Mbok?"

"Be-benar, Tuan. Nyonya Yuni, sering bercerita pada saya, malahan--" Mbok Darmi mengangguk, dia tidak yakin ingin mengatakan hal ini pada Tuannya.

"Malahan apa, Mbok? Yuni, sering menceritakan apa? Tolong, katakan!"

"Nyonya Yuni sering bercerita sambil menangis, dia berkata sudah lelah dengan semua yang telah dia jalani, dia benar-benar hampir menyerah."

Ramdani tertegun, baru kali ini dia mengetahui tentang fakta tersebut, karena memang dia tidak pernah bertanya pada Yuni maupun yang lainnya.

Beberapa kali Ramdani menghela napas sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan sedikit kasar. Dia tidak pernah berpikir, kalau semuanya akan serumit ini.

"Lalu, apa lagi, Mbok?"

"Maaf, Tuan, kalau saya lancang, tapi apa Tuan sudah tidak mencintai Nyonya Yuni lagi?"

Ramdani terperanjat ketika mendengar pertanyaan Mbok Darmi. 

Batinnya terus bertanya-tanya, kenapa asisten rumah tangga tersebut sampai menanyakan hal tersebut padanya.

"Maksud, Mbok?" 

"Saya hanya ingin menanyakan hal itu pada Tuan saja, soalnya saya kasihan dengan Nyonya Yuni."

Entah kenapa, Ramdani merasa tidak enak ketika mendengar hal tersebut. Apa maksudnya Mbok Darmi menanyakan hal itu padanya, memangnya apa yang kurang selama ini.

"Kasihan bagaimana, Mbok? Saya memberikan Yuni tempat tinggal yang layak, dia juga tidak saya ijinkan bekerja, agar bisa lebih fokus mengurus anak dan rumah. Serta soal jatah bulanan, saya juga kadang-kadang memberikannya sama dengan Ibu saya."

"Apa Nyonya tidak mengeluh akan hal itu pada, Tuan?"

Ramdani terdiam, selama ini istrinya tersebut memang tidak pernah mengeluh soal jatah bulanan, malahan ketika dia lebih banyak memberikan uang pada Ibunya.

Di saat itu pula, Yuni selalu menerimanya dan tidak pernah mengungkit hal tersebut. 

"Tidak."

Sontak, Ramdani langsung menyipitkan mata ketika melihat Mbok Darmi tersenyum tipis. Dia merasa ada yang aneh di sini.

"Nyonya, tidak pernah mengeluh apa karena Tuan tidak pernah menanyakan hal tersebut padanya?"

Pertanyaan Mbok Darmi tersebut, langsung membuat Ramdani terdiam. Perkataan Mbok Darmi benar adanya, kalau dia memang tidak pernah menanyakan hal tersebut pada Yuni.

"Sekarang Tuan mengerti, kenapa saya menanyakan hal tersebut?"

Untuk yang kesekian kalinya, Ramadani terdiam, dia langsung menoleh, menatap Mbok Darmi dengan intens.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Wajar aj putranya ndak mau deket sama bapaknya dia peka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Anak Kecil Pun Mengerti

    Dari kejauhan, Ramdani terus memperhatikan Yuni yang tengah menyuapi Rion. Sesekali istrinya itu tertawa saat melihat tingkah menggemaskan Rion.Selama ini Ramdani sadar, kalau dia sama sekali tidak pernah menemani Yuni menyuapi, bahkan mengajaknya pergi keluar bertiga bersama anaknya, dia terlalu sibuk dengan dunianya.Pergi pagi, pulang malam dan ketika berada di rumah, dia habiskan untuk kembali bekerja atau beristirahat, tanpa mempedulikan istri maupun anaknya.Bahkan, Ramdani sama sekali tidak pernah mendengarkan keluh kesah istrinya, dia selalu berpikir, bahwa rumah dan uang bulanan yang selalu dia berikan pada Yuni cukup.Padahal dibalik itu semua, ada banyak hal yang tidak Ramdani ketahui mengenai istri dan bagaimana Ibunya memonopoli semuanya."Mamah, Ion udah kenyang," ucap Rion sambil menjulurkan tangan, meminta air minum yang ada di gelas."

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni Perlahan Bangkit dari Rasa Sakit

    Drrt ... drrt ....Dona yang tengah menikmati hidangan di rumah anak sulungnya itu langsung menyimpan sendok, meraih benda persegi yang terus berdering. Dia menatap layar selama beberapa detik, kemudian menempelkan di telinga."Bu, lagi di mana?""Lagi di rumah Abang kamu, Monika. Kenapa?""Gitu, ya, Bu. Aku ke sana sekarang, ya! Sekalian mau bawa seseorang."Dona langsung menautkan kedua alisnya ketika mendengar ucapan Monika."Memangnya siapa, Sayang?"Monika malah terkekeh pelan, kemudian kembali melanjutkan ucapannya."Nanti juga tahu, aku berangkat dulu ke sana. Tolong siapin makanan.""Iya, Sayang."Sesudah mematikan sambungan telepon, Dona kembali meraih sendok yang ada di atas piring, kemudian melanjutkan acara makannya.Di saat itu pula, Yun

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Tuduhan Dona

    Dona langsung mendelik, hidungnya mengkerut, beberapa kali dia melayangkan tatapan tidak suka pada Yuni."Sejak kapan kamu berani melawan Ibu, Ramdani?" sentak Dona sambil tersenyum sinis. "Pasti si Yuni main dukun, biar kamu berani bersikap seperti itu."Dona sengaja melayangkan sebuah tuduhan tidak mendasar pada Yuni. Sengaja dia melakukan ini, tentunya agar Ramdani percaya lagi padanya, karena bagaimanapun itu, Ramdani adalah satu-satunya orang paling penting di hidupnya.Kalau saja Ramdani dikuasi oleh Yuni, Dona pasti tidak akan bisa hidup mewah, Ramdani pasti akan memberikan uang padanya hanya seadanya saja.Dona tidak ingin, kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa kebiasaan hidup mewahnya tidak bisa dia rasakan kembali.Kalau saja hal itu sampai terjadi, Yuni adalah orang pertama yang akan Dona lenyapkan. Karena memang, gara-gara Yuni semuanya hilang.

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kekasih Monika

    "Bu, kenalin ini Kak Anton, dia Kakak tingkatku di kampus. Sebenarnya kami sudah dekat cukup lama, tetapi Kak Anton baru menyatakan cintanya padaku beberapa waktu lalu."Monika menjelaskan semuanya sambil tersipu malu, beberapa kali dia melirik ke arah Anton yang juga ikut menyunggingkan senyuman.Monika tidak menyangka, setelah melakukan pendekatan yang cukup lama dengan Anton, pada akhirnya dia bisa mendapatkan pria itu, rasanya hari-hari Monika benar-benar penuh dengan bunga."Benar, Bu. Saya dan Monika sudah kenal cukup lama. Malahan kami juga--""Yuni, maafkan, Mas. Mas, akan bersikap lebih adil padamu lagi, Sayang. Tolong, jangan pikirkan hal ini lagi, kasian anak yang ada di dalam kandunganmu.""Untuk apa? Kamu sudah sering berkata seperti itu padaku."Tiba-tiba ketiga orang tersebut tersentak ketika mendengar sebuah teriakan dari ruang makan.&

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Rencana Yuni dan Mbok Darmi

    "Mbok, bisa tolong belikan tempat minum untuk Rion ke pasar, gak?"Mbok Darmi yang kebetulan sedang memotong sayur-sayuran untuk sarapan, langsung menoleh, kemudian mengangguk pelan."Bisa, Nyonya. Sekalian saya mau beli ikan, tadi Tuan Ramdani minta di masakin ikan goreng.""Baik, Mbok. Terima kasih banyak."Mbok Darmi tidak membalas ucapan Yuni, dia menatap majikannya itu dengan sendu, beberapa kali dia menelan ludah susah payah, berusaha mengusir gejolak di hatinya.Bagaimana tidak, bagian bawah mata Yuni tampak begitu menghitam, wajahnya pun tampak pucat pasi dengan bibir yang memutih.Belum lagi, akhir-akhir ini Yuni jarang sekali makan, membuat Mbok Darmi begitu khawatir. Padahal dia sering sekali mengingatkan Yuni.Akan tetapi, jarang sekali Yuni gubris, dia hanya mengangguk saja, kemudian kembali bermain dengan Rion dan yang

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Buku Milik Yuni

    Ramdani pulang dari kantong dengan keadaan lesu. Hari ini, pekerjaan jauh lebih banyak dari yang dia pikirkan sebelumnya. Bahkan, gara-gara hal itu dia sampai tidak sempat mengisi perut.Ketika masuk ke rumah, Ramdani langsung melesat pergi ke dapur, duduk di meja makan, kemudian membuka tudung makanan.Namun, seketika dia terbelalak ketika netranya hanya menangkap goreng telur dan sayur asam saja yang tersaji."Mbok Darmi! Mbok," teriak Ramdani dengan nyaring. Dia begitu lapar, tapi kenapa hanya makanan itu saja yang tersaji.Tidak lama kemudian, Mbok Darmi tergopoh-gopoh dari pintu belakang."Iya, Tuan, ada apa?""Kenapa tidak ada makanan yang lainnya? Masa saya harus makan sama telur goreng sama sayur asem saja, mana ikan goreng yang sama minta?"Mbok Darmi menunduk dalam, dia meremas tangannya sendiri dengan begitu gugup.

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Orang Tidak Terduga

    Dalam kondisi hamil besar seperti ini, Yuni terpaksa berjalan sambil mendorong kereta bayi yang biasa dinaiki Rion menuju jalan raya yang ada di depan rumahnya.Bukan tanpa alasan, tetapi anaknya itu terus merengek minta keluar rumah, padahal dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.Baru saja Yuni berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian, Dona dan Monika keluar dari mobil. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan Yuni, tetapi tanpa sengaja, sudut mata Monika menangkap kehadiran Yuni."Bu, lihat deh, ada si Yuni."Dona terkesiap, ekor matanya sedikit menyipit. Hanya dalam hitungan detik, dia langsung tersenyum sinis."Yuni, sini kamu!"Yuni menghela napas kasar, dia terus melajukan kereta bayi yang di tumpangi Rion. Dia tidak peduli dengan Dona dan Monika.&n

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Rencana Jahat Dona dan Monika

    "Mbak, baik-baik saja?"Anton beralih menatap Yuni yang membisu. Tangannya mencengkram kereta bayi kuat-kuat. Sementara itu, tatapan wanita itu tampak kosong, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya."Saya baik-baik saja. Terima kasih telah membelaku, walaupun pada akhirnya mereka akan lebih kejam padaku."Anton menghela napas panjang, dia menoleh, menatap Monika yang masih histeris.Entah kenapa, tidak ada sedikitpun simpati di hatinya, ketika melihat wanita itu menangis seperti orang yang kesetanan.Meraung-raung tidak jelas, bahkan sampai ikut menghentakkan kaki, seperti anak kecil saja.Anton bergidik ngeri, malah dia yang merasa malu atas tingkah laku Monika. Beruntung sekali Anton, karena sekarang hubungannya dengan Monika sudah berakhir."Saya, permisi dulu, ya!" sambung Yuni, membuat Anton langsung tersadar dari lamunannya."Mau ke mana?" tanya Anton secara refleks.

    Last Updated : 2021-10-15

Latest chapter

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Memergoki Keduanya

    Akhirnya Ramdani bisa menghela napas lega, kala pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu menumpuk, bisa selesai juga hanya dalam hitungan hari.Bahkan, Ramdani sampai rela kehilangan hari liburnya, demi bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.Ramdani berambisi untuk bisa menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa saja naik jabatan kapan saja. Soalnya beberapa waktu lalu, bosnya pernah bilang, akan menaikan jabatan seseorang yang bekerja dengan cukup baik.Maka dari situlah, Ramdani mulai memiliki keinginan untuk bisa menjadi yang terbaik diantara teman-teman yang lainnya, sekaligus memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya."Wah, udah selesai, nih, Pak!" sahut Anto--salah satu rekan kerja Ramdani yang cukup dekat dengannya.Ramdani yang tengah memejamkan mata sambil bersandar pada kursi, lantas mengangguk pelan."Iya, nih, udah selesai.""Wih, enak banget!"Tanpa diduga-duga, Anto langs

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Uang Tutup Mulut

    "Jangan asal bicara kalian, aku dan Pak Dandy sama sekali tidak berselingkuh!" hardik Yuni dengan kedua bola mata membulat sempurna.Dona menyeringai, dia menatap sebuah foto hasil jepretannya yang cukup bagus tersebut.Bila foto tersebut di kirimkan pada Ramdani, Dona yakin kalau anak laki-lakinya itu akan murka dan sedikit meragukan ketulusan hati Yuni.Terlebih lagi, mungkin hubungan keduanya akan kembali renggang, sehingga niat buruk yang selama ini Dona susun, akan bisa berjalan dengan lancarDona tidak sabar membayangkan, di saat Yuni dan Ramdani berpisah untuk selamanya, sehingga Dona bisa menikahkan anaknya dengan Sarah--perempuan yang cukup kaya raya."Asal bicara katamu? Jelas-jelas aku melihat perselingkuhan kalian di depan mata kepalaku sendiri.""Bu, aku tidak berselingkuh! Pak Dandy datang untuk menengok anakku. Apa Ibu tidak bisa me

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kedatangan Seorang Tamu

    Sebenarnya Yuni ingin sekali menolak keinginan Dandy untuk datang ke rumahnya, hanya saja dia merasa tidak enak.Masa ada orang yang menengok anaknya, dia malah menolaknya hanya karena alasan tidak nyaman.Jadi, mau tidak mau, Yuni pun mengiyakan permintaan Dandy, meskipun dia belum sempat memberitahu suaminya.[Baik, Pak.][Terima kasih, Bu. Kalau boleh tahu, apa ada yang sedang Ibu inginkan?]Sengaja Yuni tidak membalas pesan Dandy, dia takut kalau terus berhubungan dengan pria itu, justru akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Maka dari itu, Yuni lebih memilih untuk mematikan jaringan data dan menyimpan gawainya ke dalam saku celana.***Sore hari sudah tiba, kala itu Yuni tengah berada di luar rumah, dia tengah bermain bersama kedua orang anaknya, lebih tepatnya memperhatikan Rion yang tengah belajar membawa

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Pesan Dari Seseorang

    Entah bagaimana jadinya, tetapi semenjak saat itu, Ibu mertua Yuni jadi sering bertukar kabar dengan Sarah.Anehnya lagi, perempuan bernama Sarah itu malah meresponnya dengan baik, seperti hari ini, di mana ketika Yuni baru saja pulang dari rumah tetangganya, mengecek usaha yang selama ini dia dan ibu-ibu lainnya kembangkan.Perempuan itu sudah berada di rumahnya sambil mengobrol dengan Ibunya. Sementara itu, Yuni belum tahu bagaimana kabar Monika.Namun, yang pasti Yuni yakin, kalau Monika tidak tinggal seorang diri di luar sana, pasti dia tinggal bersama seseorang atau mungkin menyewa tempat yang lebih nyaman."Yuni, tolong ambilkan cemilan dan minuman, kebetulan tadi Mbok Darmi sudah Ibu suruh beli sayuran dan buah-buahan."Dona langsung memerintahkan kepada Yuni, ketika melihat batang hidung perempuan itu muncul di hadapannya."Bu, aku baru saja pul

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni yang Perlahan Membuka Hati

    Yuni sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk pelan.Ramdani sedikit khawatir dengan Yuni, takut istrinya itu berpikir yang tidak-tidak. Apalagi ketika melihat reaksi Yuni yang tidak bisa Ramdani baca sedikitpun.Membuat Ramdani semakin panik saja. Bahkan, dia sampai mengigit bibir bawahnya dengan cukup keras dengan pandangan yang tidak bisa lepas dari Yuni."Ah, hanya mantan saja! Itu hanya masa lalu saja, tidak ada yang perlu aku khawatirkan."Yuni tersenyum lebar, kemudian menghampiri Ramdani, memeluk tangan suaminya dengan erat.Di saat itu, arah pandangan Dona langsung mengikuti Yuni, kedua bola matanya membulat."Aku tidak cemburu, aku yakin Mas Ramdani setia denganku," sambung Yuni.Melihat reaksi istrinya yang begitu menggemaskan, Ramdani langsung mengusap puncak kepala Yuni, kemudian mendaratkan kecu

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mantan Pacar Ramdani

    Ketika sudah dekat dengan rumah, Titi segera mengucurkan beberapa tetes air ke matanya, dia hendak kembali berakting di hadapan Ramdani dan Yuni.Setelah itu, dia segera membuang botol berukuran kecil itu ke selokan. Sebelum itu, Dona sempat memastikan ke sekeliling, takut ada orang yang memergoki aksinya."Ya ampun, Bu Dona, kenapa nangis?"Dona langsung tersenyum tipis, kala melihat dua orang ibu-ibu menghampiri dirinya.Sudah saatnya Dona melancarkan aksinya, kalau dia akan berpura-pura bersedih, mengenai Monika yang pergi dari rumah."Monika, Bu." Dona terisak, kemudian luruh ke lantai, membuat kedua orang ibu-ibu itu begitu panik."Ya ampun, kenapa dengan Monika, Bu?""Monika, pergi dari rumah, Bu. Dia tidak ingin pulang lagi, saya tidak tahu dia akan pergi ke mana."Kedua ibu-ibu melayangkan tatapan sendu pada D

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mengurungkan Niat

    Dari kejauhan, Dona terus berteriak sambil mengejar Monika yang semakin menjauh. Gadis itu seperti tidak menghiraukan Dona sama sekali, belum lagi dia malah terisak dengan cukup keras."Monika, berhenti! Jangan pergi dari rumah."Dona berhenti sejenak, mengatur napasnya yang terasa ngos-ngosan, belum lagi dia sudah cukup tua, kakinya sudah tidak bisa di pakai jalan lebih lama, karena tenaganya sudah berkurang."Monika, berhenti!" Dona kembali berteriak dengan nyaring.Kala mendengar suara teriakan Ibunya yang sedikit memudar, Monika pun langsung menghentikan langkahnya.Perempuan itu menoleh ke arah belakang, menatap Ibunya yang tengah sedikit membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut."Bu, jangan ikuti aku lagi, lagipula Bang Ramdani sudah mengusirku, dia sudah tidak menginginkan aku lagi."Mendengar suara Monika, Dona pun seger

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Monika Akhirnya Pergi

    Dona terus terisak, dia yang duduk di lantai segera bangkit, hendak mengejar Monika yang sudah menjauh.Namun, ketika berada di hadapan Yuni, Dona langsung menghentikan langkahnya. Dia menatap Yuni dengan tajam, jelas sekali kalau dia begitu membenci menantunya itu."Ini semua gara-gara kamu, Yuni! Lihat, Monika pergi dari sini, puas kamu, hah?!"Yuni hanya mampu menelan ludah, apalagi ketika dia dan Dona saling bertatapan selama beberapa saat, di mana dia melihat kalau Dona tidaklah berdusta, tangis wanita itu benar-benar nyata."Aku sama sekali tidak melakukan itu, Bu. Jangan pernah menyalahkan aku atas semua yang sudah terjadi. Monika, pergi karena keinginannya, bukan karena aku."Dona yang sudah sampai di ambang pintu pun kembali berbalik, tatapan tajam masih dia layangkan pada Yuni.Begitupun dengan rahangnya yang sedikit mengeras, urat nadi sedikit mene

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Keputusan Monika untuk Pergi

    Dona beralih menatap Ramdani dengan tajam, sorot matanya seakan begitu menusuk.Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak Ramdani hiruakan. Lagipula semenjak Monika dan Ibunya ada di sini, banyak sekali masalah yang menghampirinya, membuat kepala Ramdani terasa seperti begitu akan pecah."Ramdani, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan hal ini pada adikmu sendiri? Kamu begitu keterlaluan!""Suruh siapa, sikapnya malah kekanak-kanakan seperti itu?" Ramdani balik bertanya. "Sudah cukup sabar aku menghadapi dia, Bu. Apa Ibu tahu, kalau Monika diam-diam meminjam uang pada temannya dan orang tersebut sempat menangih padaku?"Dona malah mendelik, kemudian kembali menatap Monika yang masih membereskan beberapa barang-barang miliknya."Tinggal bayar saja, apa susahnya!""Bu, aku bekerja bukan untuk satu orang saja, ada anak dan istri yang wajib aku biayai keb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status