Share

Bab Lima

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2022-02-23 00:20:36

 "Maafkan ibu, An. Ibu gak bisa melarang Arya waktu minta izin nikah lagi. Sudah berkali-kali ibu ingatkan tapi Arya bandel."

 

Ibu mertua mengelus puncak kepalaku lalu meraihku dalam pelukan beliau.

 

Ingin rasanya aku marah tapi aku tahu semua itu tidak ada gunanya lagi. 

 

Mungkin sudah takdir begini. Bagus juga karena dengan menikah lagi, aku yang selama ini bucin setengah mati pada Mas Arya hingga rela jadi bumper di belakangnya demi ketenangan hidup lelaki itu jadi sadar jika semua itu ternyata sia-sia belaka.

 

Belum terlambat untuk menyadari kesalahanku, terlalu memanjakan suami hingga tak tahu jika aku telah berkorban begitu banyak demi hubungan rumah tangga kami yang ternyata tak berarti apa-apa baginya.

 

"Ya, sudahlah Bu, gak papa. Semua sudah terjadi. Sudah takdir harus begini. Disesali seribu kali pun percuma. Hanya saja Ana sudah gak mau lagi berurusan soal keuangan dengan Mas Arya lagi. Biarlah Mas Arya yang mengatur sendiri. Ana terima beres saja. Toh Ana cuma istri," ucapku berusaha tenang pada akhirnya.

 

Ibu mertua hanya menelan ludah.

 

"Jadi, sekarang semua urusan keuangan dipegang Arya? Ya sudah kalau begitu. Hubungi dia sekarang juga dan suruh antar uang ke ibu hari ini juga. Ibu gak mau tahu. Ibu dan Mira butuh makan!"

 

"Ibu hubungi saja sendiri. Ana gak mau ganggu Mas Arya. Ana punya harga diri, Bu. Ana gak mau direndahin," sahutku sembari masuk ke dalam rumah, mengambil ponsel lalu menyerahkan pada ibu yang menerima dengan wajah bersungut-sungut.

 

"Tinggal hubungi aja kok susah banget! Suami istri kok bicara harga diri! Sini, biar ibu telpon sendiri!" ketus ibu mertua dengan wajah tak suka. 

 

Lalu beliau pun mengambil ponsel dari tanganku dan menelpon anak lelakinya itu.

 

Aku mendengar pembicaraan antara ibu dan anak setelah panggilan tersambung. Mas Arya mengatakan akan ke rumah ibu besok pagi-pagi dan meminta beliau bersabar hingga esok hari.

 

Meski beliau berkali-kali meminta agar Mas Arya mengantarkan uang sekarang juga sebab tak punya persediaan lagi untuk masak hari ini tetapi Mas Arya juga bersikeras untuk  datang besok pagi dan meminta ibu tetap bersabar.

 

Ibu tampak mendengkus kesal saat akhirnya Mas Arya mematikan sambungan. Beliau lalu menatapku dengan mata memicing.

 

"An, apa kamu gak punya uang lagi untuk ibu pakai sampai besok pagi? Arya bilang besok baru bisa ke rumah soalnya?" Ibu terlihat sedih.

 

"Enggak, Bu. Ana juga gak punya uang lagi. Ana 'kan gak kerja, gak cari uang, ATM juga sudah Ana kasih ke Mas Arya, darimana lagi Ana dapat uang?" sahutku terpaksa berbohong.

 

Ya, sakit hati akan sikap Mas Arya yang arogan mau tak mau jadi berimbas pula pada perubahan sikapku ke ibunya.

 

"Terus kamu makan apa? Via mana? Kok dari tadi gak kedengaran suaranya?"

 

Tanpa menunggu jawabanku, ibu kemudian masuk ke dalam rumah dan menuju ruang belakang, membuatku serta merta merasa khawatir, takut beliau melihat sisa makanan semalam yang masih ada di meja makan.

 

Bisa ketahuan berbohong tak punya uang jika beliau tahu tadi malam kami habis makan enak.

 

"Via masih tidur, Bu. Semalam rewel karena Mas Arya gak pulang. Ini mumpung dia tidur, Ana mau cari-cari sayuran di samping rumah. Kebetulan Ana tanam kangkung dan bayam. Bisa Ana masak menjelang Mas Arya kasih uang," sahutku lalu menggandeng tangan ibu agar ke luar kontrakan.

 

Di bagian samping kontrakan ini aku memang menanam beberapa jenis sayuran yang kujadikan hobi di kala jenuh sendirian.

 

Berdua dengan Via, kami menanam aneka macam sayur mayur untuk dimasak saat sedang malas ke tukang sayur seperti saat ini.

 

Alhamdulillah bisa juga jadi alibi saat terpaksa harus berbohong sedang tak punya uang seperti sekarang ini.

 

"Oh ya? Kalau begitu ibu minta dikit untuk dimasak sampai besok pagi ya, An?" ujar ibu lagi dengan ekspresi sedih yang kujawab dengan anggukan kepala.

 

Bu Sovia kemudian mengikuti langkahku menuju bagian samping rumah di mana banyak pot berjejer berisikan tanaman sayur-sayuran. Dengan penuh semangat 45 beliau memetik bayam, kangkung dan terong sampai tersisa hanya sedikit lagi.

 

Tak apalah, toh aku juga tidak akan memasak sayur itu hari ini. Aku akan membeli saja di warung makan. Selain menghemat waktu agar bisa kupergunakan untuk menambah bab cerita berbayarku, aku juga bisa menghemat tenaga dan membantu usaha orang lain di tengah situasi pandemi Corona yang serba sulit sekarang ini.

 

Yang penting aku tetap harus menjaga alibi bahwa aku sedang tak punya uang dengan membeli lauk makan yang sama seperti yang ada di samping rumah ini, terutama jika Mas Arya sedang ada di rumah agar ia tak curiga.

 

*****

 

Tok. Tok. Tok.

 

Bunyi pintu diketuk membuatku terpaksa bangkit dari tempat tidur dan beranjak menuju pintu depan.

 

Hari ini hari ketiga Mas Arya jatah tidur di kediaman Maya, jadi mungkin yang mengetuk pintu ini bukanlah suamiku melainkan orang lain.

 

Tetapi alangkah terkejutnya hatiku saat mengintip dari gorden jendela, melihat penampakan wajah Mas Arya yang terlihat datar dan tak sabar menunggu pintu dibuka.

 

Kok Mas Arya pulang sekarang? Bukannya besok pagi baru jatah giliran ke rumah ini?

 

Kubuka pintu dengan wajah menunduk, sengaja menghindari kontak mata dengannya. 

 

Namun, Mas Arya justru berhenti melangkah dan menatapku lama.

 

"An, Mas pulang," ucapnya saat aku hanya diam tak merespon apa-apa kedatangannya.

 

"Ya ... kenapa pulang? Bukannya besok pagi harusnya?" Aku menyahut singkat.

 

"Gak papa. Mas kangen Via. Mana anak kita? Dia pasti sedih karena mas gak pulang-pulang," sahutnya pura-pura peduli pada perasaan putrinya. Padahal aku tahu hal itu tak pernah terjadi. 

 

"Gak kok. Biasa aja. Bukan kali ini juga 'kan Mas pergi lama? Dia happy-happy aja kok," sahutku dengan nada tenang.

 

"Oh ya udah. Yang penting mas udah pulang. Hmm ... mas mau tanya, memangnya sisa gaji mas selama ini ada berapa sih, An? Kok kata Maya cuma sisa satu juta?" Mas Arya menatapku dengan kening berkerut.

 

"Ya, memang cuma sisa segitu kok. Kenapa?" Aku pura-pura bertanya lugu, padahal sudah tahu kalau lelaki di depanku ini mulai terkena stroke ringan karena baru sadar kalau gajinya tidak lagi bersisa.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ratnawati
baik alur ceritax
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Enam

    "Terus biasanya kamu ngasih ibu berapa? Kok tadi ibu minta satu juta? Lalu untuk keperluan lain gimana?" Mas Arya menatapku dengan tatapan ingin tahu dan penasaran, membuatku tersenyum miris dalam hati."Rezeki 'kan ada aja, Mas. Biasanya kukasih dari uang THR atau gaji 13 Mas. Pokoknya kalau pandai mengelola, pasti cukup," sahutku pura-pura empati padahal tidak sama sekali.Rasain, Mas! Ini baru awal. Berikutnya bakal lebih banyak lagi kejutan yang akan kamu dapatkan, batinku lagi.Aku pun berjalan meninggalkannya, masuk ke dalam kamar.Mas Arya membuntuti."Tapi lama-lama 'kan habis juga, An. Sekarang ATM itu mas berikan pada Maya, maksudnya gantian dia yang ngatur keuangan keluarga kita. Tapi satu juta mana cukup? Untuk ibu saja itu. Yang lain gimana?" kejar Mas Arya lagi, membuatnya kem

    Last Updated : 2022-02-23
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Tujuh

    Pagi-pagi sekali sudah ada sayuran dan ikan mentah di meja dapur.Sepertinya barusan Mas Arya belanja di warung sebelah setelah berkali-kali aku mengatakan baru akan masak jika dibelikan bahan masakan untuk diolah. Dan tampaknya Mas Arya mengerti dan mengabulkan permintaanku itu.Berpikir begitu, aku pun segera menyiangi sayuran dan ikan mentah tersebut untuk segera bisa diolah menjadi masakan.Kedua bahan itu telah selesai kubersihkan. Sekarang tinggal mempersiapkan bumbu pelengkapnya agar ikan dan sayur tersebut enak dimakan.Tetapi saat aku mengecek wadah bumbu, cabe merah, bawang merah serta minyak makan ternyata sudah habis.Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar di mana barusan kulihat Mas Arya sedang berganti pakaian dan segera melaporkan kekurangan itu.

    Last Updated : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Delapan

    Jam lima sore, Mas Arya sudah kembali pulang dari kantor. Aku menyambutnya dengan senyum datar. Membawakan tas dan berkas-berkas kerjanya lalu menaruhnya di atas lemari.Kuambilkan teh panas dan memberikannya pada Mas Arya. Namun, Mas Arya justru menatapku."Gak ada minuman dingin ya, An? Kok tehnya panas begitu? Mas 'kan gak suka teh panas," tanyanya sembari melepas kancing bagian atas seragamnya.Ya, Mas Arya memang penggemar teh es sehingga mungkin tak terlalu suka dengan teh panas yang saat ini kusajikan.Aku menggeleng. "Listrik mati, Mas. Makanya es batu cair semua," sahutku."Oh sudah lama PLN mati? Kok tumben, biasanya cuma sebentar?""Sudah lama, Mas. Tapi bukan karena PLN mati tapi karena token habis," sahutku lagi.

    Last Updated : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sembilan

    [An, datang ya ke acara reuni SMA kita dulu dua hari lagi. Ajak suami dan anakmu. Aku juga mau ngajak suami dan anakku nanti]Pesan whatsapp dari Erika, sahabat SMA-ku dulu masuk ke aplikasi hijauku.[Insyaallah, Ka. Di mana lokasi acaranya?] tanyaku.[Kediaman dokter Wisnu. Itu lho teman satu lokal yang dulu juara kelas terus. Kalian pernah dekat 'kan? Sekarang dia bangun rumah sakit sendiri lho di daerah Panam. Keren.] Emoticon jempol menghiasi balasan pesan dari Erika.Membaca pesan itu dadaku berdegup kencang sesaat.Dokter Wisnu? Lelaki tampan itu dulu memang pernah menjadi seseorang terdekat dan begitu spesial di hati ini.Kami sempat menjalin hubungan untuk beberapa lama sebelum akhirnya ia harus berangkat ke kota Jakarta untuk menimba ilmu kedokt

    Last Updated : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sepuluh

    "Hai, Ana. Apa kabar? Sudah lama gak ketemu ya? Kamu datang sama siapa? Sendirian?" sapa Wisnu sembari tersenyum ramah padaku.Aku balas tersenyum lalu menunjuk pada sosok Via yang tengah bermain bersama Tasya, putri Erika."Berdua anakku, Nu. Kabarku baik, alhamdulilah. Kamu sendiri gimana?" tanyaku balik.Kuperhatikan saat ini penampilan Wisnu memang semakin sempurna. Ganteng, sukses dan kaya. Sungguh beruntung wanita yang berhasil memiliki dirinya."Aku juga baik. Oh ya, dengar-dengar kamu sudah menikah? Mana mas-nya? Kok gak diajak sekalian?" tanyanya lagi sembari melihat ke sekeliling tetapi kemudian kembali padaku saat tak menemukan sosok Mas Arya di sampingku.Sekilas kulihat matanya mengerjap, tetapi bagiku tak berarti apa-apa. Hubungan kami sudah berakhir sepuluh tahun lalu. Tak ada lagi

    Last Updated : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sebelas

    Usai solat magrib kembali aku mencoba menghubungi Mas Arya, tetapi hasilnya masih sama, ponselnya tak bisa dihubungi. Malah sekarang dalam keadaan mati."Gimana, sudah bisa dihubungi papanya Via?" tanya Wisnu sembari menggendong Via yang terlihat kuyu dan mengantuk, sebab hari ini terpaksa tidak tidur siang karena ikut menghadiri acara reuni ini.Gadis kecilku itu terlihat nyaman. Menyandarkan kepalanya di bahu Wisnu sambil memeluk tubuh lelaki itu dengan tenang.Sama sepertiku, aku tahu Via juga merasa nyaman bersama Wisnu. Itu bisa terlihat dari pancaran wajah dan mata gadis kecilku itu.Via memang tak pandai berbohong. Saat bersama papanya sendiri, gadis itu justru terlihat tak sepenuhnya merasa nyaman seperti saat ini.Sebagai anak, tentu saja Via punya naluri untuk ingin berdekatan dan diperhatikan terus oleh sang papa, tapi sayan

    Last Updated : 2022-03-02
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Dua Belas

    Atas reaksi Mas Arya itu, Wisnu terlihat terkejut dan tak menyangka akan sambutan suamiku itu tetapi dengan cepat ia berusaha mengusir rasa heran yang tercetak jelas di wajahnya tadi."Oke, Ana, aku pulang dulu ya. Jangan sungkan-sungkan mampir ke rumah atau ke tempat praktek ya, kalau ada keperluan. Salam buat Arya, aku pulang dulu," ujarnya dengan nada tenang dan dewasa.Aku memaksa senyum untuk mengusir rasa tak enak akibat sambutan Mas Arya yang di luar dugaan itu lalu menganggukkan kepala."Makasih banyak ya Wisnu untuk undangan dan untuk bantuannya nganterin sampe ke rumah. Maaf, kalau Mas Arya begitu, mungkin dia kecapekan. Insyaallah nanti kalau ada apa-apa, bolehlah aku mampir ke rumah sakit. Sekali lagi makasih ya bantuannya," ujarku dengan nada tak enak.Mendengar ucapanku, Wisnu hanya tersenyum."Gak papa, An. Ya udah, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Kuikut

    Last Updated : 2022-03-02
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Tiga Belas

    "An, maafkan mas tadi malam ya. Mas tuh sayang banget sama kamu dan takut kehilangan kamu, An, makanya mas jadi cemburu dan nuduh kamu yang macam-macam sama teman cowok kamu itu semalam. Padahal mas tahu banget kamu itu tipe istri setia dan gak bakalan mengkhianati mas serta ninggalin mas demi lelaki lain. Tapi karena cemburu yang berlebihan, mas jadi hilang akal sehat dan nuduh kamu yang nggak-nggak. Maafin mas ya, An kalai mas udah kelewatan sama kamu ... .""Mas tahu kamu istri yang sangat baik. Kamu istri setia. Sekali lagi maafkan mas ya, An. Mas janji nggak akan mengulangi apa yang mas lakukan sama kamu malam tadi," ucap Mas Arya keesokan paginya, saat aku sedang sibuk beres-beres di dapur sembari mencuci piring dan pakaian kotor.Lelaki itu terus merayu sambil berusaha mendekatiku hendak memeluk tubuhku tapi dengan tegas aku menghindar.Hatiku masih sangat sakit rasanya memikirkan ucapan dan tuduhannya semalam. Menganggap aku sama saja d

    Last Updated : 2022-03-02

Latest chapter

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 132 (ENDING)

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 131

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 130

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 129

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 128

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 127

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 126

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 125

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 124

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status