"Ris, i-ini kayaknya ada yang mendekat ke kita," bisik Alina sambil terbata-bata ketakutan.
"Udah aku bilang kan dari tadi, udah jangan diliatin terus! Ayo, kita buru-buru pergi dari sini! Lagian si Rossa sih pakai mau nungguin Jeff segala." Haris menggerutu sambil masih menundukkan kepalanya tak mau para hantu itu melihatnya."I-ini, ini kaki siapa, Ris, kok darah semua?" bisik Alina kala melihat sepasang kaki penuh darah dengan tulangnya yang terlihat karena daging kakinya sobek."Mundur aja, Lin, pelan-pelan aja," ucap Haris seraya membawa Alina mundur beberapa langkah berbarengan dengan Rossa yang masih melingkarkan lengannya di lengan Alina. Padahal Rossa juga masih tak mengerti dengan apa yang mereka lihat.Tiba-tiba, Alina menabrak seorang wanita berusia lima puluh tahun."Aduh, Neng, lihat-lihat dong kalau jalan main nabrak aja!"Alina yang tak sengaja menabrak pengendara motor itu langsung minta maaf. Pengendara motor it"Ris, ini kenapa mbak hantunya masih ngikutin, sih?" Alina hanya melirik tak mau menoleh sepenuhnya kepada sosok hantu perempuan yang berada di belakangnya itu."Tau nih, aduh dia ngeliatin aja lagi," sahut Haris sambil berbisik."Kalian, ayo buruan!" seru Rossa."Pura-pura nggak liat aja, Lin!" Haris memberi kode pada Alina untuk bergegas.Akhirnya ketiga remaja itu bergegas menuju minimarket. Setelah selesai menemani Rossa, mereka bertemu dengan Jeff dan temannya yang bernama Paul. "Hei, kalian mau pulang ke pesantren, kan?" tanya Jeff.Haris menganggukkan kepalanya mengiyakan."Bagaimana kalau kami antar, soalnya kami juga penasaran mau meliput pesantren kalian?" Jeff memberikan penawaran.Haris menatap ke arah Alina dan Rossa yang menjawab dengan anggukan kepala mengiyakan.*Di dalam mobil mini bus yang disewa oleh Jeff, Alina melihat sebuah tas besar yang ada di bawah kakinya. Terdengar
"Astagfirullahaladzim, itu apa?" Pak Ustaz tampak terkejut kala melihat sesuatu di punggung Paul. "Nah, itu yang mau saya kasih tau juga, Pak," bisik Haris."Tenang Ris, sepertinya dia nggak tau kalau diikutin sama makhluk gaib," ujarnya."Iya, Pak Ustaz. Apa kita ajak masuk ke dalam dulu aja, gimana?" tanya Haris.Ustaz Amir akhirnya mengiyakan. Jeff dan Paul mengambil gambar sekeliling pesantren seraya melakukan wawancara dengan penanggung jawab pesantren kala Pak Kiai sedang tak berada di tempat. "Aku punya ide, Ris," ucap Alina."Ide apa?""Begini nih, kalau menurut aku sebaiknya kamu tarik anak itu lepas dari gendongannya pas Paul nggak sadar, nah kamu bawa deh anak itu ke sini kita interogasi, gimana?" Alina memberi ide pada Haris."Emang kamu berani tanya langsung hantu itu?" "Nggak sih, hehehe."Paul akhirnya menuruti Ustaz Amir. Ia duduk di teras depan kamar milik pak ustaz. Perlaha
Haris kembali ke pesantren sambil membawa sekantong belanjaan di tangannya."Apaan tuh, Ris?" tanya Marisa yang menghadang langkah pemuda itu."Ini titipannya Ustaz Amir.""Aku minta ya, kamu kan orangnya baik hati dan tidak sombong, hehehe," ucap Marisa penuh percaya diri sambil meraih satu bungkus Chiki dan teh dingin dalam kemasan botol yang Haris beli untuk Alina."Yah, jangan diambil dong!" Haris mencoba meraih apa yang gadis itu ambil."Emang kenapa, sih? Boleh kan ini buat aku, masih banyak yang lain tuh! Lagian nanti juga pak ustaz nggak marah percaya deh. Makasih ya Haris." Marisa berlalu meninggalkan pemuda itu begitu saja."Hmmm… celamitan banget itu anak." Pemuda itu kembali ke rumah singgah milik Ustaz Amir."Nah, ini dia orangnya dari tadi ditungguin juga," ucap Rossa saat melihat Haris hadir."Maaf ya maaf tadi aku ketemu Marisa, Chiki pesanan kamu sama tehnya Alina diambil, maaf ya."
Keesokan harinya, Jeff dan Paul datang ke pesantren. Rossa dan Alina menarik Jeff menjauh. Sementara itu, Ustaz Amir dan Haris mencoba menginterogasi Paul mengenai kecelakaan yang menimpa Siska.Alina menceritakan pada Jeff mengenai hantu anak kecil yang bernama Siska, korban tabrak lari. Di kepala anak itu banyak bersimbah darah yang masih mengalir ke wajahnya. Siska ditinggalkan begitu saja di selokan depan rumahnya yang saat itu kondisinya sepi."Are you sure?" tanya Jeff yang sebenarnya tidak percaya dengan cerita hantu.Namun, ia mendengar teriakan Paul yang menggebrak meja dan membuat semua yang mendengar memandang ke arah rumah Ustaz Amir termasuk Jeff, Alina dan Rossa.Rossa yang terkejut langsung memeluk Alina yang ketakutan kala mendengar gebrakan Paul dari dalam. Jeff segera menghampiri dan mendengar semua penuturan rekannya yang ketakutan melihat penampakan Siska."Kalau menurut aku ya, setau aku Siska kayak gitu nemplok di pu
Alina datang dari kamar mandi dengan wajah sayu dan menunduk. Tak ada bekas luka dan seolah-olah tak ada yang terjadi pada gadis itu. Marisa sampai menatap penuh tanya. Ia juga menoleh ke arah Ayu yang beranggapan sama."Kenapa dia baik-baik aja, Yu?" bisik Marisa."Mana aku tau, mungkin dia nggak kepeleset dan udah bersihin wc," sahut Ayu seraya berbisik juga."Lin, makan malam yuk!" ajak Indah.Alina hanya menganggukkan kepalanya. Ia dan Rossa lantas mengikuti Indah menuju tempat makan para santriwati. Marisa dan Ayu juga ikut serta meskipun dalam hati mereka sangat merasa bingung.Setelah selesai makan malam, semuanya kembali ke asrama masing-masing. Pukul tiga dini hari mereka dituntut untuk bangun melaksanakan salat tahajud berjamaah.Di dalam kamar asrama, Alina langsung membaringkan dirinya dan terlelap. Rossa sampai menatap gadis itu dengan heran begitu juga dengan Indah. Namun, keduanya lantas menganggap gadis itu hanya
"Bukan aku, Yu! Bukan aku!" Ayu tak mengindahkan pembelaan dari Alina. "Aku akan buat kamu mengaku!" Ayu bersiap untuk meninju perut Alina tetapi Rossa dan Indah datang memasuki kamar."Astagfirullah, kamu mau apaan si Alina?" pekik Rossa yang menarik lengan Ayu dan mendorong gadis itu jatuh.Ayu menceritakan perbuatan Marisa pada Alina saat di kamar mandi. Dia yakin karena perbuatan nakal Marisa, si Alina pasti menaruh dendam."Kamu nggak apa-apa kan, Lin?" tanya Rossa berusaha mendekat ke arah gadis yang sedang menyeka bulir bening di sudut kedua matanya itu."Apa memang aku pembunuh Marisa?"Alina menatap kedua tangannya. Ia teringat dengan sosok pembunuh dalam dirinya."Nggak mungkin, Lin, kamu bukan pembunuh Marisa," ucap Rossa."Lepaskan aku, Sa!" Alina berusaha menarik lengannya.Tiba-tiba, gadis itu menjerit histeris. "Lin, sadar Lin!" pekik Rossa.Alina m
Pak Kiai datang menemui Alina bersama para asisten yang selalu mendampingi pria paruh bayu itu."Alhamdulillah... nanti malam kita mulai ritual pemisahan kamu dan jin jahat yang ada di dalam tubuh kamu ini," ucap Pak Kiai."Jadi, dia kembali? Dia membuat saya membunuh Marisa?" Alina langsung terisak dan menangis histeris meratapi dirinya yang sudah membunuh kembali.Rossa berusaha menenangkan sahabatnya. Indah datang membawa teh manis hangat untuk Alina."Minum dulu, Lin," ucap Indah."Kalian pergi! Jauhi aku! Kalian pergi dariku!" seru Alina yang menjauhi Rossa dan Indah."Sebaiknya biarkan Alina sendiri dulu," ucap Haris meminta Indah dan Rossa untuk menghindari gadis itu sesaat."Aku taruh gelas ini di meja dulu. Lin, nanti minum ya teh manisnya," ucap Indah sebelum ia melangkah pergi bersama Rossa keluar dari kamar mereka."Lin, kamu tenangin diri kamu dulu, ya. Nanti malam Pak Kiai dan Ustaz Amir akan melak
Malam itu, setelah melakukan salat isya,Kiai Haji Abdul Rahman menekankan arti penting ruqyah sebagai sarana untuk membentengi diri dari praktik sihir. Sihir, dalam paparannya, membahayakan aqidah sekaligus nyawa seseorang, oleh karenanya Islam merespon hal itu dan memberikan tuntunan ruqyah syar’iyyah dengan menggunakan Al-Quran untuk menghalau gangguan-gangguan jin, termasuk sihir. Pria dengan jubah putih dan memakai sorban di kepala itu juga menjelaskan bahwa ruqyah syar’iyyah juga harus disertai dengan kegiatan Tazkiyyah an-Nafs atau penyucian jiwa. "Semua bentuk pengobatan, harus disertai Tazkiyyah. Ruqyah tanpa Tazkiyyah maka hasilnya nol,” tukas Pak Kiai."Untuk itu saya meminta kalian yang adi sini untuk melakukan sesuai perintah saya. Kita memohon ampun dan bantuan dari Allah Yang Maha Kuasa," ucap Pak Kiai.Haris melirik ke arah jarum jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul delapan malam. Alina di letakkan di dalam masjid yan
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka