Home / Romansa / A Gentle Kiss / 5. Canggung

Share

5. Canggung

Author: Mira Restia
last update Last Updated: 2021-02-19 21:43:03

Raina tertegun atas ulah Devan. Mungkin pria ini kerasukan atau sekadar kedinginan, atau mungkin juga karena sempat terlalu lama menjomblo. Yang jelas, Raina merasa tubuhnya sesak dan bergerak gelisah dalam pelukan itu.

"Rain!"

Raina gemetar saat Devan memanggil namanya dalam jarak sangat dekat. "Kenapa?"

"Request sambel goreng juga, ya! Terus cepetan masaknya, jangan pakai lama."

"Katanya angetin yang ada aja?"

"Cuma tambah sambal aja, kok. GPL!"

"Ya udah, kalau disuruh GPL lepas dulu pelukannya. Apa Bang Dev nyuruh aku masak di kamar?"

Devan melonggarkan pelukan dengan ekspresi biasa saja. "Sorry."

"Titip Zian, ya! Kalau dia bangun bawa aja ke bawah!"

Raina tergesa-gesa menuju dapur. Hatinya belum benar-benar stabil akibat pelukan dadakan yang dilakukan oleh suaminya.

"Oke." Devan menunggu di pinggir kasur, sambil diam-diam ngemil biskuit regal milik Zian.

Devan bisa saja ke luar cari makan. Di sekitar daerah tempatnya tinggalnya bahkan ada tempat makan 24 jam. Tapi memang dasar pria itu ada niat lain, hanya saja tidak jadi karena masih ragu-ragu untuk menjamah mantan pacar adiknya itu.

Ponsel Devan bergetar, ada pesan masuk. Dia menggeser layar dan mendapati wanita yang sempat dia hubungi waktu itu, tiba-tiba mengirim pesan. Itu dari Kirana.

Devan mengerutkan dahi. Apa mungkin saat berselancar di dunia maya, dia tidak sengaja tap icon love pada salah satu foto Kirana, sehingga wanita itu bisa berani menghubungi. Tapi diingat-ingat Devan sudah hati-hati untuk tidak ketahuan.

Hallo, Malam. Devan, kamu belum tidur? Hapenya masih online aja, nih.

Devan heran, terakhir kali Kirana bilang jangan mengganggunya. Tapi kini, malah dia kirim pesan duluan. Devan lalu menuliskan balasan pada mantannya.

Tak lama, Devan pun turun ke bawah menghampiri Raina. Dia melihat makanannya sudah siap di meja makan.

"Makasih, Rain. Sorry banget, kamu jadi masak malam-malam."

Raina tersenyum. "Sama-sama, gak apa-apa."

Setelah itu Devan menyantap makanan yang dihidangkan Raina sambil membaca beberapa pesan W* dari temannya yang belum sempat dibaca. Dia melupakan Raina yang berdiri mematung menatap ke arah Devan.

Raina ingin ikut duduk bersama tapi masih segan. Lagipula dia tidak ingin berlama-lama meninggalkan Zian. "Abang Rain ke atas dulu, ya. Lihat Zian."

"Tunggu!"

"Apa?"

"Besok beberapa temen lama aku yang dari Jati Negara mau dateng. Agak lama mereka di sini, kamu bisa bantuin aku pesenin makan siang dari Resto? Sorry aku baru ngasih tau, baru baca pesan dari mereka."

Raina mengangguk. "Bisa. Untuk berapa orang, dan makanan apa?"

"Lima porsi, makanan khas Betawi aja. Soalnya mereka suka masakan Betawi."

"Ok."

"Ya udah, sekarang kamu ke kamar aja duluan temui Zian!"

Raina berbalik badan. Dia berjalan sambil memukul-mukul kepala sendiri cuma gara-gara mengingat pelukan tadi.

Devan tertegun, khawatir dengan reaksi Raina yang seperti itu. Istrinya sangat aneh, dulu sering tersenyum pada hujan di luar, kemarin tersenyum pada piring kosong sambil tersipu malu. Sekarang memukul-mukul kepala secara berkala. Tapi, dalam situasi tertentu, dia juga sempat memergok Raina menangis secara diam-diam. Jangan-jangan, Raina terkena syndrom yang dikatakan ibunya itu.

Devan segera menandaskan makannya lalu pergi ke kamar. Dia mengendap-endap mengintip istri sendiri, memeriksa bagian tubuh Raina. Dia takut gara-gara putus cinta sama Dhaka, Raina nekad melukai diri dan bayinya.

Raina belum sepenuhnya terlelap. Dia kaget saat tahu Devan sedang memeriksa tangan dan kakinya seperti untuk bahan penelitian. "Abang sebenarnya lagi ngapain sama tangan dan kaki aku?"

Devan terperanjat, dia sampai tak sadar terlalu berlebihan dalam mengecek kondisi Raina. "Gak ngapa-ngapain."

Raina tak percaya, dia memasang wajah waspada dan menutupi tubuhnya dengan bantal.

"Te-nang a-ja! Aku gak bakal jual organ tubuh kamu secara ilegal." Devan buru-buru naik ke atas ranjang dan kembali tidur dalam posisi membelakangi Raina.

***

Raina mendengar bel rumah berbunyi. Dia berjalan ke depan rumah untuk membuka pintu. Setelah itu, dia melihat beberapa orang sedang berdiri di situ. Itu teman-teman Devan.

"Silakan masuk! Abang masih ada di kamar mandi," sapa Raina.

"Makasih!" jawab salah seorang dari mereka, mewakilkan.

Teman Devan masuk. Raina familiar dengan wajah mereka karena pernah bertemu di resepsi pernikahan hingga berfoto di pelaminan. Hanya saja, ada satu orang lagi yang terlihat asing. Wanita cantik menggunakan blouse maroon. Mungkin Raina lupa, atau dia pacarnya Dewa, salah satu teman Devan yang masih anteng menjomlo.

Karena asisten rumah tangga yang diminta oleh Devan belum juga datang, Raina menyiapkan semua sendiri walau sambil bawa-bawa Zian.

"Silakan duduk! Aku ambilin dulu minum bentar!"

"Makasih. Gak usah repot-repot, Rain," jawab Senja mewakilkan teman yang lain.

Senja adalah istrinya Faiz. Dia tahu Raina kerepotan jika harus ambil minum sambil bawa Zian, dia pun menawarkan diri mengais Zian. Sukur-sukur kalau Zian mau karena biasanya balita suka takut sama orang asing.

"Siapa namanya? tampan sekali, ya."

"Zian, Mbak!"

"Masya Allah bagus sekali namanya. Wajahnya mirip sama ayahnya, ya," ucap Senja gemas.

Dhaka dan Devan memiliki, wajah yang mirip. Tentu saja, maksudnya Zian mirip dengan Dhaka 'kan? Raina menelan ludah, malu mengingat kenyataan itu. Akan tetapi sungguh, Senja tidak bermaksud menyindir. Bahkan memang tidak tahu masalah itu.

Diam-diam, wanita berpakaian maroon tadi tersenyum geli. Dia seolah tahu kenyataan pahit dalam rumah tangga Devan. Dia tahu anak itu anak siapa.

"Zian sama Tante dulu, yu!" ucap Senja. Dia pun tersenyum ternyata Zian bersedia digendong.

Setelah itu, Raina pun bisa mengambil minuman dan beberapa cemilan di belakang.

Akhirnya Devan datang, dia langsung mendekat pada teman-temannya. Dia melihat istrinya juga sedang menyimpan minum di meja. Setelah itu, pandangan matanya berganti pada sosok wanita yang datang tanpa diundang. Karena bukan bagian dari teman yang direncanakan kemarin akan datang

Devan memalingkan wajah pada wanita itu, lalu berjabat tangan dengan Faiz , Senja dan Dewa. Sementara wanita itu, anggap saja mahluk tak kasat mata. Duduk di kursi paling pojok, berambut panjang tapi bukan kunti. Siapa lagi kalau bukan mantan tercinta Devan.

Devan tidak menyapa Kirana, meski ingin menyapa pun, Devan tidak enak pada Raina. Padahal harusnya santai saja, Raina tidak kenal dengan Kirana.

"Apa kabar kalian? Thanks udah nyempetin datang ke rumah gua, padahal kalian lagi pada sibuk semua 'kan?"

"Baek, Van. Sama-sama, kita malah yang gak enak sama lo, karena waktu itu belum sempet lihat kelahiran anak lo. Udah gede aja anak lo. Dah bisa apa dia?"

"Udah bisa nyaingin ketampanan gua, Bro."

"Yakin lo tampan? Anak lo iya tampan. Bapaknya sepet kaya cucian lecek."

Devan tertawa lepas mendengar becandaan Dewa. Dia tidak memperlihatkan masalah keluarganya, sekilas dia dan Raina baik-baik saja.

"Fanza makin gemuk aja, berapa kilo dia sekarang?" tanya Devan sambil mengusap rambut anak balita yang duduk di pangkuan Faiz.

"Lima belas kilo, gimana gak makin gemuk, jajan mulu, gak dikasih jajan ngambek. Kalau Zian berapa kilo, sekarang, Bro?

"Berapa, ya? Raina yang tahu." Kata Devan kemudian menatap Raina, "Berapa kilo sekarang Zian, Yang?"

Yang? Apa yang dimaksud Devan yang adalah sayang? Raina hanya tertegun, berpikir lama. Karena Devan tidak mungkin akan memanggilnya seperti itu, mengingat hubungan mereka yang selama ini kaku meski sudah tinggal satu atap.

"Sayang, barusan Faiz tanya. Zian berapa kilo sekarang?" Devan mengulangi pertanyaannya.

"8 kilo, Bang." Raina menjawab dengan wajah tersipu.

Raina harusnya menangis, jika saja dia tahu Devan memanggil sayang hanya untuk memanas-manasi Kirana. Tapi Raina masih muda, tidak berpengalaman soal trik kuno semacam ini.

"Kalian gak mau tanya anak gua berapa kilo?" tanya Sadewa alias Dewa sang jomlo halu.

"Anak sape, anak tetangga elu, W*?" tanya Faiz.

"Anak kucing gua, ada seperempat kilo lebih empat ons." jawab Dewa.

"Garing banget, joke lo." jawab Faiz.

Obrolan mereka berlanjut, seputar perkembangan Fanza dan Zian. Atau pun obrolan unfaedah lainya, mungpung mereka diberi waktu bertemu di tengah kesibukan, jadi topik apapun akan terasa seru.

Raina pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang yang sudah dia pesan via aplikasi. Senja sadar itu, dan berniat membantu Raina di dapur, Senja mengajak Kirana sekadar basa-basi.

Tanpa dia duga, Kirana bersedia ikut meski tidak terlalu akrab dengan kedua wanita itu.

***

Kirana mengedarkan pandangan di dapur rumah Devan yang familiar di matanya. Dia menyimpan beberapa kenangan di sini. Pilihan kombinasi warna kitchen set hijau pastel dan putih dapur ini adalah pilihannya, waktu itu. Begitu pun dinding kramik kamar mandi dengan motif salur warna krem, adalah pesanan Kirana.

4 tahun lalu, karena rasa sayang Devan pada Kirana, dia menyiapkan rumah sesuai keinginan Kirana sebelum mereka menikah, termasuk masalah lokasi dan warna. Dan kini, Kirana harus merelakan orang lain menggunakan hunian ini, yang dulu nyaris menjadi miliknya.

Bukan salah Devan. Karena Kirana memilih pisah duluan, dia malas direcoki keluarganya karena berhubungan dengan Devan. Kirana memilih menikah dengan pria lain, meski hanya bertahan satu tahun saja.

Devan yang patah hati waktu itu, mengabaikan rumah ini. Baginya, hampa jika tinggal seorang diri, berteman sepi. Rumah ini pun terbengkalai beberapa tahun, kosong seperti rumah hantu. Mungkin jika ada youtuber pemburu hantu masuk rumah ini, dia akan berkata, "Gila, rumah ini creepy sekali, gaes. Ada sensasi gagal nikah di dalamnya.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
yenyen
haha sensasi gagal nikah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • A Gentle Kiss   6. Mantan Pacar Suami

    Mata Kirana lekat menatap Raina yang sedang mencuci piring sehabis makan bersama tadi. Iri, harusnya dia yang menjadi tuan rumah. Membuat sarapan tiap hari untuk Devan adalah impiannya. Apalagi Kirana pintar masak. Dia ragu, apakah bocah yang hamil diluar nikah seperti Raina bisa masak sehebat dirinya.Raina lebih cantik darinya. Kirana sangat yakin, Devan tidak akan berpikir dua kali untuk jatuh cinta pada Raina, kalau saja Raina tidak berlaku keji di masa lalu bersama Dhaka, hingga hamil diluar nikah."Raina, numpang ke kamar mandi bentar, ya!" Senja datang menghampiri."Kamar mandinya sebelah sini, Mbak." Raina berjalan ke arah kamar mandi menunjukan letak kamar mandi pada Senja."Oke, makasih, Rain." Senja masuk ke kamar mandi, sambil membawa Fanza, karena Fanza pup.Raina kembali ke wastafel, ternyata Kirana sudah menggantikan mencuci piring, membuat R

    Last Updated : 2021-02-19
  • A Gentle Kiss   7. Staycation

    Devan menunda pekerjaannya yang mulai menumpuk. Dia meraih smartphone, mencari website Hotel berdasarkan rating tertinggi di internet yaitu Crowne Luxury . Walaupun pada awalnya dia menanggap omong kosong saran dari anggota grup tadi, tapi apa salahnya dicoba.Devan menghampiri Raina yang sedang main games Uncle the horor. Devan Ingin memberitahu sesuatu, tapi Raina terlalu larut dalam permainan, membuat Devan terhenti haya untuk melihat raut wajah Raina saat bermain. Devan merasa aneh, padahal Raina sendiri yang memilih permainan, tapi saat hantunya muncul dia tutup mata, sambil bergedig takut. Jangan lupakan juga backsound games tersebut yang creepy. Devan duduk di samping Raina. "Seru banget, ya?""Eh, Bang Devan. Udah selesai makannya?""Iya udah."

    Last Updated : 2021-02-19
  • A Gentle Kiss   8. Pria Brengsek

    Devan menyadari Raina tak ada di ranjang. Saat membuka mata, dia hanya melihat Zian yang terlelap tidur dengan wajah yang polos. Devan melirik ke sisi jendela, ada cahaya lampu dari luar dan di sana juga dia melihat Raina duduk sambil menatap ke jendela.Wanita itu berwajah sendu. Devan mampu menangkap kesedihan darinya. Tanpa dia sadari, dia mulai tak rela melihat Raina bersedih.Devan bangkit dan mendekat pada Raina. Melihat wajah wanita itu dari samping, membuat kekaguman di dalam hati yang tak sudi dia utarakan. Dia masih bersikeras meyakini bahwa perasaan ini adalah hanya sebatas kasihan semata.Devan menaruh tangan di bahu Raina. "Kenapa gak tidur?"Raina terperanjat atas kehadiran Devan, terlebih pria itu memegang bahunya. "Gak tahu, susah tidur.""Ada yang dipikirkan?"Raina terdiam sejenak lalu kembali menatap ke arah luar, ka

    Last Updated : 2021-02-19
  • A Gentle Kiss   9. Bersama Mantan

    Sore ini, Devan pergi ke Jatinegara menemui seseorang yang sangat dekat dengannya di masa lalu. Tangannya menjinjing buah tangan, berbagai jenis makanan yang empuk. Karena dia yakin, kalau dikasih makanan yang keras sedikit yang punya rumah pasti menggerutu."Assalamualaikum."Sebenarnya, pintu terbuka setengah dari tadi. Devan bisa melihat orang tersebut duduk di tikar, mungkin orang itu berkurang pendengarannya. Devan tersenyum, membuka pintu lebih lebar, bersimpuh mendekati seorang kakek."Assalamualikum.""Waalaikumsalam. Ini Sape ye?" tanya Kong Darul sambil membenarkan kaca mata.Devan meraih tangan Kong Darul, sungkem. "Ini Devan, Kong." Devan duduk bersila kaki."Eh, elu kirain sape. Samar-samar tadi muke lu, tong.""Engkong sehat? Maaf baru bisa mampir ke sini, nengokin engkong."Dev

    Last Updated : 2021-02-19
  • A Gentle Kiss   10. Hati yang Retak

    Pagi, dan ini hari minggu. Suara denting piano terdengar dari lantai satu rumah Devan. Warmes on the soul judul yang ia bawakan. Baru pertama memainkannya. Dia tahu, Raina suka memutar lagu tersebut lewat ponsel. Itu lagu itu untuk istrinya.Raina menuruni anak tangga, menggendong Zian, permainan Devan memanjakan telinganya, tapi tidak merubah rasa kecewa yang ia kubur hingga terlelap tidur. Dirinya masih menggunakan piama, rambutnya terikat asal. Dia menghampiri Devan, dengan tampang kusut."Habis begadang, ya?" Devan menghentikan permainannya, dia lebih memilih menyapa istrinya."Iya. Maaf Raina gak tahu Abang udah pulang, belum ada sarapan, mau sarapan apa?""Santai saja, kamu juga keliatannya masih ngantuk dan aku juga belum lapar."Tidak tidur semalaman membuat Raina tidak fokus, bahkan untuk merencanakan kegiatan di pagi hari dia kesulitan. K

    Last Updated : 2021-02-19
  • A Gentle Kiss   11. Trauma

    Raina tidak bisa dipaksa. Bukan hanya karena Raina tidak suka. Akan tetapi traumanya bisa saja kembali jika diperlakukan kasar. Bayangan kejahatan Dhaka bisa muncul, membuat dada terasa sesak. Raina akan mengalami ketakutan berlebihan. Semua itu terjadi saat ini. Dan Devan tidak menyadari itu.Dua detik setelahnya, Devan melepas cengkramannya pada Raina. Merasa Raina semakin menjadi untuk menolaknya, dia menyerah. Devan beranjak dari ranjang lalu keluar kamar. Pintu yang tidak berdosa jadi sasarannya, saat tertutup dengan kuat.Raina terperanjat mendengar suara pintu itu. Rasa kesal suaminya sampai pada hatinya. Mungkin Devan akan pergi lagi seperti biasa. Raina menyibak selimut bergegas mengikuti Devan.Dugaan Raina salah, Devan tidak ke mana-mana hanya duduk di sofa. Raina melihat sudah ada segelas air putih di meja, bekas Devan minum.Raina menatap Devan lekat, sampai Devan p

    Last Updated : 2021-02-23
  • A Gentle Kiss   12. Hilangnya Kepercayaan

    Devan sedang berada di Restoran tempat dia biasa makan siang. Saat menunggu menu pesanan datang, dia membuka ponsel untuk mengecek CCTV yang terhubung ke ponselnya. Beberapa hari lalu, dia sengaja memasang di rumahnya. Berharap memergoki Dhaka datang ke rumah, tapi hal itu tidak terjadi. Malahan yang ada, dia merindukan Raina yang terlihat mondar mandir di rumah sambil menjaga Zian. Dia melihat wanita itu memainkan gitar saat Zian terlelap tidur. "Boleh duduk?"Devan mendengar suara anggun seorang wanita menyapanya. Dia mendongak meskipun hafal suara siapa itu. "Kamu ... kenapa bisa ada di tempat ini?""Aku tahu kamu suka makan siang di sini."Devan mendengkus, dia menyesap kopi yang datang lebih dahulu dari tadi.Kirana duduk berhadapan dengan Devan, meskipun dia sendiri tidak mendengar Devan mengijinkannya duduk.

    Last Updated : 2021-02-23
  • A Gentle Kiss   13. Wanita Lain

    Ponsel Raina berbunyi, itu chat dari Naya. Biasanya teman Raina itu cuma mengirim pesan jika sedang ingin curhat antara dia dan pacarnya. Namun kali ini beda, Raina hampir saja menjatuhkan ponsel sesaat setelah membaca ponsel itu. "Rain, barusan aku lihat lakimu masuk ke restoran bareng cewek cantik." "Yang benar? Kamu salah lihat kali." Raina membalas dengan tangan bergetar. "Awalnya aku juga takut salah orang, tapi setelah diteliti emang itu suamimu." "Ada fotonya, gak?"

    Last Updated : 2021-02-23

Latest chapter

  • A Gentle Kiss   35. TAMAT

    Raina berbaring di rumah sakit. Kini dirinya sedang dipasang selang tempat mengalirnya air kencing. Karena nantinya, selama satu sampai dua hari dirinya akan kesulitan untuk menggerakkan badan, hanya bisa berbaring, termasuk tidak akan sanggup jika pergi ke kamar mandi. Masih merasa mimpi, akhirnya dia mengulangi lagi kejadian tujuh tahun lalu, dia harus menjalani oprasi Caesar yang ke dua. Perasaanya kembali resah, tidak jauh beda saat melahirkan Zian dulu. Bedanya adalah, kini dia bebas menggenggam tangan Devan tanpa rasa canggung. Bahkan dia tanpa rasa malu mencubit lengan Devan jika sedang ketakutan. "Aawww ...." teriak Devan. Suster mendongak menatap Devan sambil tersenyum. Tadinya dia heran kenapa Raina yang sedang dipasang selang tapi malah Devan yang teriak, rupanya pasien nya tersebut, sedang meluapkan rasa takut dengan mencubit dan meremas lengan suaminya. "Rileks saja, Bu Raina

  • A Gentle Kiss   34. Infinity Pool

    Devan dan Raina meluncur berdua ke dalam infinity pool di hotel dengan view menghadap ke laut. Mereka baru akan menikmati pantai sore hari.Raina bahagia bisa berenang bersama suaminya. Raina harus akui, dia terpesona melihat tubuh kekar suaminya saat meluncur dan berenang dengan berbagai gaya. Hingga dia merasa minder dan berdiam diri di pojokan, padahal sebenarnya Raina juga bisa mengimbangi Devan."Rain! Sini, Sayang!"Raina berenang ke tengah, mendekat ke arah Devan, lalu lanjut berenang tak jauh dari posisi Devan berada. Saat tubuhnya di dalam air semua beban pikiran sejenak menghilang diganti dengan kepuasan batin. Sesekali, Devan akan menggoda Raina dengan menangkapnya di dalam air."Bahagia banget ya keliatannya mereka. Gua kapan sama pasangan kaya gitu?" Arka terpaksa bermonolog, ingin mengobrol sama temannya Raina tapi dari tadi Naya jaga jarak.

  • A Gentle Kiss   33. Asal usul tak Jelas

    Raina memasuki rumah itu lagi, di mana dia menghabiskan waktu kecil dengan suka cita dan bermakna. Walaupun, pada akhirnya dia didepak juga oleh orang baru yang berstatus istri muda dari Arman. Arman dulu sudah merawat Raina dengan baik, mengenalkan Raina pada musik, menyekolahkan di Sekolah ternama, membuat gadis itu berprestasi di usia muda dengan attitude yang bagus. Dalam hatinya, dia ingin Raina kembali. Atau paling tidak, ingin Raina mengunjunginya sambil membawa Zian dan Devan. Tapi Rachel melarangnya."Nona Raina!" sapa seorang asisten rumah tangga yang dulunya dekat dengan Raina. Matanya berbinar saat melihat anak majikannya sudah datang."Mbak Surti apa kabar?""Alhamdulillah, baik, Nona." Surti melihat ke arah Zian, secara alami matanya menggoda balita yang berada di pangkuan Raina. "Lucu sekali anaknya, Non. Sudah b

  • A Gentle Kiss   32. Penjara

    Raina lega, ternyata Devan tidak selingkuh dengan Kirana. Tapi dia masih bingung kenapa Dhaka dan Kirana sampai bisa berpacaran. Dia pikir wanita yang ambisius seperti Kirana tidak bisa berpaling pada Devan."Abang serius Kirana dan Dhaka ada hubungan? Aku kaget dengernya, loh.""Aku juga awalnya gak percaya, tapi mereka memang sering nginep bareng.""Aku lega. Itu artinya Bang Dev gak selingkuh sama Kirana. Aku kira semalam kalian habis ngapain."Devan baru sadar Raina tahu lebih banyak dari yang dia pikirkan, dia nampak kesal. "Rain, kamu buka-buka hape, Abang?""Iya. Salah sendiri kenapa semalam bikin orang curiga.""Aku sayang sama kamu, apapun yang aku lakukan itu semua demi kamu. Kalau aku belum cerita apa pun itu karena aku nunggu waktu yang tepat. Bagaimana pun aku gak mau kamu stres berlebihan, aku tahu kamu pasti traum

  • A Gentle Kiss   31. Pesan dari Kirana

    Kirana mengirim pesan pada Devan. Sebuah video, rekaman suara beserta chat yang lumayan panjang. Dia menulis dengan cepat, supaya Dhaka tidak melihatnya. Dhaka menginap di rumah Kirana malam ini. Kirana sudah menyuruh Dhaka pulang, tapi pria itu tidak mau pulang.Lalu, setelah 15 menit berlalu Devan membalas pesan itu. "Makasih banyak, Kirana."Setelah mendapat balasan, Kirana berniat kembali ke kamarnya. Bukan hal baik jika dia terus berada di sini. Tapi, sepertinya sudah terlambat. Dhaka sudah berada di belakang Kirana, melihat semua aktifitas Kirana."Penghianat, berani lo kirim chat sama Abang." Dhaka merebut gawai Kirana. Dia menjambak rambut Kirana, lalu mendorongnya hingga tersungkur. Melemparkan gawai ke wajah Kirana lalu memukul wanita itu.Tidak puas meluapkan emosi, dia menjatuhkan benda apa pun yang dia lihat. Menghampiri Kirana kembali dan menamparnya.

  • A Gentle Kiss   30. Butuh Keadilan

    Devan duduk di samping Petra yang sedang berbaring. Wajahnya risau menatap ke arah ayahnya yang sudah terlelap tidur dengan tangan di infus. Ada kecewa di hati Devan pada sikap Petra yang menyembunyikan rahasia besar tentang kelakuan Dhaka. Ingin marah, tapi dia tahan karena kondisi Petra yang sedang sakit. Petra terbangun karena tak tenang tidurnya. Saat dia membuka mata, dia melihat wajah anaknya sedang muram, menahan kesal. Petra tak tahu ada hal apa yang membuat anaknya berprilaku seperti itu. "Kamu kenapa Devan?" Devan terperanjat. Dia mendengkus berusaha menahan segalanya tapi gagal. Dia terlalu tertekan dengan kondisi istrinya. "Devan udah tahu tentang kelakuan Dhaka ayah. Devan kecewa kenapa ayah melindungi Dhaka. Berapa puluh kali ayah memaklumi kesal

  • A Gentle Kiss   29. Kekesalan Dhaka

    Dhaka berdiri kaku saat Devan berjalan melintas di depannya. Kakaknya tersebut mengambil posisi dekat dengan Petra, ingin segera mengecek kondisi Petra. "Bagian tubuh mana yang sakit, Yah?" Ayahnya menunjuk ke arah kaki terlebih dahulu lalu ke tangan. Devan mengikuti arah tunjuk ayahnya. Devan melirik ke arah Dhaka dengan tatapan yang dingin. Dia melihat gelagat Dhaka yang aneh, nampak cemas. "Lo udah lama di sini?" "Barusan." Devan tersenyum masam. Ada satu hal yang menganggu pikiran tapi dia tahan karena melihat kondisi ayahn

  • A Gentle Kiss   28. Rahasia dan Luka Batin

    Devan sedang merakit mini Playground yang worth it untuk balita seusia Zian bermain dengan aman. Zian antusias, dia merangkak ke sana ke mari di atas matras empuk bermotif kartun yang belum di isi oleh bola atau mainan apa pun. Balita itu menghampiri Devan dan berdiri dengan berpegangan pada Devan. "Bentar lagi jadi tempat main kamu, Zian. Sabar, ya!" "Hao hakeng, Yaya ...." Zian berjingkrak. Raina menghampiri dengan membawa satu keranjang bola yang sangat banyak. "Abang udah bisa di isi bola belum area mandi bolanya?" "Iya, bisa! Kamu tumpahin aja bolanya." "Zian, lihat! Mamah tumpahin di sini, ya!" Zian tertawa-tawa saat bola-bola itu mengenai badannya. Dia langsung bermain di area situ. Sementara Devan masih memasang pintu untuk rumah-rumahan yang muat untuk tiga balita di dalamnya. "Abang Zian suka sekali main di sini." Devan melirik ke arah ibu dan anak itu sambil tersenyum. Dia bahagia melihat

  • A Gentle Kiss   27. Masa lalu yang Pahit

    Apa begitu mustahil membuat dua orang saudara yang terlahir dari dua rahim berbeda untuk hidup bersama? Mengapa sering ada penolakan diantara salah satunya?Petra mengemudi untuk pulang, pandangannya terhalang oleh kabut air mata yang menggenang, karena pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan itu. Dia tidak habis pikir, mengapa sepanjang hidupnya selalu diliputi penyesalan.Penyesalan pertama Petra yaitu karena dirinya meninggalkan Devan saat bayi, dirinya baru melihat wajah Devan kembali saat anaknya berusia 18 tahun. Entah bagaimana kehidupan Devan saat hanya hidup berdua dengan April, karena dia melihat Devan saat itu sebagai anak yang terbuang, dengan wajah yang babak belur sehabis dihajar orang. Petra dulu tidak tahu ada masalah apa anaknya itu. Yang jelas, kehidupan anaknya yang pertama itu tidak dalam keadaan baik.Petra merasa tidak ada salahnya lebih memperhatikan Devan daripada Dhaka saat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status