Reinhart berusaha berlari sekuat tenaga setelah berhasil mengalihkan fokus sang Penyihir Menara. Lelaki itu tidak mengejarnya. Meski begitu, Reinhart masih mendengar suara tawa si penyihir menggema di seluruh ruangan. Ia lebih tidak peduli dan terus melarikan diri. Hingga langkahnya berhenti di depan sebuah pintu yang sama sekali berbeda dengan pintu yang pertama kali ia masuki bersama Iselt. Tanpa berpikir panjang, Reinhart membuka pintu itu dan mendapati dirinya berada di sebuah selasar yang terlihat tanpa ujung. Tak peduli, Reinhart memilih berlari sambil terus membawa buku yang semula digunakannya untuk memukul si penyihir. "Sial, ini benar-benar kacau! Gimana bisa aku tiba-tiba berada di tempat asing seperti ini? Apa yang kamu lakukan padaku sebenarnya?!" teriak Reinhart kesal mengutuk perbuatan sang Pengendali Waktu begitu ia tak juga menemukan ujung selasar yang dilewatinya. Reinhart merasa ujung lorong yang ia lewati justru semakin menjauh. Sebelum akhirnya ia melihat an
Tubuh Reinhart masih gemetar meski dirinya kini sudah berhasil kembali ke ruangan yang disediakan untuknya. Salah seorang pelayan menemukan Reinhart ketika mereka sibuk mencari perempuan itu setelah mendengar laporan dari Iselt jika dirinya menghilang.Semula ia berusaha nekat hendak kabur dari Kekaisaran Demir begitu mengumpulkan kewarasannya yang masih tersisa.Tinggal di tempat ini sekarang bukanlah pilihan yang bijaksana. Reinhart merasa hal buruk bakal terjadi padanya cepat atau lambat. Apalagi setelah mendengar perbincangan kedua pelayan istana yang tanpa sengaja ia dengar ketika berada di taman. Perempuan itu semakin gelisah akan masa depan yang sama sekali tak pasti. Ia bukanlah perempuan seberani itu hingga mengorbankan kehidupannya untuk tetap bertahan dalam situasi ini. Bahkan ia sama sekali tak berani melawan ketika tertindas di bawah kekuatan sang kaisar. Namun, ia juga tak punya pilihan lain sekarang.'Aku harus tenang. Bagaimanapun aku harus mengumpulkan lebih banya
Caspian merasa tak tenang. Sudah dua hari dirinya gelisah setiap kali malam menjelang. Padahal, dua hari yang lalu, ia bisa melewati siksaan panjang yang sudah terjadi bertahun-tahun setiap malam. Bahkan setelah menghabiskan sebotol anggur yang dibawakan pelayan, Caspian masih saja tak bisa memejamkan mata dan membuatnya semakin gelisah. Dengan kasar, ia bangkit dari kursi berlengan besar dan memiliki sandaran yang cukup tinggi, demi mengusir perasaan gelisah yang mengusik hatinya. Sang Kaisar Demir berjalan ke arah balkon di kamarnya. Berusaha mengalihkan perhatian sambil memandang rembulan yang tampak pucat di langit malam.Ia bahkan sama sekali tak peduli ketika angin dingin menerpa dadanya yang separuh bertelanjang. "Yang Mulia," sapaan panasihat kekaisaran kepercayaannya, tiba-tiba muncul dari pintu yang separuh terbuka. Di Kekaisaran Demir, tinggal Duke Maxwell-lah satu-satunya orang yang dipercaya oleh Caspian saat ini sejak sepeninggalan sang permaisuri. "Ada apa, Paman?
Kondisi Reinhart lebih baik setelah pelayan membantunya mandi dan menyediakan makanan. Wajahnya kembali cerah dan segar.Meski masih terlihat lesu akibat tak makan ataupun minum selama dua hari. Begitu juga dengan Iselt yang ikut dikeluarkan dari penjara gelap nan lembab bawah tanah atas permintaan perempuan itu. Pelayan belasan tahun itu, sudah kembali ke sisi Reinhart setelah ia diberikan pakaian bersih dan makanan oleh Nyonya Clottie yang bertanggung jawab atas semua pelayan di Kekaisaran Demir. Semula wanita itu sempat menentang. Berbuat baik pada pelayan hanya akan membuat mereka semakin kurang ajar dan berani meski telah melakukan kesalahan. Tak hanya itu, sikap Iselt bisa saja ditiru oleh pelayan lain. Lebih parahnya lagi, mereka bisa saja beranggapan bahwa kekaisaran telah kehilangan kekuatannya dan membiarkan begitu saja pelayan yang telah bersalah kembali ke sisi sang tuan putri. Namun, Reinhart masih bersikeras bahwa apa yang terjadi tidak sepenuhnya salah Iselt dan ia
Suasana berubah mencekam begitu perbincangan di antara kedua orang lintas generasi - bahkan lintas dimensi itu - berakhir dengan pertanyaan Reinhart yang dibiarkan menggantung.Duke Maxwell hanya terdiam. Namun, justru itu yang membuat Reinhart kian berpikiran macam-macam. Hingga menjadikan suasana di antara semakin tidak nyaman. "Duke Maxwell?" panggil Reinhart berusaha untuk tetap terlihat tanpa gentar. Pria tua itu menghela napas panjang. Ditatapnya Reinhart dengan raut wajah semakin suram. "Ya, Tuan Putri.""Jadi benar kalau aku juga bakal dibunuh setelah 99 hari?"Dengan berat hati, tapi didorong tekad yang kuat akhirnya Duke Maxwell menjawab pertanyaan yang diajukan sang istri kaisar. "Ya Tuan Putri, Kaisar Caspian berencana bakal membunuh Anda begitu hari ke-99. Sama seperti mereka yang sebelumnya datang ke Demir tanpa tahu apa pun dan bersuka cita menjadi istri kaisar yang bakal dibunuh pada hari ke-99.""Mereka benar-benar tak tahu apa pun ketika datang?""Pihak Kekaisara
Duke Maxwell mengerutkan kening begitu menghadapi sikap Reinhart yang dirasa aneh. Perempuan itu masih menggenggam tangannya dan mengucapkan kalimat yang sama sekali tak ia pahami. Untuk kedua kali setelah Reinhart mengatakan sesuatu yang terdengar seperti 'pembunuhan berencana'. Apalagi itu? Ditambah dengan sikap si perempuan yang kini terlihat semakin aneh di mata pria tua yang menjabat sebagai penasihat Kekaisaran Demir itu. Apakah itu cara yang dilakukan oleh orang-orang Cobella di wilayah Blanchett? Meski hubungan kedua negara memang cukup dekat, Maxwell sama sekali tak pernah melihat perilaku yang ditunjukkan Reinhart. Namun, Duke Maxwell tak perlu ambil pusing. Yang paling penting sekarang, Lady Reinhart sudah berpihak dan mendukung keputusannya. Dengan begitu, Duke Maxwell juga bisa memiliki cara untuk melindungi perempuan itu, sekaligus mengubah sikap sang kaisar. Sementara Reinhart tampak terkejut dengan sikapnya sendiri. Dua kali ia menunjukkan perilaku yang seharusny
Fakta bahwa istri sang kaisar hendak dibunuh di dalam ruangannya sendiri, menyebar dengan cepat. Bahkan hal itu mengusik Kaisar Caspian yang semula sama sekali tak peduli dengan keberadaan Reinhart kecuali pada malam pertama yang mereka habiskan bersama. Lebih tepatnya malam pertama yang mereka lewati dengan paksaan terhadap si perempuan. Begitu kabar tentang percobaan bunuh diri menyebar, Caspian dengan segera meminta pengurus istana untuk menyelidiki kasus ini. Entah apa yang ia pikirkan. Duke Maxwell bahkan tampak bingung dengan sikap tiba-tiba sang kaisar. Meski begitu, tidak ada jejak yang ditinggalkan oleh si penyusup yang berhasil membawakan racun pada Reinhart. Keberadaan pelayan yang mengantarkan teh pada hari itu pun lenyap tanpa jejak. Seakan penyusupan itu sudah direncanakan matang-matang sebelumnya. "Batasi orang-orang yang keluar-masuk istana tanpa keperluan penting ataupun mendesak!" perintah Kaisar Caspian pada para pengurus istana. Termasuk pada Duke Maxwell. "
Denting lonceng di kejauhan mulai terdengar. Waktu panggilan bagi para umat untuk bersembahyang di kuil Pendeta Agung. Sembahyang memang biasa dilaksanakan setiap pukul 08.00 pagi dan 15.00 sore. Biasanya diikuti oleh para pengikut Pendeta Agung yang taat. Upacara dipimpin langsung oleh Pendeta Agung ataupun para muridnya yang telah dianggap mampu untuk memimpin para jemaat. "Sudah waktunya sembahyang, Tuan Putri. Apa Anda mau langsung pergi ke kuil?""Ya, Iselt. Kita ke sana sekarang!" jawab perempuan itu tanpa ragu-ragu. Reinhart yang baru saja mengikuti kelas Madame Marianna memilih untuk pergi ke kuil begitu mendengar suara lonceng di kejauhan. Ia bukanlah orang yang taat di kehidupannya yang lalu, tapi perempuan itu menjadi sering datang ke kuil sejak diselamatkan Duke Maxwell dari penjara bawah tanah. Perempuan itu ingin lebih dekat dengan sang Pencipta kehidupan agar bisa segera pergi dari tempat ini. Bagaimanapun tetap itulah harapan Reinhart paling besar. Selain itu, a