Alina datang dari kamar mandi dengan wajah sayu dan menunduk. Tak ada bekas luka dan seolah-olah tak ada yang terjadi pada gadis itu. Marisa sampai menatap penuh tanya. Ia juga menoleh ke arah Ayu yang beranggapan sama.
"Kenapa dia baik-baik aja, Yu?" bisik Marisa."Mana aku tau, mungkin dia nggak kepeleset dan udah bersihin wc," sahut Ayu seraya berbisik juga."Lin, makan malam yuk!" ajak Indah.Alina hanya menganggukkan kepalanya. Ia dan Rossa lantas mengikuti Indah menuju tempat makan para santriwati. Marisa dan Ayu juga ikut serta meskipun dalam hati mereka sangat merasa bingung.Setelah selesai makan malam, semuanya kembali ke asrama masing-masing. Pukul tiga dini hari mereka dituntut untuk bangun melaksanakan salat tahajud berjamaah.Di dalam kamar asrama, Alina langsung membaringkan dirinya dan terlelap. Rossa sampai menatap gadis itu dengan heran begitu juga dengan Indah. Namun, keduanya lantas menganggap gadis itu hanya"Bukan aku, Yu! Bukan aku!" Ayu tak mengindahkan pembelaan dari Alina. "Aku akan buat kamu mengaku!" Ayu bersiap untuk meninju perut Alina tetapi Rossa dan Indah datang memasuki kamar."Astagfirullah, kamu mau apaan si Alina?" pekik Rossa yang menarik lengan Ayu dan mendorong gadis itu jatuh.Ayu menceritakan perbuatan Marisa pada Alina saat di kamar mandi. Dia yakin karena perbuatan nakal Marisa, si Alina pasti menaruh dendam."Kamu nggak apa-apa kan, Lin?" tanya Rossa berusaha mendekat ke arah gadis yang sedang menyeka bulir bening di sudut kedua matanya itu."Apa memang aku pembunuh Marisa?"Alina menatap kedua tangannya. Ia teringat dengan sosok pembunuh dalam dirinya."Nggak mungkin, Lin, kamu bukan pembunuh Marisa," ucap Rossa."Lepaskan aku, Sa!" Alina berusaha menarik lengannya.Tiba-tiba, gadis itu menjerit histeris. "Lin, sadar Lin!" pekik Rossa.Alina m
Pak Kiai datang menemui Alina bersama para asisten yang selalu mendampingi pria paruh bayu itu."Alhamdulillah... nanti malam kita mulai ritual pemisahan kamu dan jin jahat yang ada di dalam tubuh kamu ini," ucap Pak Kiai."Jadi, dia kembali? Dia membuat saya membunuh Marisa?" Alina langsung terisak dan menangis histeris meratapi dirinya yang sudah membunuh kembali.Rossa berusaha menenangkan sahabatnya. Indah datang membawa teh manis hangat untuk Alina."Minum dulu, Lin," ucap Indah."Kalian pergi! Jauhi aku! Kalian pergi dariku!" seru Alina yang menjauhi Rossa dan Indah."Sebaiknya biarkan Alina sendiri dulu," ucap Haris meminta Indah dan Rossa untuk menghindari gadis itu sesaat."Aku taruh gelas ini di meja dulu. Lin, nanti minum ya teh manisnya," ucap Indah sebelum ia melangkah pergi bersama Rossa keluar dari kamar mereka."Lin, kamu tenangin diri kamu dulu, ya. Nanti malam Pak Kiai dan Ustaz Amir akan melak
Malam itu, setelah melakukan salat isya,Kiai Haji Abdul Rahman menekankan arti penting ruqyah sebagai sarana untuk membentengi diri dari praktik sihir. Sihir, dalam paparannya, membahayakan aqidah sekaligus nyawa seseorang, oleh karenanya Islam merespon hal itu dan memberikan tuntunan ruqyah syar’iyyah dengan menggunakan Al-Quran untuk menghalau gangguan-gangguan jin, termasuk sihir. Pria dengan jubah putih dan memakai sorban di kepala itu juga menjelaskan bahwa ruqyah syar’iyyah juga harus disertai dengan kegiatan Tazkiyyah an-Nafs atau penyucian jiwa. "Semua bentuk pengobatan, harus disertai Tazkiyyah. Ruqyah tanpa Tazkiyyah maka hasilnya nol,” tukas Pak Kiai."Untuk itu saya meminta kalian yang adi sini untuk melakukan sesuai perintah saya. Kita memohon ampun dan bantuan dari Allah Yang Maha Kuasa," ucap Pak Kiai.Haris melirik ke arah jarum jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul delapan malam. Alina di letakkan di dalam masjid yan
Alina berhasil sembuh dari gangguan jin jahat yang mendiami di dalam tubuhnya. Namun, gadis itu masih saja bisa melihat para tak kasat mata seperti Haris.Alina memutuskan menghabiskan tahun itu di pesantren. Dia dan Haris akan memasuki sekolah saat ujian nanti menjelang begitu juga dengan Rossa. Seminggu atau dua minggu sekali, Indra akan bertanding ke pesantren untuk memastikan keadaan Alina dan Haris.Ustaz Amir memberikan usul untuk membawa murid-murid di pesantren itu untuk berkunjung ke sebuah desa. Dia akan mengadakan tafakur alam ke sebuah desa di Gunung Pelangi. Pagi itu, Alina dan rombongan pesantren sampai di bumi perkemahan yang berada di Gunung Pelangi. Dinamakan seperti itu karena di desa tersebut memiliki air terjun yang memantulkan warna pelangi kala jatuh menuruni mata airnya.Tiba-tiba, Alina mulai ketakutan saat melihat sosok penunggu gerbang komplek perkemahan yang bertubuh besar. Sosok menyerupai genderuwo berwarna hijau itu
"Kamu lihat hantu pria itu," bisik Haris."Iya, aku lihat. Dia baik apa jahat ya, Ris?" tanya Alina."Entahlah, semoga aja dia baik." Haris melirik ke arah hantu laki-laki yang diduga baru saja meninggal itu."Bagaimana ya menguasai ini, aku takut banget," bisik Alina."Aku nggak tau caranya gimana, lagian memang udah bawaan aku dari kecil bisa lihat hantu," ucap Haris.Terdengar suara Ustaz Amir yang menggunakan toa untuk memanggil seluruh peserta. Semua hadir di aula tempat perkemahan rombongan pesantren At Taqwa. Mereka mendengarkan ceramah yang dilakukan Ustaz Amir.Para murid pesantren mendengarkan dengan saksama. Setelah ceramah tersebut usai. Tim dewan guru mengadakan acara permainan yang seru. Mereka akan melukis wajah lawan mainnya dengan teknik animal printing di wajah."Ayo, Lin, kita mulai permainan melukis wajah, yuk!" ajak Rossa."Oh tau nih, lombanya main salon-salonan ya? Kalau begitu mah dari ta
Di rumah Nenek Katemi, Rossa mencoba mengintip ke arah kuali tersebut. Namun, kedua mata lentiknya langsung terperanjat ketika sesuatu muncul di permukaan air yang sedang direbus itu."Astagfirullahaladzim, itu jari tangan manusia," pekik Rossa.Gadis itu dengan paniknya menuju ke arah Alina. Namun, ia menabrak wanita paruh baya tersebut."Nek, di-di-di kuali tadi, Nenek masak apa?" tanya gadis itu dengan terbata-bata."Ada apa, Sa?" tanya Alina."Aku, aku lihat jari manusia di sana, di dalam kuali besar itu," ucap Rossa."Masa sih, kamu salah lihat kali," sahut Alina."Beneran, Lin, aku nggak salah lihat. Ayo, ikut aku kita liat kuali tadi kalau nggak percaya," ucap Rossa."Kalian mau ke mana?" tanya Nenek Katemi."Mau ke dapur, Nenek tunggu sini!" ucap Alina. Wanita paruh baya itu lantas mengikuti Alina dan Rossa. Dia hanya tersenyum."Itu kualinya!" tunjuk Rossa."Gede ban
Tiba-tiba, Nenek Katemi tertawa menyeringai bagaikan nenek sihir di cerita dongeng."Yeeee, dia malah ketawa!" celetuk Haris."Apa kalian belum sadar juga kalian berada di mana?" tanya Nenek Katemi.Haris menoleh pada Alina dan Rossa."Kita bukannya ada di rumah dia?" tanya Rossa."Lah, emang iya kita ada di rumah dia, kok," sahut Alina."Ha-ha-ha, kalian itu ada di alamku," ucap nenek itu."Alamnya?" Haris, Alina, dan Rossa menyahut bersamaan."Iya, di alamku, alam gaib hahaha.""Waduh, gimana keluarnya ini?" Rossa dan Alina mulai panik.Namun, Haris berusaha tenang dan berdoa semoga Ustaz Amir mampu mendengar teriakan yang ia lontarkan kemudian."Tolong … tolong …." Haris terus berteriak.Alina dan Rossa juga ikut berteriak."Hahaha, kalian tak akan bisa keluar dari sini!" Nenek Katemi makin tertawa menyeringai."Berarti dia bukan manusia kanibal tapi monst
Langkah gadis itu terhenti kala melihat sosok besar penunggu perkemahan hadir di dekat pintu kamarnya."Ris, tolongin aku …."Sosok tak kasat mata itu berwarna hitam dan memiliki sedikit bulu. Wajah sosok pun sangat menyeramkan. Kedua matanya selalu melotot seakan-akan menantang siapa saja yang berani menatapnya. Ia juga mempunyai taring yang panjang. Selain ciri fisik yang mengerikan makhluk tersebut juga memiliki ciri lain yaitu baunya yang sangat busuk mirip dengan buangan limbah."Hmmm ini makhluk apa namanya?Alina bertanya seraya menutup kedua hidungnya dengan jari."Kenapa, Lin?" tanya Haris."Aku mau pipis ada makhluk besar itu, anterin …." Alina memohon pada pemuda itu.Haris menghampiri Alina dan mengantar gadis itu menuju ke kamar mandi."Permisi ya, Om, ada yang kebelet mau pipis," ucap Haris melewati makhluk besar tadi."Aku sakit perut juga, nih kayaknya bukan cuma mau pipis," sahut Alina.
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka