Share

Yuni Perlahan Bangkit dari Rasa Sakit

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2021-09-30 21:10:42

Drrt ... drrt ....

Dona yang tengah menikmati hidangan di rumah anak sulungnya itu langsung menyimpan sendok, meraih benda persegi yang terus berdering. Dia menatap layar selama beberapa detik, kemudian menempelkan di telinga.

"Bu, lagi di mana?" 

"Lagi di rumah Abang kamu, Monika. Kenapa?"

"Gitu, ya, Bu. Aku ke sana sekarang, ya! Sekalian mau bawa seseorang."

Dona langsung menautkan kedua alisnya ketika mendengar ucapan Monika.

"Memangnya siapa, Sayang?"

Monika malah terkekeh pelan, kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

"Nanti juga tahu, aku berangkat dulu ke sana. Tolong siapin makanan."

"Iya, Sayang."

Sesudah mematikan sambungan telepon, Dona kembali meraih sendok yang ada di atas piring, kemudian melanjutkan acara makannya.

Di saat itu pula, Yuni yang tengah menggendong Rion melintas di hadapannya.

"Yuni, kemari!"

Yuni menoleh, menatap wanita yang sering semena-mena terhadapnya. Dia enggan sekali menghiraukan mertuanya tersebut.

"Kamu budeg, ya! Cepat kemari."

"Ada apa, Bu?"

Dona mendelik, tatapan tidak suka dia layangkan pada Yuni. Dona begitu sebal, akhir-akhir ini Yuni mulai berani terhadapnya.

"Monika mau datang ke sini bersama temannya, kamu masak sana."

"Ibu, gak lihat, aku lagi gendong Rion, dia lagi sakit, Bu. Tunggu aja Mbok Darmi pulang dari pasar," ucap Yuni tanpa rasa takut sekalipun. Dia harus bangkit, agar tidak diinjak-injak oleh keluarga Ramdani. "Atau gak, Ibu beli saja makanan. Bukannya uang Mas Ramdani berikan jauh lebih banyak di bandingkan denganku, tapi kenapa makan saja masih numpang di sini? Ibu, gak malu?!"

"Kurang ajar kamu, Yuni!" bentak Dona sambil bangkit dari duduknya, di gebraknya meja tersebut dengan kasar. Matanya terbuka dengan lebar, urat lehernya tampak menegang.

Dona benar-benar mendidih ketika mendengar perkataan Yuni. Berani menantu kurang ajar tersebut berbicara hal tersebut padanya.

Akan Dona pastikan, kalau Yuni pasti menyesal, karena telah berkata seperti itu padanya.

"Menantu gak berguna! Kamu hanya jadi benalu saja dalam kehidupan Ramdani," hardiknya sambil menunjuk wajah Yuni. Beberapa kali dia menggertakkan bibir.

"Apa Ibu gak sadar, kalau Ibu juga termasuk benalu dalam kehidupan rumah tanggaku dan Mas Ramdani?"

Akibat amarah yang sudah benar-benar memuncak, Dona langsung mencengkeram gelas yang ada di hadapannya dan tanpa pikir panjang, dia langsung melemparkan gelas tersebut ke samping Yuni. 

Prank!

Yuni tersentak, dia terpejam selama beberapa saat, berusaha melindungi Rion, takut pecahan kaca tersebut mengenai Rion. 

Sementara itu, Yuni tidak peduli dengan dirinya sendiri, sebab semua luka yang keluarga Ramdani torehkan terlalu dalam, hanya goresan pecahan gelas saja, tidak akan terasa menyakitkan.

"Kamu!" Dona menggertakkan gigi, hingga ucapannya sedikit tertahan.

"Kenapa, Bu? Semua yang aku ucapkan benar adanya, 'kan?"

Di saat Yuni dan Dona tengah bersitegang, tiba-tiba dari arah belakang datang Mbok Darmi yang tengah membawa beberapa kantong plastik.

Yuni terpaksa menyuruh Mbok Darmi untuk belanja lebih sedikit dari biasanya, karena memang keuangannya akhir-akhir sangat menipis, karena Ibu mertuanya terlalu ikut campur.

Mbok Darmi terbelalak, dia langsung menjatuhkan belanjaannya dan menghampiri Yuni yang masih terpaku di tempat.

"Astaga, Nyonya baik-baik saja?" 

Yuni menoleh, kemudian mengangguk pelan.

"Aku tidak apa-apa, Mbok. Tapi, justru orang itulah yang sakit, dia tidak memiliki kesibukan, sehingga terus mencampuri urusan kami."

Mbok Darmi dan Dona sama-sama terbelalak, mereka tidak menyangka, jika Yuni akan berkata seperti itu.

"Makin kurang ajar kamu, lihat saja, kalau Ramdani tidak membutuhkanmu lagi, akan tinggal di mana kamu sama anakmu itu? Di jalanan jadi gelandangan, begitu?"

Dona setengah tersenyum, tangannya terlipat di dada, beberapa kali dia memutar bola mata.

"Jangan sombong kamu, Yuni! Ingat, kamu hanya menantu di sini, Ramdani bisa menendangmu kapan pun yang dia mau dan dia bisa mencari yang lebih baik," sambung Dona dengan penuh percaya diri. 

Yuni mendelik, satu sudut bibirnya ikut tertarik ke atas. Dia begitu mengapresiasi kepercayaan diri Dona.

"Aku tidak yakin!" 

Yuni menoleh ke arah Mbok Darmi, menyerahkan Rion yang tampak mengantuk. 

Mbok Darmi yang sudah paham maksud Yuni, langsung meraih anak laki-laki tersebut, dia mundur sekitar beberapa langkah, tidak berani meninggalkan Dona.

Mbok Darmi takut, kalau Dona akan bersikap lebih semena-mena lagi pada Yuni, apalagi akhir-akhir ini Yuni tidak lemah, dia perlahan melawan Dona. 

"Aku tidak yakin, ada perempuan di luar sana yang mau dengan Mas Ramdani, apalagi kalau mereka sudah tahu, siapa Ibunya Mas Ramdani." Yuni kembali tersenyum sinis. "Mereka pasti akan berpikir ribuan kali, sebelum kejiwaan mereka terganggu!"

"Dasar wanita kurang ajar! Akan aku adukan semua ini pada Ramdani, dia pasti akan menuruti semua ucapanku, dibandingkan denganmu."

Kali ini Dona benar-benar yakin, karena memang selama ini Ramdani selalu menuruti semua yang dia katakan, Ramdani bisa dengan mudah dia kendalikan.

"Silahkan saja, aku tidak takut. Kalian hanya memberikanku neraka saja, menyiksaku tanpa ampun, seolah-olah aku budak yang tidak ada harganya."

Yuni menatap Dona dengan tajam, kilauan matanya menyiratkan sebuah kesakitan atas penderitaan yang telah dia terima selama ini.

Bertahan dalam kesakitan seperti ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Ingin sekali Yuni menyerahkan, hanya saja dia teringat dengan Rion dan calon anaknya kelak.

Yuni tidak ingin, kalau anaknya harus hidup dengan ibl*s yang menyamar menjadi manusia seperti mereka. Yuni, tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

"Akan aku pastikan, Ramdani mengusirmu dari sini! Aku--"

"Tidak, aku tidak akan melepaskan Yuni."

Dengan cepat, semua orang langsung menoleh ke sumber suara, menatap pria yang melangkah ke hadapan mereka.

"Aku mencintai Yuni, aku tidak akan membiarkan dia dan anak-anakku pergi. Aku akan memperbaiki semuanya sekarang, sebelum terlambat."

Related chapters

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Tuduhan Dona

    Dona langsung mendelik, hidungnya mengkerut, beberapa kali dia melayangkan tatapan tidak suka pada Yuni."Sejak kapan kamu berani melawan Ibu, Ramdani?" sentak Dona sambil tersenyum sinis. "Pasti si Yuni main dukun, biar kamu berani bersikap seperti itu."Dona sengaja melayangkan sebuah tuduhan tidak mendasar pada Yuni. Sengaja dia melakukan ini, tentunya agar Ramdani percaya lagi padanya, karena bagaimanapun itu, Ramdani adalah satu-satunya orang paling penting di hidupnya.Kalau saja Ramdani dikuasi oleh Yuni, Dona pasti tidak akan bisa hidup mewah, Ramdani pasti akan memberikan uang padanya hanya seadanya saja.Dona tidak ingin, kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa kebiasaan hidup mewahnya tidak bisa dia rasakan kembali.Kalau saja hal itu sampai terjadi, Yuni adalah orang pertama yang akan Dona lenyapkan. Karena memang, gara-gara Yuni semuanya hilang.

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kekasih Monika

    "Bu, kenalin ini Kak Anton, dia Kakak tingkatku di kampus. Sebenarnya kami sudah dekat cukup lama, tetapi Kak Anton baru menyatakan cintanya padaku beberapa waktu lalu."Monika menjelaskan semuanya sambil tersipu malu, beberapa kali dia melirik ke arah Anton yang juga ikut menyunggingkan senyuman.Monika tidak menyangka, setelah melakukan pendekatan yang cukup lama dengan Anton, pada akhirnya dia bisa mendapatkan pria itu, rasanya hari-hari Monika benar-benar penuh dengan bunga."Benar, Bu. Saya dan Monika sudah kenal cukup lama. Malahan kami juga--""Yuni, maafkan, Mas. Mas, akan bersikap lebih adil padamu lagi, Sayang. Tolong, jangan pikirkan hal ini lagi, kasian anak yang ada di dalam kandunganmu.""Untuk apa? Kamu sudah sering berkata seperti itu padaku."Tiba-tiba ketiga orang tersebut tersentak ketika mendengar sebuah teriakan dari ruang makan.&

    Last Updated : 2021-09-30
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Rencana Yuni dan Mbok Darmi

    "Mbok, bisa tolong belikan tempat minum untuk Rion ke pasar, gak?"Mbok Darmi yang kebetulan sedang memotong sayur-sayuran untuk sarapan, langsung menoleh, kemudian mengangguk pelan."Bisa, Nyonya. Sekalian saya mau beli ikan, tadi Tuan Ramdani minta di masakin ikan goreng.""Baik, Mbok. Terima kasih banyak."Mbok Darmi tidak membalas ucapan Yuni, dia menatap majikannya itu dengan sendu, beberapa kali dia menelan ludah susah payah, berusaha mengusir gejolak di hatinya.Bagaimana tidak, bagian bawah mata Yuni tampak begitu menghitam, wajahnya pun tampak pucat pasi dengan bibir yang memutih.Belum lagi, akhir-akhir ini Yuni jarang sekali makan, membuat Mbok Darmi begitu khawatir. Padahal dia sering sekali mengingatkan Yuni.Akan tetapi, jarang sekali Yuni gubris, dia hanya mengangguk saja, kemudian kembali bermain dengan Rion dan yang

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Buku Milik Yuni

    Ramdani pulang dari kantong dengan keadaan lesu. Hari ini, pekerjaan jauh lebih banyak dari yang dia pikirkan sebelumnya. Bahkan, gara-gara hal itu dia sampai tidak sempat mengisi perut.Ketika masuk ke rumah, Ramdani langsung melesat pergi ke dapur, duduk di meja makan, kemudian membuka tudung makanan.Namun, seketika dia terbelalak ketika netranya hanya menangkap goreng telur dan sayur asam saja yang tersaji."Mbok Darmi! Mbok," teriak Ramdani dengan nyaring. Dia begitu lapar, tapi kenapa hanya makanan itu saja yang tersaji.Tidak lama kemudian, Mbok Darmi tergopoh-gopoh dari pintu belakang."Iya, Tuan, ada apa?""Kenapa tidak ada makanan yang lainnya? Masa saya harus makan sama telur goreng sama sayur asem saja, mana ikan goreng yang sama minta?"Mbok Darmi menunduk dalam, dia meremas tangannya sendiri dengan begitu gugup.

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Orang Tidak Terduga

    Dalam kondisi hamil besar seperti ini, Yuni terpaksa berjalan sambil mendorong kereta bayi yang biasa dinaiki Rion menuju jalan raya yang ada di depan rumahnya.Bukan tanpa alasan, tetapi anaknya itu terus merengek minta keluar rumah, padahal dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.Baru saja Yuni berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian, Dona dan Monika keluar dari mobil. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan Yuni, tetapi tanpa sengaja, sudut mata Monika menangkap kehadiran Yuni."Bu, lihat deh, ada si Yuni."Dona terkesiap, ekor matanya sedikit menyipit. Hanya dalam hitungan detik, dia langsung tersenyum sinis."Yuni, sini kamu!"Yuni menghela napas kasar, dia terus melajukan kereta bayi yang di tumpangi Rion. Dia tidak peduli dengan Dona dan Monika.&n

    Last Updated : 2021-10-13
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Rencana Jahat Dona dan Monika

    "Mbak, baik-baik saja?"Anton beralih menatap Yuni yang membisu. Tangannya mencengkram kereta bayi kuat-kuat. Sementara itu, tatapan wanita itu tampak kosong, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya."Saya baik-baik saja. Terima kasih telah membelaku, walaupun pada akhirnya mereka akan lebih kejam padaku."Anton menghela napas panjang, dia menoleh, menatap Monika yang masih histeris.Entah kenapa, tidak ada sedikitpun simpati di hatinya, ketika melihat wanita itu menangis seperti orang yang kesetanan.Meraung-raung tidak jelas, bahkan sampai ikut menghentakkan kaki, seperti anak kecil saja.Anton bergidik ngeri, malah dia yang merasa malu atas tingkah laku Monika. Beruntung sekali Anton, karena sekarang hubungannya dengan Monika sudah berakhir."Saya, permisi dulu, ya!" sambung Yuni, membuat Anton langsung tersadar dari lamunannya."Mau ke mana?" tanya Anton secara refleks.

    Last Updated : 2021-10-15
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Nasib Sial

    "Bu, uang yang kita dapat hari ini, mau di apakan?" tanya Monika sambil memandangi uang yang ada di tangannya. Hatinya benar-benar berbunga-bunga.Bayangan demi bayangan barang yang akan dia beli, benar-benar memenuhi pikirannya. Rasanya Monika tidak sabar untuk pergi ke mall dan berbelanja serta makan enak."Belanjakan saja, Sayang," jawab Dona tanpa ragu, karena memang dia pun menginginkan hal yang sama. "Ah, ini taksinya mana, sih, kok gak ada. Mana panas lagi," keluh Dona sambil mengibaskan tangannya."Aku udah gak kuat, panas banget. Nyesel gak bawa mobil," sesal Monika.Tidak lama kemudian, sebuah angkot berhenti di depan keduanya. Monika sempat melirik Dona sekilas, meminta persetujuan Ibunya."Bu, gimana?" sambung Monika, kembali mempertegas.Karena memang, dia sudah sangat merasa kepanasan, wajahnya t

    Last Updated : 2021-10-15
  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Buku Harian Yuni

    Ketika memasuki pekarangan rumah, Ramdani melihat mobil adiknya terparkir. Dia belum menyadari, jika motor istrinya raib.Tanpa banyak berpikir, Ramdani langsung masuk ke rumahnya, tetapi dia tidak melihat keberadaan anak dan istrinya, maupun adik dan Ibunya tersebut."Mbok!" panggil Ramdani dengan lantang. Tetapi, dia tidak ada sahutan dari siapapun.Ramdani lantas menyimpan tasnya di sofa, kemudian melenggang ke dapur sambil sesekali memanggil nama Mbok Darmi."Ke mana, sih, orang-orang," gumam Ramdani, kemudian kembali ke ruang tamu, meraih tasnya, lalu menaiki satu demi satu anak tangga yang membawanya menuju kamar utama.Sesampainya di kamar, Ramdani langsung melempar tasnya ke atas ranjang, lalu ikut merebahkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.Tidak lama kemudian, Ramdani menoleh ke arah rak buku. Tanpa basa-basi, dia langsung bangkit, kemudian

    Last Updated : 2021-10-15

Latest chapter

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Memergoki Keduanya

    Akhirnya Ramdani bisa menghela napas lega, kala pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu menumpuk, bisa selesai juga hanya dalam hitungan hari.Bahkan, Ramdani sampai rela kehilangan hari liburnya, demi bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.Ramdani berambisi untuk bisa menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa saja naik jabatan kapan saja. Soalnya beberapa waktu lalu, bosnya pernah bilang, akan menaikan jabatan seseorang yang bekerja dengan cukup baik.Maka dari situlah, Ramdani mulai memiliki keinginan untuk bisa menjadi yang terbaik diantara teman-teman yang lainnya, sekaligus memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya."Wah, udah selesai, nih, Pak!" sahut Anto--salah satu rekan kerja Ramdani yang cukup dekat dengannya.Ramdani yang tengah memejamkan mata sambil bersandar pada kursi, lantas mengangguk pelan."Iya, nih, udah selesai.""Wih, enak banget!"Tanpa diduga-duga, Anto langs

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Uang Tutup Mulut

    "Jangan asal bicara kalian, aku dan Pak Dandy sama sekali tidak berselingkuh!" hardik Yuni dengan kedua bola mata membulat sempurna.Dona menyeringai, dia menatap sebuah foto hasil jepretannya yang cukup bagus tersebut.Bila foto tersebut di kirimkan pada Ramdani, Dona yakin kalau anak laki-lakinya itu akan murka dan sedikit meragukan ketulusan hati Yuni.Terlebih lagi, mungkin hubungan keduanya akan kembali renggang, sehingga niat buruk yang selama ini Dona susun, akan bisa berjalan dengan lancarDona tidak sabar membayangkan, di saat Yuni dan Ramdani berpisah untuk selamanya, sehingga Dona bisa menikahkan anaknya dengan Sarah--perempuan yang cukup kaya raya."Asal bicara katamu? Jelas-jelas aku melihat perselingkuhan kalian di depan mata kepalaku sendiri.""Bu, aku tidak berselingkuh! Pak Dandy datang untuk menengok anakku. Apa Ibu tidak bisa me

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kedatangan Seorang Tamu

    Sebenarnya Yuni ingin sekali menolak keinginan Dandy untuk datang ke rumahnya, hanya saja dia merasa tidak enak.Masa ada orang yang menengok anaknya, dia malah menolaknya hanya karena alasan tidak nyaman.Jadi, mau tidak mau, Yuni pun mengiyakan permintaan Dandy, meskipun dia belum sempat memberitahu suaminya.[Baik, Pak.][Terima kasih, Bu. Kalau boleh tahu, apa ada yang sedang Ibu inginkan?]Sengaja Yuni tidak membalas pesan Dandy, dia takut kalau terus berhubungan dengan pria itu, justru akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Maka dari itu, Yuni lebih memilih untuk mematikan jaringan data dan menyimpan gawainya ke dalam saku celana.***Sore hari sudah tiba, kala itu Yuni tengah berada di luar rumah, dia tengah bermain bersama kedua orang anaknya, lebih tepatnya memperhatikan Rion yang tengah belajar membawa

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Pesan Dari Seseorang

    Entah bagaimana jadinya, tetapi semenjak saat itu, Ibu mertua Yuni jadi sering bertukar kabar dengan Sarah.Anehnya lagi, perempuan bernama Sarah itu malah meresponnya dengan baik, seperti hari ini, di mana ketika Yuni baru saja pulang dari rumah tetangganya, mengecek usaha yang selama ini dia dan ibu-ibu lainnya kembangkan.Perempuan itu sudah berada di rumahnya sambil mengobrol dengan Ibunya. Sementara itu, Yuni belum tahu bagaimana kabar Monika.Namun, yang pasti Yuni yakin, kalau Monika tidak tinggal seorang diri di luar sana, pasti dia tinggal bersama seseorang atau mungkin menyewa tempat yang lebih nyaman."Yuni, tolong ambilkan cemilan dan minuman, kebetulan tadi Mbok Darmi sudah Ibu suruh beli sayuran dan buah-buahan."Dona langsung memerintahkan kepada Yuni, ketika melihat batang hidung perempuan itu muncul di hadapannya."Bu, aku baru saja pul

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni yang Perlahan Membuka Hati

    Yuni sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk pelan.Ramdani sedikit khawatir dengan Yuni, takut istrinya itu berpikir yang tidak-tidak. Apalagi ketika melihat reaksi Yuni yang tidak bisa Ramdani baca sedikitpun.Membuat Ramdani semakin panik saja. Bahkan, dia sampai mengigit bibir bawahnya dengan cukup keras dengan pandangan yang tidak bisa lepas dari Yuni."Ah, hanya mantan saja! Itu hanya masa lalu saja, tidak ada yang perlu aku khawatirkan."Yuni tersenyum lebar, kemudian menghampiri Ramdani, memeluk tangan suaminya dengan erat.Di saat itu, arah pandangan Dona langsung mengikuti Yuni, kedua bola matanya membulat."Aku tidak cemburu, aku yakin Mas Ramdani setia denganku," sambung Yuni.Melihat reaksi istrinya yang begitu menggemaskan, Ramdani langsung mengusap puncak kepala Yuni, kemudian mendaratkan kecu

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mantan Pacar Ramdani

    Ketika sudah dekat dengan rumah, Titi segera mengucurkan beberapa tetes air ke matanya, dia hendak kembali berakting di hadapan Ramdani dan Yuni.Setelah itu, dia segera membuang botol berukuran kecil itu ke selokan. Sebelum itu, Dona sempat memastikan ke sekeliling, takut ada orang yang memergoki aksinya."Ya ampun, Bu Dona, kenapa nangis?"Dona langsung tersenyum tipis, kala melihat dua orang ibu-ibu menghampiri dirinya.Sudah saatnya Dona melancarkan aksinya, kalau dia akan berpura-pura bersedih, mengenai Monika yang pergi dari rumah."Monika, Bu." Dona terisak, kemudian luruh ke lantai, membuat kedua orang ibu-ibu itu begitu panik."Ya ampun, kenapa dengan Monika, Bu?""Monika, pergi dari rumah, Bu. Dia tidak ingin pulang lagi, saya tidak tahu dia akan pergi ke mana."Kedua ibu-ibu melayangkan tatapan sendu pada D

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mengurungkan Niat

    Dari kejauhan, Dona terus berteriak sambil mengejar Monika yang semakin menjauh. Gadis itu seperti tidak menghiraukan Dona sama sekali, belum lagi dia malah terisak dengan cukup keras."Monika, berhenti! Jangan pergi dari rumah."Dona berhenti sejenak, mengatur napasnya yang terasa ngos-ngosan, belum lagi dia sudah cukup tua, kakinya sudah tidak bisa di pakai jalan lebih lama, karena tenaganya sudah berkurang."Monika, berhenti!" Dona kembali berteriak dengan nyaring.Kala mendengar suara teriakan Ibunya yang sedikit memudar, Monika pun langsung menghentikan langkahnya.Perempuan itu menoleh ke arah belakang, menatap Ibunya yang tengah sedikit membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut."Bu, jangan ikuti aku lagi, lagipula Bang Ramdani sudah mengusirku, dia sudah tidak menginginkan aku lagi."Mendengar suara Monika, Dona pun seger

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Monika Akhirnya Pergi

    Dona terus terisak, dia yang duduk di lantai segera bangkit, hendak mengejar Monika yang sudah menjauh.Namun, ketika berada di hadapan Yuni, Dona langsung menghentikan langkahnya. Dia menatap Yuni dengan tajam, jelas sekali kalau dia begitu membenci menantunya itu."Ini semua gara-gara kamu, Yuni! Lihat, Monika pergi dari sini, puas kamu, hah?!"Yuni hanya mampu menelan ludah, apalagi ketika dia dan Dona saling bertatapan selama beberapa saat, di mana dia melihat kalau Dona tidaklah berdusta, tangis wanita itu benar-benar nyata."Aku sama sekali tidak melakukan itu, Bu. Jangan pernah menyalahkan aku atas semua yang sudah terjadi. Monika, pergi karena keinginannya, bukan karena aku."Dona yang sudah sampai di ambang pintu pun kembali berbalik, tatapan tajam masih dia layangkan pada Yuni.Begitupun dengan rahangnya yang sedikit mengeras, urat nadi sedikit mene

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Keputusan Monika untuk Pergi

    Dona beralih menatap Ramdani dengan tajam, sorot matanya seakan begitu menusuk.Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak Ramdani hiruakan. Lagipula semenjak Monika dan Ibunya ada di sini, banyak sekali masalah yang menghampirinya, membuat kepala Ramdani terasa seperti begitu akan pecah."Ramdani, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan hal ini pada adikmu sendiri? Kamu begitu keterlaluan!""Suruh siapa, sikapnya malah kekanak-kanakan seperti itu?" Ramdani balik bertanya. "Sudah cukup sabar aku menghadapi dia, Bu. Apa Ibu tahu, kalau Monika diam-diam meminjam uang pada temannya dan orang tersebut sempat menangih padaku?"Dona malah mendelik, kemudian kembali menatap Monika yang masih membereskan beberapa barang-barang miliknya."Tinggal bayar saja, apa susahnya!""Bu, aku bekerja bukan untuk satu orang saja, ada anak dan istri yang wajib aku biayai keb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status