“Sah?” tanya penghulu pada saksi dan undangan.“Saaah!”“Alhamdulillah ... Barakallah,” jawab penghulu dan para undangan.Selesai sudah prosesi pernikahan Lisa dan Ray. Meski secara sederhana, tetapi tak mengurangi kebahagiaan mempelai pengantin dan kedua sahabatnya.Seminggu kemudian, Nadio dan Karmila sedang di bandara menunggu keberangkatan. Ray dan Lisa ikut mengantar kepergian kedua sahabatnya. Tiba-tiba di tengah koridor menuju pintu keberangkatan, datang seorang wanita menggendong bayi berteriak dari arah belakang mereka."Nadioo!”Seketika keempat orang menghentikan langkah dan menoleh ke arah wanita tersebut. Wanita itu pun segera berlari menghampiri dan seketika memeluk tubuh Nadio."Nadio, ini anak kita. Gue pulang sengaja cariin elu,” ucap wanita berambut blonde sebahu.Wanita ini tampak cantik dan seksi, meski terlihat sedikit ganjil tingkah lakunya. Nadio segera mengurai pelukan wanita ini lalu mengamatinya.“Elu?”“Iya, Sayang. Ini gue, kekasih elu.”“Mana lakik elu?”N
"Halo, Kak. Tumben banget, telepon jam segini," ucap Karmila saat menjawab panggilan."Mila ... Tuan Ongki tertangkap?"tanya Vivian terdengar gelisah."Wait! Lu kenapa kepo soal dia, Kak?""Lu dengerin gua, tapi janji jangan kaget, ya!""Emang mau cerita apaan, Kak? Bikin deg-degan deh," balas Karmila sambil tertawa kecil."Gua dalam waktu dekat mau pulang. Tolong temani ke lapas, ya.""Wah, akhirnya, kita bisa ketemuan. Tapi, kok ke lapas? Membezuk tahanan?""Pengen buktiin doang. Apa bener Tuan Ongki papa kandung gua?""Whaat? Serius, Kak?""Serius. Kaga percaya?""Bukan gitu, Kak. Selama ini lu bilang si papa udah meninggal. Ini juga, kenapa Tuan Ongki yang jadi papa lu, Kak?" tanya Karmila yang semakin keheranan."Mama gua yang bilang. Dulu tuh, gua masih dalam kandungan ditinggal Papa. Mama bilang udah mati. Barusan kemarin, Mama ngomong jujur ke gua. Besok aja, pas kita ketemu. Gua mau mastiin doang, kebenaran berita tertangkapnya Tuan Ongki.""Okey, deh. Gua berharap lu bukan a
"Ada apa lagi, Pak? Saya menangkap pembicaraan Bapak ada sesuatu yang emergency. Betul gitu?" tanya Nadio sambil menatap pria berpakain formal di depannya."Semoga sebuah berita bagus untuk kami, Pak," sahut Karmila dengan bibir gemetar. Wanita ini sedari tadi telah merasakan perasaan tak enak saat menggendong si kecil. Ada yang aneh dengan perilaku bayi umur enam bulan tersebut. Perasaan seorang wanita yang sensitif sedikit banyak telah banyak membantu Karmila di saat genting. Yang barusan dirasakannya, sempat membuat jantungnya berdetak keras."Anak ini ada kelainan syaraf, dari hasil tes tim medis yang menangani kemarin. Kebetulan, beberapa waktu lalu si kecil mengalami demam tinggi lalu kejang. Dalam istilah medis disebut epilepsi,"papar pengacara.Si kecil dalam gendongan sudah tertidur, Karmila pun beranjak ke box lalu menidurkannya. Sesekali tangan wanita tersebut mengelus lembut punggung si kecil agar berasa nyaman. Setelah dirasa sudah pulas benar, Karmila pun bergabung kemba
"Padahal semua aset Tuan Ongki disita karena ada utang piutang yang belum terbayar. Bisa jadi perusahaan di Singapura, disita juga. Kalo memang hak kepemilikan sah milik Tua Bangka. Data apa saja yang udah masuk ke sana?" tanya Nadio tampak panik."Pak, saya bertanggung jawab atas kesalahan fatal ini. Saya pantas masuk penjara," ungkap Vivian dengan raut wajah kalut."Ini bukan perkara masuk penjara doang. Saya khawatir data pribadi pemegang saham disimpan dia juga. Suami Miss. Vivian ada di mana?" tanya Nadio dengan nada tinggi."Saya laporan dia. Sekarang udah ditahan, Pak.""Di Singapura?""Ya, Pak. Sesuai lokasi kejadian," jawab Vivian dengan raut muka penuh penyesalan."Kok bisa data diambil sama suami Miss. Vivian. Bukannya semua file ada di kantor?""Ralat, Pak. Mantan suami. Berkas saya bawa pulang. Buat lembur di mess.""Oh, iya, maaf. Saya ikut prihatin. Emang Miss. Vivian tinggal di mess?""Ya, Pak. Biar hemat biaya. Rencana sih, pengen nabung buat beli rumah di sana. Kaga
Ray dan Lisa tampak sangat terpukul. Sepanjang pemakaman sampai acara selesai, air mata mereka tak berhenti mengalir. Sementara itu, Nadio dan Karmila hanya bisa menghibur dengan kata-kata penguat. Sepanjang hari itu dua pasutri ini duduk berhadap-hadapan mengungkap semua rasa. Ray dan Lisa menceritakan bagaimana mereka bisa terjangkit virus tersebut. Gaya pergaulan mereka yang bebas dalam hal apa pun telah membuka jalan untuk jadi pembawa virus. Beruntung Ray dan Lisa tak putus asa. Mereka akan tetap semangat menjalani hidup yang lebih baik lagi. Sekarang mereka mempunyai jadwal rutin untuk pemantauan kesehatan oleh dinas kesehatan. Hanya mereka berempat dan tenaga kesehatan yang tahu tentang hal ini. Keluarga besar mereka yang tahu agar jiwa keduanya tak semakin tertekan. Nadio dan Karmila bertekat akan selalu membuat kedua sahabatnya selalu merasa bahagia. Sesuai saran tenaga medis, daya tahan tubuh tak boleh ngedrop agar umur pasutri penderita bisa lebih panjang. Ray dan Lisa sud
Pagi ini Lisa terlihat semakin sehat dan cantik. Seakan-akan rasa sakit yang ia derita kemarin hilang tak berbekas. Kini wanita berkulit eksotis tersebut duduk santai di sofa sedang menikmat acara salah satu channel televisi. Keadaan sang istri yang semakin membaik membuat gairah hidup Ray menggeliat kembali.Padahal sebelumnya pria berdarah Taiwan ini sempat ngedrop di titik terendah, hingga tubuhnya tampak kurus kering. Nadio yang melihat perubahan positif pada kedua sahabatnya jadi ikut bahagia. Tibalah waktu, dokter datang memeriksa keadaan Lisa. Wanita tersebut seketika merangkul suaminya erat, saat dokter menyatakan bahwa dirinya sudah diperbolehkan pulang. Sinar mata berbinar ditunjukkan oleh Ray juga. Kebahagiaan mereka dirasakan pula oleh Karmila yang gagal pergi ke rumah sakit karena Baby Fey rewel. Kabar tentang kesembuhan didapat Karmila dari Nadio lewat telepon.Akhirnya yang menjadi keinginan Lisa terwujud. Ia pulang dengan diiringi rasa bahagia Ray dan juga dua sahabat
Kemudian disepakati bersama bahwa jenazah Lisa akan dimakamkan hari itu juga."Sayang, aku akan ikut kamu," ucap Ray sambil menatap tubuh terbujur di hadapannya.Pria keturunan Taiwan tersebut sangat terpukul. Beberapa kali, ia menciumi wajah sang istri dan seketika tubuhnya limbung lalu tak sadarkan diri. Nadio segera mengangkat tubuh sang sahabat ke salah satu ranjang. Sementara jenazah Lisa dibawa ke kamar mayat menunggu keluarga yang akan datang menjemput.Karmila merasa syok dan hampir tak percaya dengan kepergian Lisa. Ia berdiri terpaku layaknya orang linglung. Tampak Karmila berulang kali menyeka air mata yang tiada berhenti mengalir. Nadio mendekap si istri erat. Pria tersebut ikut merasa sedih, tetapi tak sedalam kesedihan yang dirasakan Karmila.“Lisa, lu boong! Jahat, lu! Bilang aja mau ninggalin gua! Ngapain pura-pura sehat? Ngapaiiiin!” Karmila semakin merancu, hatinya teramat sakit."Sayang, ikhlaskan, ya. Biar Lisa bisa tenang di sana," bujuk Nadio sembari membelai ram
"Hah? Lu bilang baru berangkat entar sore. Barusan selesai. Kami otw ke rumah sakit, liat Bang Ray. Lu langsung nyusul aja.""Emang Pak Ray kaga ikut ke makam?""Kaga bisa. Masih pake ventilator. Gimana? Nyusul rumah sakit, aja. Sekalian bezuk Bang Ray.""Harus. Pak Ray itu sodara kandung gua," ucap Vivian lirih, tetapi terdengar bagai petir di telinga Karmila."Whaat! Yang bener aja, Kak!" Teriakan Karmila seketika membuat Nadio menoleh kaget. Pria ini segera menepuk bahu istrinya pelan. "Pelan. Suasana berduka," bisik Nadio sambil mengerlingkan mata ke arah bangku belakang. Orang tua Lisa yang sedang sempat kaget dengan teriakan Karmila, hanya tersenyum tipis. Wajah keduanya tampak sendu.Karmila pun salah tingkah sendiri karenanya. Wanita berambut ikal tersebut berucap lirih, "Maaf.""Milaa! Ada masalah?" tanya Vivian saat percakapan mereka terjeda."Enggak, Kak. Gua teriak barusan, pada terkejut. Btw, kami mau antara bapak-ibu Lisa pulang kampung. Kami tunggu sampe jam 3 sore," un