Share

Bab Empat

Penulis: Aura_Aziiz16
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-23 00:19:25

Malam ini Mas Arya tak pulang.

 

Melalui pesan w******p ia mengatakan jika akan pulang ke rumah Maya dan tidur di sana.

 

Tanpa menghiraukan perasaanku, ia bahkan mengatakan akan mulai melakukan jatah giliran dengan adil, yakni tiga hari untukku dan tiga hari untuk Maya. Sisa satu hari kata Mas Arya tergantung ia ingin tidur di mana dan aku tak boleh protes akan hal itu.

 

Aku hanya diam tak menanggapi.

 

Sejujurnya aku bahkan sudah tak lagi peduli Mas Arya akan tidur di mana. Tak pulang lagi ke kontrakan ini pun tidak jadi masalah. 

 

Toh, selama ini aku sendiri yang membayar sewanya. Sekali lagi karena gaji Mas Arya tak mencukupi untuk membayarnya.

 

Aku masih bertahan seperti ini bukan karena masih punya hati untuk suamiku itu melainkan hanya ingin melihat karma yang aku yakin sebentar lagi akan menimpa hidup Mas Arya.

 

Aku tak yakin Maya akan betah jadi istri dengan penghasilan Mas Arya yang jauh dari kata cukup akibat sudah dipotong cicilan bank karena gaya hidupnya yang ingin di atas standar padahal jelas-jelas belum mampu untuk itu. Dan tidak tanggung-tanggung, cicilan banknya harus dibayar selama lima belas tahun angsuran. 

 

Setelah membalas chat suamiku, aku kemudian membuka aplikasi pesan makanan siap antar.

 

Kupilih menu makanan sesuai seleraku dan tak lupa selera putri semata wayangku, Via.

 

Meski gadis kecil itu merasa sedih karena papanya malam ini kembali tidak pulang, tetapi kesedihannya berangsur normal saat kujanjikan memesan makanan kesukaannya yakni pizza dan ayam goreng.

 

Kami pun makan dengan lahap dan riang lalu menyimpan sisanya di atas meja makan karena Mas Arya bilang tak akan pulang sampai jatah giliran tiga hari di rumah Maya selesai.

 

Dan itu artinya tiga hari ini aku bebas menjadi diri sendiri dan melakukan segala sesuatu kebiasaanku tanpa takut diawasi atau pun takut ketahuan Mas Arya.

 

Aku tetap bisa melakukan semua kebiasanku dulu tanpa khawatir dipertanyakan dari mana dapat uangnya.

 

****

 

Aku baru saja mandi dan ganti pakaian saat mendengar pintu rumah diketuk keras dari luar.

 

Kukerutkan kening dengan nada heran dan bertanya-tanya. Siapa sih yang pagi-pagi begini sudah datang bertamu dan lancang mengetuk pintu keras-keras? Aku membatin dalam hati.

 

"Ya, sebentar ...!" sahutku. 

 

Tergesa aku berjalan menuju pintu depan dan membukanya.

 

Begitu terbuka, tampak sosok ibu mertua menatap tak sabar ke arahku.

 

"Ana, ini sudah tanggal berapa? Kok belum antar uang ke rumah? Ibu sudah nunggu-nunggu dari kemarin tapi kamu malah nggak datang-datang. Terpaksa tadi Mira nebeng temannya ke kampus karena kehabisan ongkos!" Belum sempat aku bertanya, beliau sudah lebih dulu membuka mulutnya, mengeluh dan menyalahkan seperti biasanya.

 

"Maaf, Bu. Bukan Ana gak mau ke rumah antar uang seperti biasanya tapi mulai bulan ini ATM gaji Mas Arya, sudah Ana kembalikan sama Mas Arya. Biar Mas Arya sendiri yang mengatur keperluan bulanan rumah ini dan rumah ibu. Ana gak mau lagi ikut campur Bu. Jadi ibu tinggu saja dari Mas Arya," ucapku menjelaskan dengan suara tenang.

 

Mendengar jawabanku, ibu tampak kaget.

 

"Kok Arya sendiri yang ngatur? Kenapa? Kalian ribut soal uang? Ya, nggak masalah sih kalau gitu. Cuma ini sudah tanggal dua, tapi baik kamu atau pun Arya gak ada yang ke rumah nganterin uang, terus ibu mau makan apa? Coba hubungi Arya, suruh anterin jatah ibu secepatnya biar ibu bisa belanja. Oke!" ucap ibu mertua lagi sembari dengan ekspresi tak sabar memintaku menghubungi Mas Arya lewat ponsel secepatnya tetapi dengan terpaksa aku menggelengkan kepala.

 

Aku tak mau Mas Arya menganggapku butuh dirinya karena pagi-pagi sudah menghubungi dia yang jelas-jelas mengatakan akan tidur di rumah Maya selama tiga hari ke depan. 

 

Aku tak mau lelaki itu GR karena sedikit pun aku justru tak memikirkan pria itu lagi. Masa bodohlah dengannya. Aku hanya sedang menunggu hari datangnya pembalasan itu. Hari di mana mata kepala Mas Arya terbuka lebar lalu menyesali meski aku tahu tak akan ada lagi ruang dalam hatiku untuknya pasca pengkhianatan ini.

 

Tapi tunggu dulu! Saking sibuknya menata hati aku sampai lupa menanyakan apakah wanita di hadapanku ini sudah tahu jika putra kesayangannya itu sudah menikah lagi atau belum? 

 

Kalau sudah berarti ibu Mas Arya memang setali tiga uang dengan anaknya. Sama-sama tak punya hati dan empati membiarkan anaknya menikah lagi walaupun sudah punya istri.

 

Kalau itu terjadi, berarti selama ini kedekatan dan hubungan baik yang selalu kujaga pada ibu mertua dan adik ipar ini tak pernah dianggap. 

 

Mereka hanya menganggapku orang lain yang kebetulan masuk dalam lingkup keluarga mereka tanpa ada rasa memiliki. Tak seperti diriku yang begitu merasa memiliki pada diri mereka berdua.

 

"Maaf, Bu. Kalau Ana baru bisa ngomong sekarang. Apa ibu sudah tahu kalau sebenarnya Mas Arya sudah menikah lagi dan bahkan sekarang sedang tidur di rumah istri mudanya itu? Apa ibu tidak diberitahu Mas Arya saat ingin menikah lagi kemarin karena Ana sendiri pun baru tahu dari orang yang Ana suruh menguntit Mas Arya di luar dan ternyata benar, Mas Arya sudah menikah lagi, Bu, hu ... hu ... hu ...."

 

Betapa pun berusaha kuat membentengi diri, tak kuasa juga aku menahan air mata supaya tak jauh ke pipi saat harus jujur terus terang di hadapan mertua seperti ini.

 

Tubuh ini pun kemudian hanya mampu bertumpu lemah pada sisi kusen pintu agar tak melorot jatuh ke lantai.

 

Kulihat ibu mertua menundukkan wajahnya dengan hela nafas berat keluar dari bibir beliau.

 

Cukup untuk meyakinkanku kalau sebenarnya. ibu Mas Arya memang sudah tahu jika anaknya sudah menikah lagi dan membiarkan aku sebagai istri tak tahu menahu kecurangan suami di belakangku karena menganggapku hanya orang lain semata.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si ana penulis dungu banyak drama banget. apa kamu g tau hak2mu sebagai istri pns. laporin aja suami mu,dodol dan g usah pake nangis segala. toh si arya juga g peduli sama anaknya dan kamu jg pnya duit
goodnovel comment avatar
Isabella
kalau ibunya diam berarti keluarganya brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Lima

    "Maafkan ibu, An. Ibu gak bisa melarang Arya waktu minta izin nikah lagi. Sudah berkali-kali ibu ingatkan tapi Arya bandel."Ibu mertua mengelus puncak kepalaku lalu meraihku dalam pelukan beliau.Ingin rasanya aku marah tapi aku tahu semua itu tidak ada gunanya lagi.Mungkin sudah takdir begini. Bagus juga karena dengan menikah lagi, aku yang selama ini bucin setengah mati pada Mas Arya hingga rela jadi bumper di belakangnya demi ketenangan hidup lelaki itu jadi sadar jika semua itu ternyata sia-sia belaka.Belum terlambat untuk menyadari kesalahanku, terlalu memanjakan suami hingga tak tahu jika aku telah berkorban begitu banyak demi hubungan rumah tangga kami yang ternyata tak berarti apa-apa baginya."Ya, sudahlah Bu, gak papa. Semua sudah terjadi. Sudah takdir harus begini. Dises

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Enam

    "Terus biasanya kamu ngasih ibu berapa? Kok tadi ibu minta satu juta? Lalu untuk keperluan lain gimana?" Mas Arya menatapku dengan tatapan ingin tahu dan penasaran, membuatku tersenyum miris dalam hati."Rezeki 'kan ada aja, Mas. Biasanya kukasih dari uang THR atau gaji 13 Mas. Pokoknya kalau pandai mengelola, pasti cukup," sahutku pura-pura empati padahal tidak sama sekali.Rasain, Mas! Ini baru awal. Berikutnya bakal lebih banyak lagi kejutan yang akan kamu dapatkan, batinku lagi.Aku pun berjalan meninggalkannya, masuk ke dalam kamar.Mas Arya membuntuti."Tapi lama-lama 'kan habis juga, An. Sekarang ATM itu mas berikan pada Maya, maksudnya gantian dia yang ngatur keuangan keluarga kita. Tapi satu juta mana cukup? Untuk ibu saja itu. Yang lain gimana?" kejar Mas Arya lagi, membuatnya kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Tujuh

    Pagi-pagi sekali sudah ada sayuran dan ikan mentah di meja dapur.Sepertinya barusan Mas Arya belanja di warung sebelah setelah berkali-kali aku mengatakan baru akan masak jika dibelikan bahan masakan untuk diolah. Dan tampaknya Mas Arya mengerti dan mengabulkan permintaanku itu.Berpikir begitu, aku pun segera menyiangi sayuran dan ikan mentah tersebut untuk segera bisa diolah menjadi masakan.Kedua bahan itu telah selesai kubersihkan. Sekarang tinggal mempersiapkan bumbu pelengkapnya agar ikan dan sayur tersebut enak dimakan.Tetapi saat aku mengecek wadah bumbu, cabe merah, bawang merah serta minyak makan ternyata sudah habis.Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar di mana barusan kulihat Mas Arya sedang berganti pakaian dan segera melaporkan kekurangan itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Delapan

    Jam lima sore, Mas Arya sudah kembali pulang dari kantor. Aku menyambutnya dengan senyum datar. Membawakan tas dan berkas-berkas kerjanya lalu menaruhnya di atas lemari.Kuambilkan teh panas dan memberikannya pada Mas Arya. Namun, Mas Arya justru menatapku."Gak ada minuman dingin ya, An? Kok tehnya panas begitu? Mas 'kan gak suka teh panas," tanyanya sembari melepas kancing bagian atas seragamnya.Ya, Mas Arya memang penggemar teh es sehingga mungkin tak terlalu suka dengan teh panas yang saat ini kusajikan.Aku menggeleng. "Listrik mati, Mas. Makanya es batu cair semua," sahutku."Oh sudah lama PLN mati? Kok tumben, biasanya cuma sebentar?""Sudah lama, Mas. Tapi bukan karena PLN mati tapi karena token habis," sahutku lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sembilan

    [An, datang ya ke acara reuni SMA kita dulu dua hari lagi. Ajak suami dan anakmu. Aku juga mau ngajak suami dan anakku nanti]Pesan whatsapp dari Erika, sahabat SMA-ku dulu masuk ke aplikasi hijauku.[Insyaallah, Ka. Di mana lokasi acaranya?] tanyaku.[Kediaman dokter Wisnu. Itu lho teman satu lokal yang dulu juara kelas terus. Kalian pernah dekat 'kan? Sekarang dia bangun rumah sakit sendiri lho di daerah Panam. Keren.] Emoticon jempol menghiasi balasan pesan dari Erika.Membaca pesan itu dadaku berdegup kencang sesaat.Dokter Wisnu? Lelaki tampan itu dulu memang pernah menjadi seseorang terdekat dan begitu spesial di hati ini.Kami sempat menjalin hubungan untuk beberapa lama sebelum akhirnya ia harus berangkat ke kota Jakarta untuk menimba ilmu kedokt

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sepuluh

    "Hai, Ana. Apa kabar? Sudah lama gak ketemu ya? Kamu datang sama siapa? Sendirian?" sapa Wisnu sembari tersenyum ramah padaku.Aku balas tersenyum lalu menunjuk pada sosok Via yang tengah bermain bersama Tasya, putri Erika."Berdua anakku, Nu. Kabarku baik, alhamdulilah. Kamu sendiri gimana?" tanyaku balik.Kuperhatikan saat ini penampilan Wisnu memang semakin sempurna. Ganteng, sukses dan kaya. Sungguh beruntung wanita yang berhasil memiliki dirinya."Aku juga baik. Oh ya, dengar-dengar kamu sudah menikah? Mana mas-nya? Kok gak diajak sekalian?" tanyanya lagi sembari melihat ke sekeliling tetapi kemudian kembali padaku saat tak menemukan sosok Mas Arya di sampingku.Sekilas kulihat matanya mengerjap, tetapi bagiku tak berarti apa-apa. Hubungan kami sudah berakhir sepuluh tahun lalu. Tak ada lagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Sebelas

    Usai solat magrib kembali aku mencoba menghubungi Mas Arya, tetapi hasilnya masih sama, ponselnya tak bisa dihubungi. Malah sekarang dalam keadaan mati."Gimana, sudah bisa dihubungi papanya Via?" tanya Wisnu sembari menggendong Via yang terlihat kuyu dan mengantuk, sebab hari ini terpaksa tidak tidur siang karena ikut menghadiri acara reuni ini.Gadis kecilku itu terlihat nyaman. Menyandarkan kepalanya di bahu Wisnu sambil memeluk tubuh lelaki itu dengan tenang.Sama sepertiku, aku tahu Via juga merasa nyaman bersama Wisnu. Itu bisa terlihat dari pancaran wajah dan mata gadis kecilku itu.Via memang tak pandai berbohong. Saat bersama papanya sendiri, gadis itu justru terlihat tak sepenuhnya merasa nyaman seperti saat ini.Sebagai anak, tentu saja Via punya naluri untuk ingin berdekatan dan diperhatikan terus oleh sang papa, tapi sayan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab Dua Belas

    Atas reaksi Mas Arya itu, Wisnu terlihat terkejut dan tak menyangka akan sambutan suamiku itu tetapi dengan cepat ia berusaha mengusir rasa heran yang tercetak jelas di wajahnya tadi."Oke, Ana, aku pulang dulu ya. Jangan sungkan-sungkan mampir ke rumah atau ke tempat praktek ya, kalau ada keperluan. Salam buat Arya, aku pulang dulu," ujarnya dengan nada tenang dan dewasa.Aku memaksa senyum untuk mengusir rasa tak enak akibat sambutan Mas Arya yang di luar dugaan itu lalu menganggukkan kepala."Makasih banyak ya Wisnu untuk undangan dan untuk bantuannya nganterin sampe ke rumah. Maaf, kalau Mas Arya begitu, mungkin dia kecapekan. Insyaallah nanti kalau ada apa-apa, bolehlah aku mampir ke rumah sakit. Sekali lagi makasih ya bantuannya," ujarku dengan nada tak enak.Mendengar ucapanku, Wisnu hanya tersenyum."Gak papa, An. Ya udah, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Kuikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02

Bab terbaru

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 132 (ENDING)

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 131

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 130

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 129

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 128

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 127

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 126

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 125

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me

  • AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!   Bab 124

    AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s

DMCA.com Protection Status