Tepat puku jam 11 malam Anita dan Gibran masuk ke dalam kamar setelah selesai membereskan beberapa barang di taman belakang membantu Ivan, Adit dan sepupu-sepupu perempua itu yang lain. Anita mendudukkan dirinya di sofa single tempat biasa ia membaca buku, sementara Gibran masih berdiri di depan meja rias perempuan itu."Mau mas dulu atau Tata yang bersihkan badan?" tanya Gibran melepas jam tangannya lalu meletakan di atas meja rias wanita itu."Mas dulu aja, Tata masih kepengen duduk. Pegel banget pinggangnya." ujar perempuan itu melepas sendal yang hanya setinggi 3 cm."Ya sudah kalau begitu, mas duluan yang mandi." ujar Gibran melangkah menuju kamar mandi lalu tiba-tiba langkahnya terhenti."Mas sebentar, handuknya belum." ujar perempuan itu buru-buru bangkit melangkah menuju lemari sudut yang berisi selimut, handuk, seprai dan barang-barang lainnya kecuali pakaian."Ini mas." ujar Anita mengangsurkan handuk putih kepada Gibran yang diterima dengan baik oleh laki-laki itu."Terima
Pacaran setelah kurang lebih 3 tahun lamanya, akhirnya Anita dan Habib memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Habib memutuskan untuk melamar Anita dan mereka juga memutuskan 3 bulan setelah itu akan melanjutkannya dengan pernikahan karena Habib tidak ingin jarak waktu yang terlalu lama begitu juga dengan Anita, mengingat umur mereka yang sudah bisa dikatakan pantas untuk menikah. Anita adalah putri sulung dari keluarga Radiga, perempuan itu adalah salah satu arsitek terbaik yang ada di kota itu. Walau usianya masih terbilang muda hasil gambarnya juga sudah banyak diakui dan dipakai di beberapa gedung besar yang ada di berbagai kota. Sementara, Habib adalah seorang pengacara terkenal mempunyai banyak klien dan relasi. Salah satu pengacara sukses di kota ini. Keduanya sudah mengenal saat masa kuliah karena Habib adalah kating Anita dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Kini k
Hari ini, Mita -sahabat- Anita akan melangsungkan pernikahan disalah satu hotel ternama di kawasan Jakarta. Sebagai seorangbridesmaidyang sudah diminta dan ditunjuk secara langsung oleh Mita bersama Fika -sahabatnya-, Anita diwajibkan untuk datang lebih cepat dan harus rela berpisah dengan Habib yang akan datang menyusulnya nanti setelah pulang kerja karena laki-laki itu diwajibkan untuk tetapstaydi Firma sampai jam kerja usai. "Gue gak nyangka, Ta." ujar Fika mulai mendrama yang hanya didengarkan baik-baik oleh Anita. "Mika secepat ini ninggalin gue sendiri." tambah perempuan itu lagi. Anita yang mendengarkan itu langsung mengucap istighfar berulang kali. "Nyebut, Ka. Kamu ngomongnya kayak Mita udah ninggalin kita ke mana aja, pamali itu." "Eh astagfirullah gue lupa, Ta. Maksudnya itu, gue ditinggal jomblo sendiri." Fika segera meralat ucapannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lagi. "Makanya cari jodoh
"Assalamualaikum ma, pa. Anita pulang." langkah Anita memasuki rumah yang didominasi warna putih diikuti Habib di belakangnya, keduanya sampai saat waktu sudah hampir menjelang magrib." Waalaikumsalam." Radiga muncul dengan setelan sudah siap akan pergi ke masjid. Anita menyalami sang papa begitu pula dengan Habib. "Udah mau ke masjid, pa?" perempuan itu bertanya kepada laki-laki yang sangat disayanginya itu. "Sebentar lagi, Ta. Nunggu Adit, masih pakaian, baru pulang dia." Anita mengangguk. "Mama mana, pa?" "Mamamu di kamar, Ta. Udah siap-siap nunggu azan untuk salat." Anita yang mendengar itu mengangguk. "Ta, aku mau ikut papa sama Adit ke masjid ya. Kamu cepet naik mandi dan salat." ujar Habib membuat Anita tersenyum mengangguk. "Pa, aku ke atas." ujar perempuan itu pamit lalu melangkah menuju tangga lantai dua rumahnya. "Gimana bib, klien kamu l
Setelah seminggu pulang dari rumah sakit, segala aktivitas Anita baik urusan pekerjaan atau urusan hal lain dibatasi oleh Radiga. Pria itu tidak menginginkan putrinya masuk rumah sakit untuk kedua kalinya maka dari itu selain membatasi kegiatan Anita, Radiga juga memutuskan Ivan akan bekerja menjadi sekretaris perempuan itu tanpa menerima penolakan ataupun protes sama sekali. Saat ini, Radiga sedang berbincang dengan Ivan di ruang tamu sembari menunggu Anita yang masih bersiap-siap di kamarnya. "Inget ya Van, pesen tadi." ujar Radiga akhirnya setelah melihat sang putri kesayangannya turun. Ivan mengangguk, wajah tegasnya tampak serius. Laki-laki itu adalah anak angkat Radiga yang sejak umur 5 tahun sudah diasuh oleh Radiga dan Talita, saat itu keduanya sudah memiliki Anita yang belum genap berumur setahun. Radiga membawa Ivan dari panti asuhan karena tidak ada yang berniat untuk mengadopsi Ivan karena anak itu memiliki sikap buruk dan su
Anita sedang celingukan mencari Ivan yang belum terlihat oleh pandangannya, padahal sang Abang mengatakan bahwa ia sudah duduk di dalam restoran yang lumayan ramai ini karena jam makan siang sedang berlangsung. Di mana sih mas Ivan? batin Anita bertanya-tanya. Tangan perempuan itu bergerak mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelpon Ivan, saat ingin melangkah menuju sudut restoran pandangan secara tidak sengaja menangkap keberadaan Habib yang sedang makan dengan seorang perempuan memiliki rambut panjang melebihi bahu beberapa senti. Saat ingin melangkah menghampiri Habib, tangan Anita ditarik secara halus oleh Ivan menuju meja di sudut restoran tepatnya dekat dengan jendela besar. "Ke mana sih, Tata? Udah ditungguin malah berdiri di depan situ kayak orang bingung." Ivan bertanya saat keduanya sudah duduk. Anita yang mendengar pernyataan itu tiba-tiba dihinggapi rasa kesal. "Ya, aku memang lagi bingung karena
Di dalam rumah keluarga Radiga memiliki perpustakaan yang cukup luas dengan koleksi buku dari berbagai macam bahasa. Terdapat novel, buku self improvement, psikologi, bisnis, ekonomi, politik, budaya dan juga agama. Selesai melakukan salat isya, Anita terkadang menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan jika kedua orang tuanya sibuk berduaan di kamar mereka dan juga ketika pikirannya sedang penat, Anita akan menghabiskan malamnya di dalam perpustakaan yang memiliki suasana yang tenang ini. Anita duduk di kursi santai yang menghadap balkon sembari membaca buku yang baru ia beli minggu kemarin bersama sang adik ketika berkunjung ke negara tetangga untuk melakukan kunjungan bisnis dan mengikuti acara seminar, keduanya memang sengaja menyempatkan diri untuk belanja buku. Anita yang tengah fokus membaca tiba-tiba terhenti setelah mendengar ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Perempuan itu membaca pesan yang baru saja m
125 Panggilan tak terjawab50 Pesan belum dibaca Itulah yang layar ponsel Anita tunjukkan setelah hampir seharian tidak disentuh karena sang pemilik sibuk dengan pekerjaannya yang tiba-tiba membeludak dan meminta perhatian penuh, ia juga tidak menyentuh ponselnya bukan karena sedang menghindari Habib melainkan waktu yang selalu tidak tepat saat akan menerima panggilan dari laki-laki itu. Kini jam dinding yang ada di ruangan Anita menunjukkan hampir pukul 8 malam dan dia belum juga selesai melakukan pekerjaannya yang harus selesai hari ini juga. Perempuan itu setelah menunaikan ibadah salat isya menyempatkan diri untuk memesankan makanan untuk seluruh timnya yang memang diminta untuk lembur. Anita adalah orang yang mempersiapkan segalanya sebelum waktu selesainya tiba tetapi kali ini berbeda, pagi tadi saat ia masih sarapan di rumah salah satu klien yang ada di luar kota menelpon untuk memberikan proyek kecil yaitu mendesain sebuah