Pagi-pagi sekali sudah ada sayuran dan ikan mentah di meja dapur.Sepertinya barusan Mas Arya belanja di warung sebelah setelah berkali-kali aku mengatakan baru akan masak jika dibelikan bahan masakan untuk diolah. Dan tampaknya Mas Arya mengerti dan mengabulkan permintaanku itu.Berpikir begitu, aku pun segera menyiangi sayuran dan ikan mentah tersebut untuk segera bisa diolah menjadi masakan.Kedua bahan itu telah selesai kubersihkan. Sekarang tinggal mempersiapkan bumbu pelengkapnya agar ikan dan sayur tersebut enak dimakan.Tetapi saat aku mengecek wadah bumbu, cabe merah, bawang merah serta minyak makan ternyata sudah habis.Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar di mana barusan kulihat Mas Arya sedang berganti pakaian dan segera melaporkan kekurangan itu.
Jam lima sore, Mas Arya sudah kembali pulang dari kantor. Aku menyambutnya dengan senyum datar. Membawakan tas dan berkas-berkas kerjanya lalu menaruhnya di atas lemari.Kuambilkan teh panas dan memberikannya pada Mas Arya. Namun, Mas Arya justru menatapku."Gak ada minuman dingin ya, An? Kok tehnya panas begitu? Mas 'kan gak suka teh panas," tanyanya sembari melepas kancing bagian atas seragamnya.Ya, Mas Arya memang penggemar teh es sehingga mungkin tak terlalu suka dengan teh panas yang saat ini kusajikan.Aku menggeleng. "Listrik mati, Mas. Makanya es batu cair semua," sahutku."Oh sudah lama PLN mati? Kok tumben, biasanya cuma sebentar?""Sudah lama, Mas. Tapi bukan karena PLN mati tapi karena token habis," sahutku lagi.
[An, datang ya ke acara reuni SMA kita dulu dua hari lagi. Ajak suami dan anakmu. Aku juga mau ngajak suami dan anakku nanti]Pesan whatsapp dari Erika, sahabat SMA-ku dulu masuk ke aplikasi hijauku.[Insyaallah, Ka. Di mana lokasi acaranya?] tanyaku.[Kediaman dokter Wisnu. Itu lho teman satu lokal yang dulu juara kelas terus. Kalian pernah dekat 'kan? Sekarang dia bangun rumah sakit sendiri lho di daerah Panam. Keren.] Emoticon jempol menghiasi balasan pesan dari Erika.Membaca pesan itu dadaku berdegup kencang sesaat.Dokter Wisnu? Lelaki tampan itu dulu memang pernah menjadi seseorang terdekat dan begitu spesial di hati ini.Kami sempat menjalin hubungan untuk beberapa lama sebelum akhirnya ia harus berangkat ke kota Jakarta untuk menimba ilmu kedokt
"Hai, Ana. Apa kabar? Sudah lama gak ketemu ya? Kamu datang sama siapa? Sendirian?" sapa Wisnu sembari tersenyum ramah padaku.Aku balas tersenyum lalu menunjuk pada sosok Via yang tengah bermain bersama Tasya, putri Erika."Berdua anakku, Nu. Kabarku baik, alhamdulilah. Kamu sendiri gimana?" tanyaku balik.Kuperhatikan saat ini penampilan Wisnu memang semakin sempurna. Ganteng, sukses dan kaya. Sungguh beruntung wanita yang berhasil memiliki dirinya."Aku juga baik. Oh ya, dengar-dengar kamu sudah menikah? Mana mas-nya? Kok gak diajak sekalian?" tanyanya lagi sembari melihat ke sekeliling tetapi kemudian kembali padaku saat tak menemukan sosok Mas Arya di sampingku.Sekilas kulihat matanya mengerjap, tetapi bagiku tak berarti apa-apa. Hubungan kami sudah berakhir sepuluh tahun lalu. Tak ada lagi
Usai solat magrib kembali aku mencoba menghubungi Mas Arya, tetapi hasilnya masih sama, ponselnya tak bisa dihubungi. Malah sekarang dalam keadaan mati."Gimana, sudah bisa dihubungi papanya Via?" tanya Wisnu sembari menggendong Via yang terlihat kuyu dan mengantuk, sebab hari ini terpaksa tidak tidur siang karena ikut menghadiri acara reuni ini.Gadis kecilku itu terlihat nyaman. Menyandarkan kepalanya di bahu Wisnu sambil memeluk tubuh lelaki itu dengan tenang.Sama sepertiku, aku tahu Via juga merasa nyaman bersama Wisnu. Itu bisa terlihat dari pancaran wajah dan mata gadis kecilku itu.Via memang tak pandai berbohong. Saat bersama papanya sendiri, gadis itu justru terlihat tak sepenuhnya merasa nyaman seperti saat ini.Sebagai anak, tentu saja Via punya naluri untuk ingin berdekatan dan diperhatikan terus oleh sang papa, tapi sayan
Atas reaksi Mas Arya itu, Wisnu terlihat terkejut dan tak menyangka akan sambutan suamiku itu tetapi dengan cepat ia berusaha mengusir rasa heran yang tercetak jelas di wajahnya tadi."Oke, Ana, aku pulang dulu ya. Jangan sungkan-sungkan mampir ke rumah atau ke tempat praktek ya, kalau ada keperluan. Salam buat Arya, aku pulang dulu," ujarnya dengan nada tenang dan dewasa.Aku memaksa senyum untuk mengusir rasa tak enak akibat sambutan Mas Arya yang di luar dugaan itu lalu menganggukkan kepala."Makasih banyak ya Wisnu untuk undangan dan untuk bantuannya nganterin sampe ke rumah. Maaf, kalau Mas Arya begitu, mungkin dia kecapekan. Insyaallah nanti kalau ada apa-apa, bolehlah aku mampir ke rumah sakit. Sekali lagi makasih ya bantuannya," ujarku dengan nada tak enak.Mendengar ucapanku, Wisnu hanya tersenyum."Gak papa, An. Ya udah, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Kuikut
"An, maafkan mas tadi malam ya. Mas tuh sayang banget sama kamu dan takut kehilangan kamu, An, makanya mas jadi cemburu dan nuduh kamu yang macam-macam sama teman cowok kamu itu semalam. Padahal mas tahu banget kamu itu tipe istri setia dan gak bakalan mengkhianati mas serta ninggalin mas demi lelaki lain. Tapi karena cemburu yang berlebihan, mas jadi hilang akal sehat dan nuduh kamu yang nggak-nggak. Maafin mas ya, An kalai mas udah kelewatan sama kamu ... .""Mas tahu kamu istri yang sangat baik. Kamu istri setia. Sekali lagi maafkan mas ya, An. Mas janji nggak akan mengulangi apa yang mas lakukan sama kamu malam tadi," ucap Mas Arya keesokan paginya, saat aku sedang sibuk beres-beres di dapur sembari mencuci piring dan pakaian kotor.Lelaki itu terus merayu sambil berusaha mendekatiku hendak memeluk tubuhku tapi dengan tegas aku menghindar.Hatiku masih sangat sakit rasanya memikirkan ucapan dan tuduhannya semalam. Menganggap aku sama saja d
"An, coba jujur sama Mas, jangan diam saja. Sebenarnya selama ini kamu dapat uang dari mana? Kamu kerja apa hingga diam-diam bisa punya penghasilan seperti yang selama ini kamu dapatkan untuk membayar semua pengeluaran rumah tangga kita? Ayolah, An ... jujur sama mas? Istri yang baik tidak akan menyembunyikan rahasia sekecil apapun dari suaminya, kamu tahu itu 'kan? Kamu tahu 'kan kalau dalam aturan agama, istri boleh bekerja asal mendapatkan izin dari suaminya? Nah, kalau kamu gak jujur begini dan main rahasia-rahasiaan segala, apa kamu gak takut mas gak mengizinkan dan diam-diam kamu selalu menumpuk dosa?" ucap Mas Arya lagi seolah-olah sedang ngelindur.Selama ini tanpa sepengetahuannya, ia ikut menikmati penghasilanku tanpa komplain sedikit pun dari mana aku mendapatkan uang, tapi saat aku menghentikan bala bantuan itu tiba-tiba saja ia bicara soal izin dari suami. Seenak jid*tnya saja."Izin katamu, Mas? Apa selama ini aku ninggalin rumah dan kew
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s