***
Setelah selesai ngumpul, mereka pulang masing-masing berdua kecuali Anara. Daver memaksa gadis itu untuk ia antar sampai rumah. Sekalian Daver beralasan mau bertemu dengan Lena.
"Masih sakit?" tanya Anara di dalam mobil, sedang dalam perjalanan bersama Daver menuju rumahnya.
"Gak begitu sih."
Lidah Anara berdecak.
"Kenapaaa?" Daver langsung melihat Anara.
Anara mencibir sinis, "Kalo ditanya pasti ngejawabnya seakan-akan lo gapapa mulu."
Daver tertawa kecil. "Apa sih orang emang gapapa! Gimana kamu liat luka aku waktu masih tanding, Ra. Nangis-nangis kali ya?"
"Ngapain gu
"The only man who deserves you is the one who thinks he doesn't."-Davenara(unknown)***Drrrrt.. drrrrt..Evan iseng mengetuk-ngetuk jemari keMacBook, menunggu Elena yang dari tadi belum menjawab panggilan videonya.Video calltidak pernah menjadi secanggung ini kalau tidak ada sesuatu aneh yang dirasakan Evan. Butuh beberapa menit baginya untuk bertapa dulu sebelum memutuskan untuk menelepon cewek itu. Jujur, ia merasaawkward."Halooo!" sapa Elena membuat Evan terperanjat. Menyadari hal itu, Elena tertawa. "Kena
***"Ahay, setelah sekian lama Daver gak dapet surat dari dede gemes, akhirnya dia dapet lagi,guys!" teriak Evan menggebu-gebu. Ia yang pertama kali sampai ke meja kantin yang biasa mereka tempati. Lalu, ia melihat ada seamplop kertas bertuliskan "To: Kak Daver N.""Masih ada yang berani ya jaman sekarang kirim surat ke kakak kelas," tutur Rino tidak paham lagi.Daver mencibir, "Anak Ravalis doang emang yang demennya gini-ginian.""Buka Dav, mumpung Anara belom dateng," papar Ander terkikih."Kalo Anara liat juga dia gak peduli." Evan tertawa."Sini-sini gue yang buka! Kelamaan lo." Rino mengambil alih amplop yang terletak di depan Daver. Ia me
***"Tuh kan." Anara memandang Daver yang berlari cepat mendekatinya."Hah? Kenapa ama Daver?" Alvano meminta penjelasan. Ia menatap Daver sejenak, lalu ia menangkap sesuatu. "Apa..""Kenapa,bro?" tanya Daver saat sampai. Ia dengan agresif merangkul bahu Anara. "Jangan ngerepotin cewek gue mulu napa. Kesian dia kecapean!"Fara terkikih geli mendengar penuturan Daver."Ish, Daver, gak gitu bahasanya," bisik Anara menegur."Lo berdua udah jadian ternyata?" ujar Alvano dengan nada menggantung. "Cepet jugamove ondari Fara. Keren lo."Siapa pun, tolong, kalimat itu sangat membuat situas
"She's an angel in a full of demons world."-Daver Negarald***"Saya mau ketemu Bu Natasya." Daver memberi tahu sebelum duabodyguardyang berdiri di depan rumah ibunya bertanya.Malam ini, Daver betul-betul memberanikan diri untuk menemui ibunya. Ia tidak peduli bagaimana reaksi wanita itu. Ia hanya menjalankan keinginannya."Saya anaknya," jelas Daver lagi saat dua laki-laki bertubuh besar itu malah melihat satu sama lain."Oh, baik."Salah satu dari mereka langsung membukakan pagar agar mobil Daver bisa masuk. Daver yak
...Tok tok tok!Brakkk!"Woi, gue juga mau tau!" pinta Evan berteriak.Rino menoleh. "Evan! Lo nguping dari tadi?!"Evan menyengir lalu mengangguk. "Sama Ander, ini!" Ia menarik lengan seragam Ander. Cowok itu bersembunyi di balik dinding kelas."Kedengeran, yamaap." Ander menggaruk tengkuknya. Ia masuk ke kelas duluan, diikuti dengan Evan.Evan menutup pintu kelas. Ia mengambil tempat duduk di sebrang Daver. "Mau tau ceritanyaaaa!""Ikut-ikut aja sih," omel Daver.
***15.30 WIB"Anaraaaa.. Anaraaa.. Yuhu, Anaraaa!" Daver berlari menghampiri Anara seraya berteriak memanggil gadis itu seperti anak kecil.Anara menatap bingung Daver yang sudah tiba saja di sampingnya. "Udah bener itu kaki?""Emang kaki aku salah apa?" Cowok itu malah menyengir polos setelah bertanya.Anara menoyor kepala Daver. Padahal maksudnya adalah luka-luka Daver. "Kenapa ceria banget lo?""Kok lo sih manggilnya?" Daver cemberut.Anara tidak engah. "Eh?" Ia terkikih. "Lagian gak biasa manggil pake kamu-kamuan
"I'm making peace and breaking the war inside my head. I beat my monster and cursed my demons."-Barbara Letta***"Permisi, Mbak?" Elena mendekati seorang perempuan yang menangis di ruang ganti tempatgymyang setiap minggu selalu dikunjunginya.Tadi ketika Elena hendak mengambil pakaian untuk mandi, ia mendengar suara isakan yang keras di ruang ganti. Terpancing, ia pun mencari tahu pemilik sumber suara itu."Mbak?" Elena memegang pundak perempuan itu dan melihat sisi kanan wajahnya. Ia menganga. "Eh? Letta?"Elena terkejut. Pertama, kenapa Letta ada di tempatgymlangganann
..."Clara, boleh tolong keluar sebentar gak?" pinta Anara dengan nada dan mimik sopan."Iya, Ra. Gue cuma mau ambil botol minum." Setelah mengambil keperluannya, Clara keluar dari kelas.Letta mengambil tempat duduk di sebrang ketiganya. Tubuhnya tegap tegang. Ia memberanikan diri untuk menatap ketiganya, terutama Anara."Ehm.." Letta mengulum bibirnya. Belum apa-apa ia sudah gugup duluan. Seakan-akan tertangkap basah akan kesalahannya."Anara," sebut Letta pelan. Entah kenapa saat memandang Anara, mata Letta mulai berair. "Gue harap ini gak telat. Gue mau tulus minta maaf sama lo.."Letta melanjutkan, ".. Selama ini, gue terlalu gak sopan sama lo. Gue songong, seenaknya, dan