Sesudah menuntut ilmu di kelas, Ayu membawa sebuah brosur ke hadapan Alina dan Indah.
"Ada pasar malam, nih. Gimana kalau kita minta izin buat jualan di sini?" tanya Ayu."Jualan apaan?" tanya Indah."Kita jualan makanan sama minuman, lumayan tau buat nambah pemasukan pesantren," sahut Ayu."Iya tuh, kayaknya banyak juga anak-anak yang bisa buat prakarya tas anyaman, keset topi yang bagus-bagus," sahut Marisa yang ikut menimpali."Ya udah aku bilang sama Ibu Ustazah ya buat minta izin," ucap Indah.Sore itu setelah mendapat izin dari Ibu Ustazah, Alina mengikuti rombongan santriwati dan santriwan At Taqwa menuju ke pasar malam. Ternyata ada Haris juga yang ikut untuk membantu berjualan buah segar hasil kebun pesantren."Lucu - lucu banget sih nih kausnya aku mau beli ah buat kalian," ucap Alina."Buat kalian siapa?" tanya Indah."Ya, buat kalian lah teman-teman baru aku," sahut gadis itu seraya menghituKeesokan harinya, Indra memilih pamit karena harus berada di rumah sakit kota dengan segera."Kak Indra nggak capek apa?" Alina terlihat khawatir dengan kondisi Indra."Enggak kok, semalam juga aku tidur cukup, pas pulang ke sini juga si Haris yang bawa mobil," sahut Indra."Nanti kalau udah sampai rumah, hubungi aku ya, Kak," pinta Alina."Tenang aja, kamu baik-baik ya di sini." Indra mengusap kepala Alina yang sudah memakai penutup kepala itu meski hijabnya belum sempurna."Iya, Kak." Haris melihat perlakuan sang kakak yang sangat menunjukkan kalau dia menyukai gadis yang juga ia sukai itu. Namun, dia hanya terdiam dan berusaha tak menunjukkan kalau dia cemburu. Indra akhirnya pamit dan menitipkan Alina pada Haris. Indah mengajak Alina dan Rossa untuk menyiapkan kue yang akan mereka buat dan dijual di pasar tradisional nanti. Sore itu, para santri tiba di pameran kembali. Mereka berada di pasar tr
Pantes aja tiap saya mau kemalingan tuh selalu ada yang kasih tau atau malingnya sudah sial duluan. Waktu gas saya bocor tiba-tiba kompornya rusak nggak nyala, seolah-olah ada yang selalu melindungi saya," ucap bapak itu."Kalau soal melindungi mah ya kita tetap harus percaya sama Allah, Pak. Hanya saja mungkin si anak ini sebagai perantara ya buat melindungi ayahnya," sahut Haris yang sebenarnya sudah menyimak sedari tadi.Penjual bubur ayam itu lantas menoleh pada pemuda tampan yang hadir di sampingnya itu."Apa Aden bisa lihat anak saya juga?" tanya Kang Asep."Kalau soal lihat hantu, dia lebih pro, Pak," sahut Rossa."Emang gue pemain game sampai dibilang pro! Istri bapak ke mana, kok sendirian?" tanya Haris."Sudah meninggal saat Lidia lahir," jawabnya."Oh, maafkan saya kalau begitu." "Enggak apa-apa, Den." "Mungkin anak itu akan tetep menemani Bapak sampai Bapak mungkin sudah menemukan pendampi
"Ris, i-ini kayaknya ada yang mendekat ke kita," bisik Alina sambil terbata-bata ketakutan."Udah aku bilang kan dari tadi, udah jangan diliatin terus! Ayo, kita buru-buru pergi dari sini! Lagian si Rossa sih pakai mau nungguin Jeff segala." Haris menggerutu sambil masih menundukkan kepalanya tak mau para hantu itu melihatnya."I-ini, ini kaki siapa, Ris, kok darah semua?" bisik Alina kala melihat sepasang kaki penuh darah dengan tulangnya yang terlihat karena daging kakinya sobek."Mundur aja, Lin, pelan-pelan aja," ucap Haris seraya membawa Alina mundur beberapa langkah berbarengan dengan Rossa yang masih melingkarkan lengannya di lengan Alina. Padahal Rossa juga masih tak mengerti dengan apa yang mereka lihat.Tiba-tiba, Alina menabrak seorang wanita berusia lima puluh tahun."Aduh, Neng, lihat-lihat dong kalau jalan main nabrak aja!"Alina yang tak sengaja menabrak pengendara motor itu langsung minta maaf. Pengendara motor it
"Ris, ini kenapa mbak hantunya masih ngikutin, sih?" Alina hanya melirik tak mau menoleh sepenuhnya kepada sosok hantu perempuan yang berada di belakangnya itu."Tau nih, aduh dia ngeliatin aja lagi," sahut Haris sambil berbisik."Kalian, ayo buruan!" seru Rossa."Pura-pura nggak liat aja, Lin!" Haris memberi kode pada Alina untuk bergegas.Akhirnya ketiga remaja itu bergegas menuju minimarket. Setelah selesai menemani Rossa, mereka bertemu dengan Jeff dan temannya yang bernama Paul. "Hei, kalian mau pulang ke pesantren, kan?" tanya Jeff.Haris menganggukkan kepalanya mengiyakan."Bagaimana kalau kami antar, soalnya kami juga penasaran mau meliput pesantren kalian?" Jeff memberikan penawaran.Haris menatap ke arah Alina dan Rossa yang menjawab dengan anggukan kepala mengiyakan.*Di dalam mobil mini bus yang disewa oleh Jeff, Alina melihat sebuah tas besar yang ada di bawah kakinya. Terdengar
"Astagfirullahaladzim, itu apa?" Pak Ustaz tampak terkejut kala melihat sesuatu di punggung Paul. "Nah, itu yang mau saya kasih tau juga, Pak," bisik Haris."Tenang Ris, sepertinya dia nggak tau kalau diikutin sama makhluk gaib," ujarnya."Iya, Pak Ustaz. Apa kita ajak masuk ke dalam dulu aja, gimana?" tanya Haris.Ustaz Amir akhirnya mengiyakan. Jeff dan Paul mengambil gambar sekeliling pesantren seraya melakukan wawancara dengan penanggung jawab pesantren kala Pak Kiai sedang tak berada di tempat. "Aku punya ide, Ris," ucap Alina."Ide apa?""Begini nih, kalau menurut aku sebaiknya kamu tarik anak itu lepas dari gendongannya pas Paul nggak sadar, nah kamu bawa deh anak itu ke sini kita interogasi, gimana?" Alina memberi ide pada Haris."Emang kamu berani tanya langsung hantu itu?" "Nggak sih, hehehe."Paul akhirnya menuruti Ustaz Amir. Ia duduk di teras depan kamar milik pak ustaz. Perlaha
Haris kembali ke pesantren sambil membawa sekantong belanjaan di tangannya."Apaan tuh, Ris?" tanya Marisa yang menghadang langkah pemuda itu."Ini titipannya Ustaz Amir.""Aku minta ya, kamu kan orangnya baik hati dan tidak sombong, hehehe," ucap Marisa penuh percaya diri sambil meraih satu bungkus Chiki dan teh dingin dalam kemasan botol yang Haris beli untuk Alina."Yah, jangan diambil dong!" Haris mencoba meraih apa yang gadis itu ambil."Emang kenapa, sih? Boleh kan ini buat aku, masih banyak yang lain tuh! Lagian nanti juga pak ustaz nggak marah percaya deh. Makasih ya Haris." Marisa berlalu meninggalkan pemuda itu begitu saja."Hmmm… celamitan banget itu anak." Pemuda itu kembali ke rumah singgah milik Ustaz Amir."Nah, ini dia orangnya dari tadi ditungguin juga," ucap Rossa saat melihat Haris hadir."Maaf ya maaf tadi aku ketemu Marisa, Chiki pesanan kamu sama tehnya Alina diambil, maaf ya."
Keesokan harinya, Jeff dan Paul datang ke pesantren. Rossa dan Alina menarik Jeff menjauh. Sementara itu, Ustaz Amir dan Haris mencoba menginterogasi Paul mengenai kecelakaan yang menimpa Siska.Alina menceritakan pada Jeff mengenai hantu anak kecil yang bernama Siska, korban tabrak lari. Di kepala anak itu banyak bersimbah darah yang masih mengalir ke wajahnya. Siska ditinggalkan begitu saja di selokan depan rumahnya yang saat itu kondisinya sepi."Are you sure?" tanya Jeff yang sebenarnya tidak percaya dengan cerita hantu.Namun, ia mendengar teriakan Paul yang menggebrak meja dan membuat semua yang mendengar memandang ke arah rumah Ustaz Amir termasuk Jeff, Alina dan Rossa.Rossa yang terkejut langsung memeluk Alina yang ketakutan kala mendengar gebrakan Paul dari dalam. Jeff segera menghampiri dan mendengar semua penuturan rekannya yang ketakutan melihat penampakan Siska."Kalau menurut aku ya, setau aku Siska kayak gitu nemplok di pu
Alina datang dari kamar mandi dengan wajah sayu dan menunduk. Tak ada bekas luka dan seolah-olah tak ada yang terjadi pada gadis itu. Marisa sampai menatap penuh tanya. Ia juga menoleh ke arah Ayu yang beranggapan sama."Kenapa dia baik-baik aja, Yu?" bisik Marisa."Mana aku tau, mungkin dia nggak kepeleset dan udah bersihin wc," sahut Ayu seraya berbisik juga."Lin, makan malam yuk!" ajak Indah.Alina hanya menganggukkan kepalanya. Ia dan Rossa lantas mengikuti Indah menuju tempat makan para santriwati. Marisa dan Ayu juga ikut serta meskipun dalam hati mereka sangat merasa bingung.Setelah selesai makan malam, semuanya kembali ke asrama masing-masing. Pukul tiga dini hari mereka dituntut untuk bangun melaksanakan salat tahajud berjamaah.Di dalam kamar asrama, Alina langsung membaringkan dirinya dan terlelap. Rossa sampai menatap gadis itu dengan heran begitu juga dengan Indah. Namun, keduanya lantas menganggap gadis itu hanya
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka