***
15.30 WIB
"Anaraaaa.. Anaraaa.. Yuhu, Anaraaa!" Daver berlari menghampiri Anara seraya berteriak memanggil gadis itu seperti anak kecil.
Anara menatap bingung Daver yang sudah tiba saja di sampingnya. "Udah bener itu kaki?"
"Emang kaki aku salah apa?" Cowok itu malah menyengir polos setelah bertanya.
Anara menoyor kepala Daver. Padahal maksudnya adalah luka-luka Daver. "Kenapa ceria banget lo?"
"Kok lo sih manggilnya?" Daver cemberut.
Anara tidak engah. "Eh?" Ia terkikih. "Lagian gak biasa manggil pake kamu-kamuan
"I'm making peace and breaking the war inside my head. I beat my monster and cursed my demons."-Barbara Letta***"Permisi, Mbak?" Elena mendekati seorang perempuan yang menangis di ruang ganti tempatgymyang setiap minggu selalu dikunjunginya.Tadi ketika Elena hendak mengambil pakaian untuk mandi, ia mendengar suara isakan yang keras di ruang ganti. Terpancing, ia pun mencari tahu pemilik sumber suara itu."Mbak?" Elena memegang pundak perempuan itu dan melihat sisi kanan wajahnya. Ia menganga. "Eh? Letta?"Elena terkejut. Pertama, kenapa Letta ada di tempatgymlangganann
..."Clara, boleh tolong keluar sebentar gak?" pinta Anara dengan nada dan mimik sopan."Iya, Ra. Gue cuma mau ambil botol minum." Setelah mengambil keperluannya, Clara keluar dari kelas.Letta mengambil tempat duduk di sebrang ketiganya. Tubuhnya tegap tegang. Ia memberanikan diri untuk menatap ketiganya, terutama Anara."Ehm.." Letta mengulum bibirnya. Belum apa-apa ia sudah gugup duluan. Seakan-akan tertangkap basah akan kesalahannya."Anara," sebut Letta pelan. Entah kenapa saat memandang Anara, mata Letta mulai berair. "Gue harap ini gak telat. Gue mau tulus minta maaf sama lo.."Letta melanjutkan, ".. Selama ini, gue terlalu gak sopan sama lo. Gue songong, seenaknya, dan
***Hari baru, masalah baru. Daver telat keluar istirahat karena dipanggil Bu Erna ke ruang guru. Apa lagi kalau bukan karena tingkahnya yang selalu disesal guru itu?"Kenapa, Dav?" tanya Anara setibanya Daver di meja kantin dengan wajah suntuk.Ander cekikikan. "Hohoho, kena apa lagi dia nih?""Sialan banget itu guru. Udah gila kayaknya!" Daver menarik dasi yang terikat rapi di lehernya, lalu ia letakkan di atas meja."Gede banget lo ngomong. Ada anakcepumampus lo," ucap Fara mengingatkan."Masa ya, Ra, cuma gegara gak sengaja lempar sepatu ke atap kelas, aku langsung dipanggil ke ruang guru. Ya ampun, Buuu.. Bu."
"The longer you stay, the stronger you are."-Daver Negarald***Drrrrttt!"Handphonelo, Ra." Letta menunjuk ponsel Anara yang bergetar di meja dengan dagu. Ia membaca nama yang tertera. "Daver tuh.""Kok bunyi telepon kita sama Ra," gumam Elena bingung.Anara mengangkat alisnya. Ia mengangkat panggilan masuk tersebut."Halo, Dav? ...""Starbucks ...""Ooh, oke .."
***"Van, kunci motor gue, setan!" maki Rino saat Evan mengambil kunci motornya.Tadi, Evan menelepon Rino untuk minta ditemani pergi ke Nikestoreyang baru buka tidak jauh dari area tempat tinggal mereka. Jadi di sini lah mereka berdua sekarang."Gak mau! Lo ambil sepatu inceran gue!" Evan dongkol. "Gue yang mau ke sini, malah lo yang belanja. Agakanjirlo ya!"Rino mendengus. "Heh! Kan gue duluan yang ketemu sepatunya. Kenapa lo ngomel?""Tetep aja. Gak ada lagi yang bagus selain itu.""Sini balikin kunci gue." Rino mengambil saat Evan mengulurkan tangan. "Makanya liat-liat yang bener. Kayak cewek aja lo. Butuhnya apa, nyarinya apa."
"So, I think things get better so they can get worse easily."-Anara Emiley***Sore ini sepulang sekolah, Daver mengajak Anara untuk pergi ke salah satu cabang kafe milik Natasya. Sekalian untuk memenuhi permintaan ibunya itu yang ingin menemui Anara.Anara tidak berhenti bergumam kagum dari tadi. Kafe milik Natasya benar-benaraesthetic dan sesuai kriteria anak zaman sekarang. Ditambah lagi lagu-lagu Lauv yang diputar di kafe ini membuat Anara semakin suka dengan suasana hangat bercampur santai."Ra, ada yang nge-chataku, adik kelas," ucap Daver memberi tahu. Sembari menunggu kedatangan Natasya, ia tentu main pon
***"Gak usah dateng,coy. Lanjutin ajadate-nya," sindir Rino saat Daver dan Anara baru tiba, sedangkan yang diomongi hanya cengar-cengir."Lupa temen gini lah rupanya." Fara cekikikan menatap Anara."Kan gue ke Starbucks dulu!" Daver mendesis. Ia meletakkan kantung besar berisi sejumlah minuman. "Nih!"Letta melihat jam tangannya. "Tapi ngaretnya hampir dua jam. Gak bisa dimaafin.""Macet macet." Daver menggigit lidahnya saat beralasan."Pengen gue timpuk mukanya," canda Evan sebal.Anara memicingkan mata ke Evan. "Ah, ba
***Tidak terasa, sebentar lagi UNBK akan datang. Sebentar lagi angkatan Anara akan lulus dan meninggalkan lapak SMA Ravalis.Perasaan bosan dan rindu terasa campur aduk saat menginjak sekolah ini. Banyak kenangan yang menyenangkan, menyedihkan, dan memalukan yang terjadi di sana."Eh, Anara!"Anara menengok ketika ada suara laki-laki yang memanggilnya. Ia mengeluh dalam hati. Ternyata ada tiga adik kelas yang mengintilnya dari tadi."Gak sopan lo gak manggil Kakak," tegur si teman yang memanggil tadi."Udah sih beda setahun doang!""Kenapa?" tanya Anara tidak mau lama-lama karena hendak kembali ke kelas PM.