Mataku menyipit saat melihat layar ponsel. Panggilan masuk dari Siska. Adik iparku, Siska. “Hallo ada apa, Sis?” tanyaku dengan heran. Kenapa dia meneleponku. “Besok Siska mau ke Jakarta, Mbak,” jawab Siska dengan singkat. “Oh, kamu mau nengokin mama?” tanyaku. “Iya, Mbak. Soalnya tadi pagi Mas Bara telfon dan katanya mama sakit. “Oh, iya mama juga sempet bilang kalau. Mbak Bella di suruh buat hubungin kamu. Ya, mungkin mama masih kangen sama kamu,” kataku mengingat perkataan mama tadi pagi. “Iya, Mbak. Tapi Siska bingung nanti harus jawab apa. Siska kan nanti ke Jakartanya Cuma sendirian aja,” kata Siska dengan nada lirih. “Emangnya kamu udah pisah rumah sama Broto?” tanyaku dengan serius. “Udah, Mbak. Aku di usir dari rumah. Ya udahlah aku juga udah nggak mau lagi sama dia. Sekarang aku ada di apartemen Doni, Mbak,” jelas Siska gadis cantik yang memiliki satu anak itu. “Jadi Bagas sama Broto? Terus kamu seatap sama Doni maksudnya?” cecarku dengan geram.
Suara Bel berbunyi. Aku sedang mencuci sayuran terpaksa menghentikan aktivitasku. “Biar aku aja, Mirna,” cegahku karena pembantuku akan berjalan ke depan. “Oh baik, Mbak.” Jawab Mirna dengan sopan. Aku langsung saja berjalan kembali menuju ke arah ruang tamu. Aku yakin tamu itu adalah Siska. Ku buka pintu dengan pelan. Siska melihatku dengan wajah datar. Lalu masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. Mungkin dia masih merasa kesal. Saat di telfon lalu aku memberikan ceramah islami kepadanya. Dia langsung pergi ke kamar mama. Aku melihatnya dari belakang dengan hati yang sabar. Mungkin karena Siska masih muda dariku dan dia juga memiliki anak. Jadi mungkin Siska masih seperti anak-anak. Aku ikut masuk ke dalam kamar mama. “Ma, gimana kabarnya?” tanya Siska dengan wajah berbinar. Ia menyentuh lengan mama. Mama kaget melihat Siska. Ia menaruh majalah dan langsung memeluk anak keduanya dengan hangat. “Ya Allah, Siska kamu kenapa nggak bilang mau kesini?” ta
“Bara? Lu tinggalin aja selingkuhan elu, ” kata Siska dengan lirih sambil melihat-lihat ke belakang. Bara kaget mendengar suara itu. Ia menyimpan ponsel di sakunya dengan cepat. Sementara di sampingnya sudah ada Siska. Mereka berdua berada di halaman rumah sore ini. “kenapa juga gue harus tinggalin Arum. Orang gue cinta sama dia,” kata Bara dengan santainya. “Tapi lu nggak kasian sama Bella. Menurut gue Bella itu udah jadi istri sempurna buat Lo. Dia cantik, pinter, Solehah..kenapa sih lu harus selingkuh?” tanya Siska dengan kesal. “Mungkin lu udah tau jawabannya .karena lu kan juga selingkuh,” ucap Bara menyindir adiknya. “Ya emang gue selingkuh. Tapi kan gue serius dan gue tau apa yang harus gue pilih. Gue akan cerai sama Broto dan gue akan nikah sama Doni. Sementara lu udah nggak tau arah. Lu selingkuh tapi lu nggak bisa cerai sama Bella. Gimana sih,?” sang adik menyindir dengan keras. “Gue tahu kok, jalan yang harus gue pilih. Gue bakal nikahin Arum dan gua n
“Kenapa Siska berani berselingkuh seperti itu Ya Allah, mama sangat kecewa sama dia. Mama benci sama Siska, Bel,” gerutu mama dengan wajah sedih. Aku menghembuskan nafas dengan sabar. “Mama, harus menerima takdir ini, Ma. Ini semua sudah terjadi. Jadi kita hanya bisa berdoa saja yang terbaik untuk Siska,” usulku kepada mama. “Bagaimana mama bisa menerima? Mama sangat menyayangi Broto dan juga cucu kesayangan mama satu-satunya yaitu Bagas. Bagaimana kalau mama tidak lagi bertemu Broto dan Bagas? Ya Allah, mama sakit sekali,” keluh mama dengan memegangi dadanya. “Mama sebaiknya istirahat ya, ma. Nanti Bella buatin mama bubur ayam tanpa kacang. Mama suka kan?”ucapku dengan lembut. Mama menggeleng dengan wajah sedih. “bagaimana mama bisa makan kalau hati mama kaya gini, Bella?” omel mama di depan wajahku. “Ya sudah kalau begitu, mama pengin apa?” tanyaku dengan Sabar. “Mama mau ngomong lagi sama Siska. Mama mau minta dia jelasin semuanya. Sekarang juga,” jawab
Aku dan Mama berada di dalam mobil. Kami berdua masih menikmati pemandangan. “Jujur aja, mama masih sangat sedih sekali,” kata mama dengan menunduk. “Sabar ya, ma sabar,” ucapku dengan mengelus lengan mama. “Cuma kamu Bella yang peduli sama mama. Kamu jangan sampai bercerai ya dengan Bara,” bisik mama sambil tangannya menggenggam tanganku dengan erat. Ada rasa perih yang menyelimuti dada namun aku harus selalu memberikan yang terbaik untuk mama mertuaku. “Iya, ma insyaallah rumah tangga aku dan Mas Bara tidak akan bercerai,” jawabku dengan lembut. Berkali-kali mama menginginkan agar rumah tangga aku dan Mas Bara tetap baik-baik saja. Mama juga sering menasehatimu tentang sabarnya menjadi seorang istri. Aku tidak mungkin durhaka dengan mama mertua. Aku hanya bisa berusaha untuk membuat mama tetap tersenyum. Mama benar, hanya aku yang selalu bisa ada di sisinya. Siska anak kedua mama sudah pasti akan menikah dan tinggal di luar negeri. Otomatis aku harus selalu b
BAB 33 Dokter sudah mengecek keadaan mama. Dokter pun sudah menuliskan resep. Kini wajahku sedih melihat mama yang terdiam dengan wajah bingung. “Sabar ma, aku pasti akan membantu mama jika mama perlu apapun,” ucapku dengan tidak enak hati melihat mama. “Kenapa bisa seperti ini, Ya Allah? Kenapa dengan kedua kaki mama?” Keluh mama dengan meringis sedih. Aku segera menepuk-nepuk punggung nya dengan lembut. “Sabar, ya ma. Pasti bisa sembuh kok, ma,” kataku dengan yakin. “Mama kalau seperti ini nggak bisa ngapa-ngapain, Bella. Ya Allah? Kenapa mama harus kena struk seperti ini?” mama menangis dengan tersedu-sedu. Aku segera memeluknya dengan erat. Mas Bara juga segera memeluk mama. “Sst, mama nggak usah khawatir ya ma, kan ada Bella yang jagain mama. Mama tenang aja ma,” kata Mas Bara dengan mengelus lengan mama. “Ya Allah kuatkan lah aku untuk terus bisa merawat mama dengan ikhlas,” ucapku di dalam hati. “Ini semua gara-gara Siska. Dia yang sudah membuat ma
“Ya, sebenarnya mama juga lebih setuju jika hak asing Bagas jatuh di tangan kamu, Broto. Lagi pula melihat Siska yang selingkuh kaya gitu. Mama juga nggak yakin dia bisa jagain Bagas,” kata Mama dengan wajah sedih. Broto menghembuskan nafas panjang. “Doain ya, ma supaya Broto bisa memang nanti di persidangan,” ucap Broto laki laki agamis itu dengan penuh harap. “Iya, mama selalu doain yang terbaik . Tapi jangan sampai kamu dan Siska menjadi bertengkar dan akhirnya berdampak dengan kesehatan psikis dan mental Bagas. Kamu tahu kan? Bagas sekarang sudah di sunat dan dia sudah bukan anak kecil lagi. Dia pasti akan tahu pada saatnya. Jadi kamu harus bisa menjaga hati Bagas,” nasihat mama kepada Broto. Aku, mama dan Broto serta Bagas berbincang di ruangan ini dengan penuh candaan. Kami semua bahagia bisa saling menyapa bersilaturahmi. Setelah satu jam penuh Broto kini berpamitan kepada mama dan juga aku. “Kalian jangan sungkan sungkan ya main ke sini lagi. Walau bagaima
Pagi hari yang masih sangat dingin. Aku bangun subuh-subuh dan melihat di sampingku sudah ada Mas Bara. Aku langsung saja bangun dan duduk di kursi meja rias sejenak. Jadi semalam aku menunggu mas bara pulang tetapi aku mengantuk. Terpaksa aku tidur di kamar ini. Sebenernya aku tidak Sudi lagi tidur di kamar ini. Karena mas bara selingkuh dari aku. “Bangun, Mas solat subuh!” ucapku dengan menggerak gerakan lengan suamiku. Meski aku jengkel karena dia selingkuh. Tetapi aku harus membangunkannya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Yaitu solat subuh. Berkali-kali aku bangunkan tetapi mas bara tetap saja mendengkur. Ia juga menyuruhku untuk ke kamar mandi saja. Ya sudahlah. Intinya aku sudah berusaha untuk membangunkan suamiku. Setelah solat subuh. Aku merias diri bersiap untuk sarapan dan nanti langsung ke rumah sakit bersama mama. “Mas, kamu kenapa pulangnya lama banget?” tanyaku melihat Mas Bara yang kini duduk di kasur sambil bermain hape. Bahkan