AROON'S COMPANY08.15 malam. Tuan Aroon baru saja sampai di akhir kata dalam pidato penyambutannya malam ini. Dengan sedikit berbasa-basi dan banyak memuja sang wanita pujaan hati dalam narasinya. Membuat segelintir orang seolah jengah dengan sikap berlebihan bos besar itu meskipun hanya bisa menyimpannya dalam dada. Tak terkecuali Revano yang saat ini tengah duduk dalam lingkaran para pebisnis tanah air. "Kau menikmati party ini, Revano?" Tuan Aroon bergabung di meja Revano dan beberapa pengusaha lainnya. Revano mengedikkan bahu. "Aku selalu menikmati di mana banyak santapan hidangan yang membuatku semakin lapar," jawab Revano dengan mengangkat satu sudut bibirnya. Membuat orang satu lingkaran itu tertawa tak terkecuali sang penanya. "Indikasi bagus. Itu artinya kegagahanmu masih bertengger." Tuan Aroon menyahut seraya mengulas senyum khasnya. "Siapa yang tidak tahu Revano. Di mana ada wanita-wanita cantik pasti di sana ada dirinya." Seseorang menepuk pundak Revano dengan tertaw
Wanita yang tengah membuat mantan bosnya mendadak bisu, akhirnya benar-benar berdiri. Ia hendak berbalik meninggalkan pria tua pendiri Top Stories tersebut. Namun, niatnya urung karena tiba-tiba saja Sabrina sudah berada di hadapannya. Double kill. Mendadak otak wanita cantik itu menginstruksikan untuk melakukan double kill. Dan tentu saja jiwa dan raga seorang Alessandra dengan suka rela bersedia melakukannya. Sabrina tampak resah, terlihat dari raut wajah dan jemari yang memilin dress-nya. Ia sedang berusaha semampunya untuk menghindari Alessandra semenjak malam party, di mana Alessandra mengungkapkan kebenaran padanya kala itu. Namun, kemampuannya sampai hanya pada batas malam ini saja. malam ini takdir mempertemukan mereka berdua. Tak ingin membuang waktu lama, Alessandra menyunggingkan senyum paling manis, kemudian ia berkata pada Sabrina, "Selamat malam, selamat menikmati pesta yang dikhususkan untukku malam ini."Sabrina nampak gugup, namun ia tak ingin menunjukkannya di d
Tuan Aroon memandang wanitanya yang melenggang dengan tersenyum bangga. Kemudian ia mendekat pada Revano dan menepuk pundak pria tua itu. "Good luck, Bung," ucapnya dengan tersenyum penuh arti lalu pergi begitu saja. Revano tahu itu adalah sindiran sekaligus hinaan untuknya. Ia memerhatikan pundak pria yang melenggang itu dengan penuh amarah. Sementara ia memutar bola matanya malas tatkala wanita di depannya semakin mendekat ke arahnya dengan tatapan seakan menunggu jawaban kebenaran atas perkataan Alessandra. "Apa benar yang dikatakan wanita sombong itu, Bos?" Sabrina tak membuang waktu lama untuk bertanya to the point. Meskipun ia tahu desas-desus kabar itu dulu, namun ia menganggapnya hanyalah rumor belaka. Ia sungguh tak terima jika itu adalah kebenaran, karena itu artinya ia hanya menjadi barang cadangan. Revano mengedikkan bahu. "Siapa yang tak tertarik dengan pesonanya? Munafik jika aku tak mengakuinya," jawabnya yang seketika menohok ulu hati Sabrina. Sabrina tak bisa meny
Pertarungan dua pria lintas generasi pun tak bisa dielakkan. Keduanya kini sama-sama berada di luar mobil, saling baku hantam--bertarung demi merebutkan posisi penyelamat sang wanita.Mervile akhirnya muncul sebagai pemenang. Ia berhasil melumpuhkan Tuan Aroon, meski dengan mengerahkan seluruh tenaga. Kendaraannya melesat membelah jalanan kota Roma, membawa sang nona yang masih tak sadarkan diri. Sementara pria lainnya sedang berjuang bangkit dari pasca adu jotos yang membuat tenaganya nyaris tak tersisa. Pria itu segera bergegas meninggalkan tempat tatkala kawanan wartawan komplit dengan kameramen--yang berjarak 5 meter darinya mendekat ke arahnya. Beruntung, Morgan sang asisten segera tiba dan langsung memapah sang majikan masuk ke dalam mobil. Morgan memang selalu bisa diandalkan, datang tepat waktu. "Berengsek! Ke mana bodyguard sialan itu membawa Alessandra!" umpat Tuan Aroon. Ia nampak sangat marah. "Di rumah sakit pusat kota, Tuan. Orang kita membuntuti mobil mereka semenjak
"Kalian ... wajah kalian kenapa?" Alessandra baru menyadari wajah kedua pria di dekatnya itu tampak beda. Banyak memar-memar warna biru, juga nampak seperti terkena serangan lebah. "Ka ... kami ...." Mervile akan menjelaskan semuanya bahwa ia bertarung dengan Tuan Aroon. Namun, apakah sang nona tak akan kecewa padanya? Ia khawatir nonanya tersebut tak terima karena ia bersikap kurang pantas dengan pria itu, mengingat nonanya tersebut pernah memperingatinya untuk selalu bersikap baik dengan kliennya. "Lupakan! Ada yang lebih penting dari ini." Tuan Aroon menyela kalimat Mervile. Tuan Aroon membungkuk, mendekatkan wajahnya. "Sayang, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu, jadi tinggallah bersamaku, keamananmu akan terjamin. Aku akan menugaskan beberapa penjaga untuk menjaga dan melindungimu selama aku tak ada di sisimu." Tuan Aroon mengusap puncak kepala sang wanita dengan lembut. Jujur saja, upayanya kali ini bukan saja untuk melindungi wanitanya, namun juga ada tujuan te
Tuan Aroon membelai rambut hitamnya dengan lembut, kemudian mengulurkan telunjuk ke bibir mungil sang wanita. "Ssst ... kau jangan pikirkan itu, Sayang. Masih banyak malam-malam selanjutnya. Tak ada yang lebih penting bagiku selain keselamatanmu. Aku bisa menciptakan party yang lebih meriah dari malam ini. Kau tenangkan dirimu saja, istirahat yang baik supaya kesehatanmu segera pulih, dan sekarang ...." Tuan Aroon melirik keranjang buah yang teronggok di atas meja nakas. Batinnya mengumpat, 'Sial! Di mana Morgan? Dia lama sekali!' Alessandra menautkan alis. "Dan sekarang?" ulangnya pada kalimat Tuan Aroon yang terputus. "Makanlah ini, Nona. Kandungan mineral di dalamnya membuat Anda lebih cepat pulih." Mervile memasukkan buah anggur ke mulut nonanya yang langsung dikunyah oleh wanita itu, membuat Tuan Aroon ingin memuntahkan semburan api padanya. Bos besar itu merasakan panas di seluruh peredaran darahnya. Harus menelan pil kekalahan berapa kali lagi jika ia terus-terusan berada di
"Kau harus banyak-banyak istirahat, ok." Tuan Aroon mengecup kening sang wanita dengan sayang. Ia akan kembali ke perusahaan untuk mengecek keadaan setelah mengantar dengan selamat wanitanya ke apartemen. Rasanya ia ingin tinggal lebih lama, jika saja perusahaan tak menunggu kehadirannya. Sebagai pimpinan tentu ada tanggung jawab yang menunggu di sana, meski hanya formalitas belaka. Alessandra mengangguk patuh. "Sebenarnya saya ingin ke sana, melihat kehancuran yang sudah saya ciptakan," ucapnya dengan sorot mata melemah. Ia masih merasa bersalah, juga tak rela party itu berujung berantakan tak sesuai rencana. "Ssst ... jangan ucapkan itu. Siapa yang bisa mencegah dan menolak musibah? Itu semua di luar batas kita. Aku berjanji akan menyelenggarakan party untuk menebus malam ini, tapi kau harus pulih dulu, ok." Tuan Aroon menghibur wanitanya dengan sabar dan tenang seraya mengelus pundak sang wanita. Nampak sangat hangat. Di sisi lain, tayangan televisi malam ini didominasi oleh ber
"Viral! Ceo Aroon's Company Terlibat Perkelahian""Malam Party Berujung Petaka""BA Bianco Skin Nyaris Kehilangan Nyawa, Apakah Karma?""Ada Apa Antara Bos Aroon's Company dan Bodyguard BA Bianco Skin?""Alessandra, BA Bianco Skin Nyaris Celaka, Apakah Gimmick Belaka?"Mervile mengetatkan rahang ketika netranya membaca beberapa tajuk berita yang menguasai pemberitaan internet malam ini. Judul-judul itu terdengar bombastis dan provokatif. Tak bisa disalahkan, pihak di balik berita pasti ingin meraih pundi fantastis sehingga membuat judul berita yang menarik untuk segera diklik kemudian ditonton para peselancar dunia maya. Meskipun Mervile menaruh rasa benci begitu besar terhadap bos Aroon's Company, namun kali ini ia sepakat dengan pria paruh baya tersebut. Ia harus menjauhkan televisi dan ponsel yang bisa digunakan majikannya tersebut mengakses internet. Mervile bergegas ke saluran kabel televisi kemudian memotongnya sebelum sang nona terlebih dulu menyalakannya. Benar saja, saat s