Pasangan pengantin baru ini melangkah keluar dari hotel dengan cekikikan. Mereka merasa aneh dan geli sendiri. Mereka mempunya rumah, tetapi demi menghargai yang lain terpaksa honey moon sesaat di hotel.Seharusnya saat ini, mereka segera merenovasi rumah orang tua Karmila. Berhubung ada kasus Lisa, rencana terpaksa ditunda dulu. Mereka mengutamakan kesehatan dan keselamatan Lisa dulu. Demi rasa kemanusiaan, bagaimanapun Lisa adalah teman dekat Karmila, sekaligus tetangga di kampung.Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya pasutri tersebut sampai rumah. Saat mobil memasuki halaman, semua penghuni rumah sedang bercengkerama di teras. Lisa duduk di kursi roda, karena kakinya masih dalam masa pemulihan. Dia belum boleh terlalu banyak bergerak.Mereka sedang ramai-ramai mengupas buah mangga. Bisa jadi sehabis memetik mangga di samping rumah yang mulai ranum. Nado dan Karmila tersenyum bahagia menghampiri mereka."Wah, asiknya, habis panen raya ini,” ucap Nadio sembari
“Gue hamil!”“Lisa, apa pun yang terjadi, kami ada buat lu. Hadapi dengan tabah, kita cari jalan keluar yang terbaik,” ucap Karmila sembari memeluk sang sahabat“Maafin gue, Mila. Bikin repot lu mulu. Memalukan banget,” ucap Lisa sembari meremas tisu dalam genggaman.“Udah, kaga perlu disesali. Sekarang tinggal bilang siapa bapak janin, lu?”“Kami sama-sama mabuk waktu itu, begitu bangun kami udah seranjang, gue bodo, Mila. Gue brengsek!”“Siapa bapaknya?”“Papanya suami lu, Mila. Maafin gue. Anak gue sekandung ama suami lu.” Lisa semakin terisak-isak. Tampak begitu dalam rasa sesalnya.“Tenang, dia tuh papa tiri doang. Sekarang tinggal pikirin gimana jaga kandungan. Lu harus sehat demi ini,” ucap Karmila sembari mengelus perut Lisa yang masih datar.Akhirnya Lisa pun bisa tersenyum setelah berkali-kali diberi semangat oleh sang sahabat. Ia merasa beruntung mempunyai sahabat setulus Karmila. ▪▪▪Kini, Karmila dan Lisa dalam perjalanan ke rumah sakit dengan diantar
Ray tersenyum bahagia, saat Lisa memberi sinyal penerimaan atas penawarannya. Mereka harus segera meresmikan pernikahan. Selama ini mereka saling perhatian, saling mencintai dalam diam. Hilang sudah kecemasan Lisa. Kini, ada harapan dan semangat baru untuk membuka lembaran baru bersama Ray. Keduanya beranjak menuju tempat Karmila dan Nadio menunggu.Yang didatangi langsung kaget. Nadio tak menyangka bisa bertemu kembali sejak masa pelarian Tuan Ongki. Ray dulu adalah asisten pribadi mama Nadio lalu diperbantukan kepada Tuan Ongki untuk sementara waktu.“Hai, Ray! Apa kabar?” sambut Nadio semringah. Pria ini langsung berdiri lalu menyalami sahabat masa kecilnya. Kedua pria berpelukan dan saling menepuk punggung. Dua sahabat lama yang telah dipertemukan lagi karena takdir.“Baik, gak nyangka kita bisa bertemu lagi. Oh ya, selamat atas pernikahan lu. Maaf, gua gak sempat hadir,” balas si sahabat, lalu menoleh ke arah Karmila. “Wah cantik benar istri lu, Bro.”Ray menyalami Karmila sembar
“Sah?” tanya penghulu pada saksi dan undangan.“Saaah!”“Alhamdulillah ... Barakallah,” jawab penghulu dan para undangan.Selesai sudah prosesi pernikahan Lisa dan Ray. Meski secara sederhana, tetapi tak mengurangi kebahagiaan mempelai pengantin dan kedua sahabatnya.Seminggu kemudian, Nadio dan Karmila sedang di bandara menunggu keberangkatan. Ray dan Lisa ikut mengantar kepergian kedua sahabatnya. Tiba-tiba di tengah koridor menuju pintu keberangkatan, datang seorang wanita menggendong bayi berteriak dari arah belakang mereka."Nadioo!”Seketika keempat orang menghentikan langkah dan menoleh ke arah wanita tersebut. Wanita itu pun segera berlari menghampiri dan seketika memeluk tubuh Nadio."Nadio, ini anak kita. Gue pulang sengaja cariin elu,” ucap wanita berambut blonde sebahu.Wanita ini tampak cantik dan seksi, meski terlihat sedikit ganjil tingkah lakunya. Nadio segera mengurai pelukan wanita ini lalu mengamatinya.“Elu?”“Iya, Sayang. Ini gue, kekasih elu.”“Mana lakik elu?”N
"Halo, Kak. Tumben banget, telepon jam segini," ucap Karmila saat menjawab panggilan."Mila ... Tuan Ongki tertangkap?"tanya Vivian terdengar gelisah."Wait! Lu kenapa kepo soal dia, Kak?""Lu dengerin gua, tapi janji jangan kaget, ya!""Emang mau cerita apaan, Kak? Bikin deg-degan deh," balas Karmila sambil tertawa kecil."Gua dalam waktu dekat mau pulang. Tolong temani ke lapas, ya.""Wah, akhirnya, kita bisa ketemuan. Tapi, kok ke lapas? Membezuk tahanan?""Pengen buktiin doang. Apa bener Tuan Ongki papa kandung gua?""Whaat? Serius, Kak?""Serius. Kaga percaya?""Bukan gitu, Kak. Selama ini lu bilang si papa udah meninggal. Ini juga, kenapa Tuan Ongki yang jadi papa lu, Kak?" tanya Karmila yang semakin keheranan."Mama gua yang bilang. Dulu tuh, gua masih dalam kandungan ditinggal Papa. Mama bilang udah mati. Barusan kemarin, Mama ngomong jujur ke gua. Besok aja, pas kita ketemu. Gua mau mastiin doang, kebenaran berita tertangkapnya Tuan Ongki.""Okey, deh. Gua berharap lu bukan a
"Ada apa lagi, Pak? Saya menangkap pembicaraan Bapak ada sesuatu yang emergency. Betul gitu?" tanya Nadio sambil menatap pria berpakain formal di depannya."Semoga sebuah berita bagus untuk kami, Pak," sahut Karmila dengan bibir gemetar. Wanita ini sedari tadi telah merasakan perasaan tak enak saat menggendong si kecil. Ada yang aneh dengan perilaku bayi umur enam bulan tersebut. Perasaan seorang wanita yang sensitif sedikit banyak telah banyak membantu Karmila di saat genting. Yang barusan dirasakannya, sempat membuat jantungnya berdetak keras."Anak ini ada kelainan syaraf, dari hasil tes tim medis yang menangani kemarin. Kebetulan, beberapa waktu lalu si kecil mengalami demam tinggi lalu kejang. Dalam istilah medis disebut epilepsi,"papar pengacara.Si kecil dalam gendongan sudah tertidur, Karmila pun beranjak ke box lalu menidurkannya. Sesekali tangan wanita tersebut mengelus lembut punggung si kecil agar berasa nyaman. Setelah dirasa sudah pulas benar, Karmila pun bergabung kemba
"Padahal semua aset Tuan Ongki disita karena ada utang piutang yang belum terbayar. Bisa jadi perusahaan di Singapura, disita juga. Kalo memang hak kepemilikan sah milik Tua Bangka. Data apa saja yang udah masuk ke sana?" tanya Nadio tampak panik."Pak, saya bertanggung jawab atas kesalahan fatal ini. Saya pantas masuk penjara," ungkap Vivian dengan raut wajah kalut."Ini bukan perkara masuk penjara doang. Saya khawatir data pribadi pemegang saham disimpan dia juga. Suami Miss. Vivian ada di mana?" tanya Nadio dengan nada tinggi."Saya laporan dia. Sekarang udah ditahan, Pak.""Di Singapura?""Ya, Pak. Sesuai lokasi kejadian," jawab Vivian dengan raut muka penuh penyesalan."Kok bisa data diambil sama suami Miss. Vivian. Bukannya semua file ada di kantor?""Ralat, Pak. Mantan suami. Berkas saya bawa pulang. Buat lembur di mess.""Oh, iya, maaf. Saya ikut prihatin. Emang Miss. Vivian tinggal di mess?""Ya, Pak. Biar hemat biaya. Rencana sih, pengen nabung buat beli rumah di sana. Kaga
Ray dan Lisa tampak sangat terpukul. Sepanjang pemakaman sampai acara selesai, air mata mereka tak berhenti mengalir. Sementara itu, Nadio dan Karmila hanya bisa menghibur dengan kata-kata penguat. Sepanjang hari itu dua pasutri ini duduk berhadap-hadapan mengungkap semua rasa. Ray dan Lisa menceritakan bagaimana mereka bisa terjangkit virus tersebut. Gaya pergaulan mereka yang bebas dalam hal apa pun telah membuka jalan untuk jadi pembawa virus. Beruntung Ray dan Lisa tak putus asa. Mereka akan tetap semangat menjalani hidup yang lebih baik lagi. Sekarang mereka mempunyai jadwal rutin untuk pemantauan kesehatan oleh dinas kesehatan. Hanya mereka berempat dan tenaga kesehatan yang tahu tentang hal ini. Keluarga besar mereka yang tahu agar jiwa keduanya tak semakin tertekan. Nadio dan Karmila bertekat akan selalu membuat kedua sahabatnya selalu merasa bahagia. Sesuai saran tenaga medis, daya tahan tubuh tak boleh ngedrop agar umur pasutri penderita bisa lebih panjang. Ray dan Lisa sud