Home / Pernikahan / 7 Ramadhan Tanpamu / Pertama Ramadhan Tanpamu

Share

7 Ramadhan Tanpamu
7 Ramadhan Tanpamu
Author: TheCalm

Pertama Ramadhan Tanpamu

Author: TheCalm
last update Last Updated: 2022-05-17 20:05:11

Betul, penghuni di atas muka bumi ini tidak semuanya beruntung bisa berkumpul bersama keluarga setiap hari atau momen tertentu. Apalagi di saat munggahan yang sudah mentradisi di tempat kelahiran wanita bernama Zeira Marhamah berusia 26 tahun, ialah Jawa Barat. Kehidupan wanita ini memang disebut unik serta dominan itu terlihat dari beberapa sudut pandangan orang-orang sekitar dirinya tinggal. Wajah berbentuk mungil, hidung mancung serta mata bulatnya seperti boneka, terlebih lagi lentik bulu matanya memastikan kalau Zeira wanita berparas cantik. Belum lagi tubuh sintal menyempurnakan ciptaan Allah ini, serta tingginya seperti layaknya foto model yang hilir mudik di depan layar kaca.

Munggahan adalah tradisi berbagi makanan sebelum malamnya selepas isya adalah dilaksanakannya sholat tarawih. Ya, itulah malam menjelang 1 Ramadhan. Wewangian makanan ke luar dari dapur-dapur para tetangga yang akan berbagi serta untuk sajian berkumpulnya semua sanak keluarga. Akan tetapi, berbeda di dalam rumah Zeira, ibu muda beranak satu ini dapurnya masih bersih rapi serta tak ada tanda-tanda akan memasak. Anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Zidan Nurrahman, baru menginjak 1 tahun bulan febuari nanti ini tak menuntut banyak, pasalnya dia pun tidak mengerti apa-apa selain minum susu serta makan nasi serta lauk pauk yang di-steam.

Para tetangga yang sangat asing di tempat dia tinggal pun nampaknya tidak mempedulikan itu. Zeira tinggal di kota ini memang baru setelah suaminya menyuruhnya pulang. Sebab Zeira ini diketahui sebagai istri dari lelaki asal Padang yang mereka tadinya sama-sama merantau di kota Jakarta. Alasan disuruh pulang karena besarnya biaya kehidupan tak sesuai dengan pendapatan, terlebih lagi setelah Zeira berhenti bekerja. Menerima serta pasrah, Zeira hanya menurut apa yang diperintahkan suaminya.

Hiasan lampu-lampu di kota Tasikmalaya ini begitu indah bagi yang melihatnya, hiasan bulan sabit berkelap kelip mengitari sisi-sisinya. Suara bedil bleson terdengar memekakan telinga yang dimainkan oleh anak-anak kampung ini. Zeira di dalam ruang tamu rumah petak yang disewanya ini hanya terdiam sembari memberi asi anaknya. Bulan ramadhan ini adalah bulan pertama setelah menikah. Jauh dari keluarga suami terlebih lagi keluarga semuanya merupakan saudara tiri peninggalan dari ayahnya.

"Bang, pulanglah! Walaupun hanya punya uang sedikit," bujuk Zeira memelas pada suaminya, mereka berbicara lewat telepon genggam.

"Nanti aku kembali ke sini dengan jalan kaki?" adalah jawaban realiti Nizam Fadlan.

Nizam Fadlan adalah suami dari Zeira Marhamah, dia seorang sarjana ekonomi yang telah di PHK dua kali oleh dua perusahaan penyebabnya adalah pengurangan karyawan. Wajah manisnya tak semanis nasibnya. Postur tubuhnya tinggi walaupun badannya tidak atletis akan tetapi masih enak dipandang. Nasibnya memang tidak seperti gelar ataupun parasnya. Kurang beruntung adalah tepat disandang olehnya dari dia lulus kuliah hingga kini. Karena sebagai manusia dia sudah cukup bersabar serta berikhtiar dan melakukan kewajiban sesuai kemampuannya.

"Nanti pulangnya jual saja cincin kawin, Bang. Daripada Adik di sini seperti tak memiliki suami." Lagi-lagi Zeira memelas.

Nizam meninggikan suaranya bermaksud agar Zeira tidak manja dan menerima keadaan, "Zeira! Biasakan prihatin dan tidak kolokan, ya! Abang nanti pulang pertengahan puasa kalau jualan Abang mencapai target!" Sebetulnya Nizam sangat sedih mengatakan pada istri tercintanya ini. "Sudah dulu, nanti pulsa Abang habis, nanti tidak bisa menelpon kostumer. Assalamu'alaikum," sambungnya kemudian sembari menutup telepon. Ya, posisi Nizam sekarang ialah seorang sales susu kotak di perusahaan ternama, akan tetapi masih kontrak.

Zeira hanya bergeming serta tak berucap sepatah kata pun. Kemudian dia beranjak ke luar dari petak seharga 450 ribu per bulan ini dan memetik kangkung yang ditanamnya beberapa minggu lalu. Apa daya Zeira yang hanya lulusan D1 perkantoran ini sudah menganggur selama setahun akan menikmati tumis kangkung untuk sahur nanti ditemani nasi serta seorang diri pastinya. Zeira bukan pasrah, namun sekarang dia sedang menerima nasibnya.

Lalu, bagaimana kelanjutan hidup Zeira serta Nizam?

***

Tasikmalaya yang terkenal kota santri serta sejuk udara menambah kesyahduannya terlebih lagi suara tabuhan bedug ciri khas untuk membangunkan warga bersahur. Itu pun menemani Zeira bersantap sahur seorang diri, air matanya mengalir tak terbendung membasahi pipinya. Tatkala deraian air mata itu menandakan kesedihan hidup seorang diri pada momen yang sekiranya disebut kebanyakan orang lain waktu untuk keluarga berkumpul, terlebih lagi suami.

"Hhh!" deruan napas kasar ditarik dari pernapasan Zeira dan ke luar melalui mulutnya.

Kedua tangannya sibuk membereskan piring setelah santapannya selesai. Beserta menyeka kasar tangisannya yang enggan berhenti itu. Dentingan telepon genggam jadulnya membuat aktivitasnya berhenti. "Siapa sepagi ini menelpon?" tanyanya pada diri sendiri serta dengan cepat mengambil telepon genggamnya. Setelah diperiksa ternyata yang tidak dikenalinya menelpon, "Assalamu'alaikum, siapa ini?" sahutnya bernada parau karena hasil dari menangis tadi.

"W*'alaikumsalam, ini nomor Neng Zeira?" sahut Si Penelpon yang belum diketahui namanya di ujung telepon sana.

"Betul, Bapak siapa ya?"

"Gini Neng, nama Bapak Adam disuruh ibu Neng menelpon. Ibu Neng sakit." Beritahunya dengan suara agak berbisik.

"Walaupun ibu tiri, setidaknya dia pernah mengurus Neng sebelum Neng menikah." Imbuhnya kemudian namun ucapannya masih berbisik.

Adam adalah ketua RT di mana ibu tiri Zeira tinggal serta tepatnya Zeira dibesarkan, Sukabumi. "Halo, Neng." Teriakan Adam membuat Zeira tersadar dalam keterpakuan karena mendengar pernyataan darinya.

"Iya, Pak. Nanti Zeira usahakan pulang," ujarnya tak yakin.

"Jangan diusahakan, tapi harus!"

"Insya Allah!"

"Ya sudah Neng, Bapak tutup ya. Assalamu'alaikum!"

Zeira menutupnya sembari membalas salam dan bergumam, "Buat makan sekarang ini aku susah, bagaimana aku harus pergi menengok ibu?"

Sudah terbayang di dalam pikiran Zeira jika menggunakan bis ke sana. Biaya tiket bis dari Tasikmalaya ke Sukabumi setidaknya harus mengeluarkan uang 200 ribuan. Belum lagi ke sana setidaknya harus membawa oleh-oleh dan uang buat ibu. Apalagi dia dalam keadaan sakit. Pikiran Zeira bekerja keras hingga dirinya lupa untuk minum setelah makan tadi. Suara imsak sudah terdengar dari mesjid sekitar kontrakan Zeira. Dia pun bergegas mengambil gelas lalu menuangkan air putih ke dalamnya dan meminumnya. "Duh, di mana aku harus mencari uang sebanyak 500 ribu untuk menemui ibu?" desah dilema sembari melirik ke arah cincin kawin 2,5 gram ini dengan nominal kurang lebih 1,250.000 ini. "Jual cincin ini atau aku jujur saja kalau aku tidak mampu untuk menemuinya?" ucapan keraguan berdesis di antara benturan piring dan sendok yang sedang dicucinya.

Zeira bimbang pada kenyataannya kendati suaminya menolak pulang terlebih lagi karena tawarannya untuk menjual cincin kawin harta berharga satu-satunya yang dimiliki. Sedang keterpakuannya suara adzan menggema membuat dirinya bergegas untuk menunaikannya. Tempat curahan hati kala bimbang adalah bersujud pada Empunya Jiwa. Ya, tatkala itu yang paling mujarab untuk meminta petunjuk dari-Nya. Setelah sholat Zeira membuka pintu rumah, matanya memusat ke arah upuk timur dengan langit yang mulai mengeluarkan warna orange bersamaan masuknya semilir angin sejuk. Hari ini diprediksi bumi Tasikmalaya akan cerah.

"Neng, tak baik diam di tengah-tengah pintu!" sapa Mak Iyem tetangga sebelah sambil tersenyum ramah.

"Eh, Mak. Mau cari kayu bakar?" Zeira membuyarkan lamunannya disertai melangkahkan kakinya ke luar pekarangan kontrakan.

"Iya, biasa, Neng." Jawaban Mak Iyem sambil berlalu.

Mak Iyem adalah tetangga Zeira yang rumahnya sebrang kontrakannya dan dia adalah tetangga paling asik menurut Zeira. Asiknya adalah dia menyapa namun tak berdesis di belakangnya. Dari kata lain Zeira yang sudah berjauhan dengan suaminya hampir 5 bulan semenjak pindah ini selalu saja menjadi dipergunjingkan. Ya, wanita sendiri tanpa keluarga serta suami akan diperhatikan makhluk sosial lain karena lumrahnya.

"Ya, sudah aku mau jual saja cincin ini. Separuhnya aku pakai untuk makan sehari-hari!" akhirnya Zeira memantapkan niatnya karena dia tidak mungkin minta uang dari suaminya sekarang, terlebih lagi persediaan susu serta beras pun sudah habis."

Pukul 08: 00 pagi, Zeira sembari menggendong Zidan pergi ke pasar naik becak dari gang hingga toko mas yang jauhnya ada sekitar 1.5 kilometer. Tak menyita waktu banyak abang tukang becak sudah menghentikan becaknya tepat di Toko Emas Surya. Padahal entah di mana Nizam dulu membelinya. "Terima kasih, Mang." Ucap Zeira sambil memberikan uang sebesar 5000 rupiah pada Abang becak.

"Neng, harga ini zaman sebelum proklamasi bukan zaman milenium seperti sekarang." Abang becak menggerutu sembari mengacungkan uang 5000 tersebut.

Zeira menjawab bernada lirih dengan wajah menunduk, "Mang, hanya itu yang saya punya. Atau, Mamang tunggu sebentar, saya mau ke toko emas dulu."

Mang becak hanya diam dan tak menjawab apa-apa. Sedangkan Zeira bergegas masuk ke dalam toko emas dan mengutarakan maksudnya. Selang beberapa saat pemilik toko emas ke luar dengan memberikan penawaran, "Aku hargai 950.000 rupiah! Setuju?" Mendengar itu Zeira mengernyitkan dahinya karena diluar penaksirannya. "Pak, ini emas 90 karat takarannya, waktu suamiku membelinya senilai 450.000 per gram. Itu sudah hampir 3 tahun. Ini cincin kawin, Pak." Pak pemilik toko memberikan kembali cincin itu, "Kalau tidak setuju, ya sudah. Aku tidak bisa membayar lebih!" ujarnya. "Tolonglah, Pak. Setidaknya berikan saya harga yang wajar, saya ini lagi kesusahan." Zeira memelas minta belas kasihan.

"Neng, aku sudah menunggu di sini lebih dari 10 menit! Tolong cepat berikan 8000 lagi!" Teriakan Mang becak membuat pikiran Zeira panik dan kacau balau. "Ayolah, Pak. Saya minta dihargai setidaknya 1,250.000. Mohon, Pak!" Zeira memelas agar setidaknya harganya tidak dibawah penafsiran harga emas sekarang, menurutnya harga emas akan naik sesuai harga sekarang. Terlebih lagi cincin kawinnya ini masih mulus tanpa cacat.

Bapak pemilik toko kekeh dengan pendiriannya, "Tidak!"

Ya, karena di sini ini hanya dua toko emas yang berjualan. Mata Zeira pun melirik ke arah toko emas di sebrangnya dan berucap, "Ya, sudah. Saya coba ke toko lain." Zeira bergegas melangkah ke arah toko Tiara Murni. "Mbak, coba mau berikan harga berapa untuk ini?" Zeira langsung menanyakan penawaran pada penjaga yang masih muda serta cantik ini. "Sebentar, ya Mbak. Biar saya cek terlebih dahulu!" jawabnya dengan cepat tangannya mengambil kotak berisi cincin itu. Lima menit berlalu, si Mbak kembali menghampiri Zeira serta menjelaskan, "Saya hargai, 1,500.000. Karena harga emas untuk hari ini 600,000."

Subhanallah Maha Suci Allah dengan segala isinya. Zeira terperangah mendengar ucapan dari Si Mbak. "Saya setuju sekali, Mbak." Ujarnya tanpa berpikir panjang disertai senyuman lebar. Sesaat jeda satu detik Zeira mengucapkan persetujuan, Si Mbak berbicara. "Mbak, bukannya lebih baik digadai saja? Bukannya ini cincin kawin?"

Zeira tersentak mendengar ucapan dari Si Mbak, "Tapi, bagaimana kalau tidak bisa menebusnya, Mbak? Kalau digadai dapat berapa?"

"Mbak, bukan orang sini, ya?" tanya Si Mbak sambil menghitung uang lalu diberikan pada Zeira. "Ini, 1,500.000. Saya minta fotokopi KTP, Mbak." Tambahnya.

Zeira mengambil uang serta memasukan uang tersebut ke dalam dompetnya. Setelah diambil sebesar 100,000 rupiah. Sedangkan reaksinya heran kenapa Si Mbak minta fotokopi KTP-nya ini. Sementara Si Mbak langsung menjelaskan, "Syarat gadai hanya KTP saja. Waktunya enam bulan."

Zeira tersenyum getir dan memberikan foto kopi KTP-nya walaupun dirinya tidak yakin bisa menebusnya kembali. Setidaknya Zeira tidak kehilangan hampir separuh harga emasnya. "InsyaAllah, ya Mbak."

Dibalas Si Mbak hanya melirik dan memandang lembut wajah Zidan yang sedang tertidur di pangkuan Zeira.

"Mbak, setengah jam aku di sini! Mau bayar nggak?" teriak Mang becak.

"Iya, Pak. Sebentar...."

Sebelumnya dia menanyakan, "Punya uang receh?"

Si Mbak mengangguk serta memberikan uang receh sebanyak 50,000 dan memberikannya.

"Terima kasih banyak, Mbak."

Si Mbak mengangguk kembali.

Zeira cepat sekali menghampiri Mang becak dan memberikan uang 10,000 rupiah, "Tak usah dikembalikan." Lirihnya. Dan dibalas ketus oleh Mamang, "Masa iya, hanya 2,000 perak masih mau kembalian, aku nunggu hampir sekarat!"

"Maaf, Mang!" desis Zeira, namun si Mamang tak menghiraukannya.

Zeira pun langsung menuju angkot bermaksud untuk ke terminal bus. Duduk di dalam angkot, akan tetapi pikirannya pada Si Mbak tukang pemilik ataupun penjaga yang menurutnya sangat jujur dan jarang untuk zaman sekarang. "Semoga kebaikanmu Allah membalasnya. Aamiin." Gumamnya sambil memegang tangan Zidan dan meriah telepon genggamnya bertujuan untuk meminta izin dari suaminya.

Related chapters

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Suamiku Lebih Aku Pentingkan

    Seperti gayung bersambut, Nizam pun hendak menelpon istri tercintanya untuk memberikan kabar. "Dik, halo!" Ucapnya tergesa-gesa. "Assalamu 'alaikum," Zeira mengingatkan. "Iya, Dik. Wa'alaikumsalam. Tadinya Abang mau menelpon Adik," ungkap Nizam dengan suara berbahagia. Zeira mengernyitkan dahinya, 'Apa Bang Nizam tahu aku jual cincin kawin?' pikirnya tak terucap. "Dik, kok di sana riuh sekali? Adik lagi di mana?" tanya Nizam heran. "Oh, iya Bang, Adik ini mau nengok ibu di Sukabumi, Pak RT pagi sekali menelpon memberitahu kalau ibu sedang sakit." Jelas Zeira. "Adik ini kebiasaan selalu minta izin setelah di jalan." "Iya, maafkan, Adik. Tadi Abang mau menelpon, mau apa?" Nizam menarik napas panjang sebelum dirinya memberitahukan kepada istrinya. Dia ternyata telah ditelpon dari pihak agensi Belanda untuk bersiap-siap bekerja di sana. Nizam memang sudah lama mengagumi negara Belanda ini serta sudah lama juga dirinya mengirim CV-nya ke agensi sana. Walaupun tadinya hanya coba-cob

    Last Updated : 2022-05-17
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Meyakinkan

    Setelah beberapa saat memandang wajah istrinya, Nizam cepat sekali mengambil Zidan yang ada di dalam pelukannya. "Kamu ini, Dik. Kebiasaan nekad!" gertak Nizam pelan. "Jangan dibiasakan seperti ketika kamu lajang, kamu dulu bisa lari, bisa silat. Sekarang itu kamu bawa anak dan tas!" tambahnya sembari mendelik ke arah Zeira yang mesem dan sekarang tangannya bergelayut pada Nizam. Lalu, mereka pun naik ke atas lantai dua di mana kamar mess Nizam berada di sana. Pandangan Zeira pada ke sekeliling ruangan. Melihat tidak ada apa-apa untuk dikonsumsi, Zeira bergegas mengambil indomie serta telur yang ada di atas meja. Dia pun membuatkannya untuk mereka santap berdua. Sedangkan Nizam setelah menaruh Zidan di atas tempat tidur, dia langsung menyegarkan diri agar secepatnya bisa mengobrol bersama istri tercintanya. Tepatnya, supaya leluasa membeberkan keputusannya untuk pergi ke Belanda. Zeira menaruh dua mangkuk indomie campur telur di atas meja lantai. Sedangkan matanya melirik ke arah s

    Last Updated : 2022-05-17
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Menikah Meluaskan Rezeki

    Di dalam perkantoran agensi, Nizam sedang menunggu untuk gilirannya medical. "Pak Nizam Fadlan!" Suaranya dipanggil oleh petugas yang menggunakan seragam seperti perawat. Nizam pun langsung masuk dan mengikuti petugas tersebut, dia pun disuruh membuka pakaian seluruhnya untuk mengecek semua anggota tubuhnya dan rontgen. Tak terlewatkan untuk urine agar memastikan tidak menggunakan alcohol ataupun obat-obat terlarang. Itu adalah test kedua setelah interview skill bahasa. Posisi marketing yang menjadi incaran Nizam bertahun lamanya di Belanda. Kalau bahasa Belanda serta inggris memang sudah Nizam kuasai jauh sebelum dirinya kuliah. Maka, setelah mendapatkan tawaran dan terpilih untuk bekerja di Belanda buat Nizam seperti mendapatkan loterry. Betapa tidak, penantian panjang setelah terjadinya PHK persis ketika dia sedang berbahagia mendengar istrinya hamil. Di sana, Nizam mulai mencari-cari agensi dan melamar agar bisa bekerja di Belanda.Hampir 8 jam, Nizam berada di dalam agensi. Diri

    Last Updated : 2022-05-17
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Bertemu HRD Cantik

    Kemudahan demi kemudahan untuk pergi ke Belanda semakin diperlihatkan pada Nizam kalau itu adalah yang terbaik untuknya. Map berwarna biru langit sudah bersama petugas imigrasi dan saat bersamaan Nizam pun disuruh segera mengikuti proses pembuatan paspor; dari interview, sidik jari serta yang terakhir adalah berfoto. "Nizam Fadlan. Silahkan bayar terlebih dahulu paspor sebesar 1,000.000 sekarang. Karena paspor sedang dicetak!" Perintah dari Petugas keimigrasian pada Nizam yang sudah di depannya. "Bukannya 350,000?" ucap Nizam karena harga diluar budgetnya. "Dokumen kamu tertulis paspormu butuh secepatnya karena urgent. Kalau tidak, kami pasti tidak akan mencetaknya sekarang!" ujar Petugas Imigrasi sambil menunjukan tulisan pada map. Tiba-tiba tepukan pada pundak Nizam membuatnya membalikan badannya. "Pak Munandar?" ucapnya agak terheran karena kenapa dia ada di sini. Pak Munandar adalah pemilik agensi. "Handphone-mu mati? Makanya aku ke sini!" singkatnya sambil membawa tanda bukt

    Last Updated : 2022-05-17
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Hari Kepergian Nizam Ke Belanda

    "Bang, pikir-pikir dulu untuk bekerja dengan Angel itu." Zeira mewanti-wanti sembari menatap wajah suaminya dan dengan cepat menaruh bucket KFC ke atas meja. KFC itu sudah tak senikmat semula begitu tahu semuanya. Nizam bukan tidak mengerti apa maksud istrinya, hanya saja dia diberi pilihan secara paksa. Hati Nizam berkecamuk semakin galau, berpikiran untuk menelpon Duke akan tetapi pikiran yang lainnya pada kontrak kerja dari Angel dengan nominal sangat fantastis. Maka, terurung sudah untuk menelponnya. Namun, pikiran Zeira cepat sekali menyimpulkan bahwa antara suaminya dengan Angel sudah mengenal satu sama lain. Di pikirannya; Apa iya Angel datang dari Belanda hanya karena sosok yang belum dikenalnya dan dengan penuh percaya diri memberikan gaji dua kali lipat dari seorang telah berpengalaman. Tiba-tiba saja Zeira punya ide untuk menulis nomor telepon Angel serta alamatnya, tak ketinggalan nomor telepon Duke juga alamatnya. Ada keinginan untuk menyelidiki lewat social media, sayan

    Last Updated : 2022-06-03
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Mulai Kehilangan

    Masih di dalam airport. Pandangan Zeira masih tertuju pada tempat di mana dia melihat suaminya dibawa secara paksa oleh ketiga orang yang sama sekali tak dikenalinya. Lalu, dia pun menghampiri penjaga gate penerbangan internasional. "Pak, maaf saya mau tanya." Lirih Zeira pelan. "Ada apa?" Petugas menjawab sambil memperhatikan wajah Zeira yang pucat dan sayu karena nampak kurang istirahat. "Bapa tahu jam berapa pesawat ke Belanda mengudara tadi malam?" tanya Zeira penasaran. "Saya hanya penjaga di sini! Saya tidak tahu!" Petugas menjawab serta langsung meninggalkan Zeira begitu saja. Mulut Zeira baru saja akan berbicara, akan tetapi diurungkan karena reaksi petugas seperti tidak menghiraukannya. Dia pun melirik ke arah jam digital yang menempel pada dinding airport. Di sana waktu sudah menunjukan pukul 04:30. Zeira pun bergegas masuk kembali ke dalam mushola untuk menunaikan shalat subuh. Lalu setelahnya Zeira langsung menuju ke arah halte bis untuk pulang ke Tasikmalaya. Duduk di

    Last Updated : 2022-06-03
  • 7 Ramadhan Tanpamu   Idul Fitri Tanpa Suami

    Lemas tak berdaya tubuh Zeira terkulai di atas tempat tidur di rumah petaknya.Sedangkan Nizam sudah hampir dari 2 x 24 jam tidak ada kabar. Itu membuat Zeira berinisiatif untuk mencari berkas-berkas PT dan kantor di Belanda yang dikantonginya dari semenjak di mess. Satu persatu berkas dibuka dan diperiksa tanpa terkecuali alamat e-mail dan nomor-nomor yang bisa dihubungi. "Aku harus ke warnet dan membeli pulsa agak banyak agar bisa menelpon semua orang," niatnya sambil bergegas memakai sandal swalow warna pink kenyamanannya. Begitu di depan counter pulsa dia melirik pada telepon pintar yang terpampang di atas etalase. 'Apa iya aku harus beli handphone itu agar memudahkan dalam berkomunikasi?' pikirnya dan langsung mendekat ke arah etalase. "Teh, ini keluaran baru loh. Bisa selfie dan media sosial sepuasanya. GB-nya besar, kamera depannya pun setaraf dengan telepon ternama papan atas." Ucap pemilik toko mempromosikan produknya agar laku. Sedangkan Zeira segera menoleh pada harga yang

    Last Updated : 2022-06-04
  • 7 Ramadhan Tanpamu   E-mail Kosong Dari Nizam

    Lebaran hampir usai. Seluruh keluarga di kampung dan rumah-rumah bersuka cita. Akan tetapi berbeda di dalam rumah sederhana milik Zeira, wajah cantiknya ditekuk murung. Kendati uang yanga ada di tangannya tidaklah sedikit jumlahnya. Bisa saja dia menggunakan uangnya untuk berlibur demi mengurai kesedihannya. Sepertinya tidak berpengaruh bagi Zeira materi untuk sekarang ini. Telepon pintarnya diperhatikan pada semua media, dari percakapan, pesan dan telepon masuk. Dia ingin meyakinkan kalau suaminya mengabari. Inisiatif untuk pergi ke agensi di Jakarta pun telah bermain di dalam sanubarinya. Itu adalah jalan satu-satunya menilik jejak Nizam. "Aku akan ke sana setelah lebaran, semoga saja ada titik terang." Pikirnya sembari menyelinap masuk ke dalam kamarnya karena waktu sudah malam. Pukul 02 : 45 menit. Tepatnya jarum pendek jam dinding rumah Zeira menunjukan ke arah angka 3 dan jarum panjangnya ke arah angka 9. Di mana tepat sekali kedua mata bulat Zeira mulai terbuka. Sudah terbiasa

    Last Updated : 2022-06-04

Latest chapter

  • 7 Ramadhan Tanpamu   The Endings Won't End You

    "Kenapa harus pakai SAYANG?" Zeira menyeringai begitu saja tanpa mempedulikan perasaan Zehab. "Ya sudah, kemanapun itu, jika Kamu suka dan Aku bersamamu, Aku pun pasti suka!" Tambah Zeira santai dengan punggungnya disandarkan pada sandaran jok mobil. "I love you, Zeira. Kamu perlu tahu itu!" Ujar Zehab disertai tangan men-starter mobil, dengan kecepatan sedang mobil pun melaju menuju ke tempat Zehab rencanakan untuk memberikan kejutan pada Zeira. Tempat itu adalah sebuah fantasi pikiran Zeira yang sering dikatakan olehnya ketika mereka sedang bersama. Zehab yang sudah jatuh cinta pada Zeira mencari tempat yang sesuai dengan fantasinya itu. Kalau laki-laki telah bertekad membahagiakan wanita yang dicintainya pasti akan berusaha untuk bisa mewujudkan impiannya. Dan, Zehab adalah lelaki selalu bekerja keras untuk itu. Perjalanan yang ditempuh memang lumayan cukup lama, oleh karena itu rengekan manja Zeira yang bertanya lagi dan lagi, "Kapan sampai?" Membuat Zehab gemas dibuatnya. Di

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Ingin Meminta Kepastian

    Kendati Rudi telah memahami ada dalang di belakang penembakan beberapa tahun silam. Akhirnya, kasus yang belum terungkap ini pun akan segera diketahui olehnya. "Ini orangnya! Dia dalang semuanya. Dia ingin Zeira meninggalkan dunia selama - lamanya, itu dilakukan demi keponakannya." Penuturan disertai memberikan beberapa bukti yang masih tersimpan rapi di dalam telepon genggamnya. "Munandar sekarang pindah ke Belanda, artinya kalian harus berhubungan dengan kepolisian di sana untuk menangkapnya!" Azyumardi turut berbicara dengan mata melirik ke arah ibunya. Aminah paham dengan lirikan itu, kalau dirinya memang sangat tidak percaya kalau besannya bisa berbuat sejahat itu. Rudi pun langsung memberikan laporan pada atasannya agar kasus penembakan pada Zeira, kendati yang kena adalah Afifah, ibu mertuanya. Suasana seketika menjadi riuh ketika Pemuda yang menjaga gerbang datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, Tuan, di luar ada Tuan besar bersama pengawalnya." Azyumardi langsung mendeka

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Zidan, Cucu Nenek!

    Pembicaraan pun langsung dihentikan diiringi oleh dimatikan handphone secara spontan.Kemudian, Neni menatap wajah Ujang sangat tajam seakan merasakan bagaimana perasaan Nizam sebagai seorang ayah yang ingin bersama anak-anaknya. 'Masa iya aku harus ke Padang?' ucap Neni dalam hati.Melihat adiknya melamun, Rudi menepuk lembut pipinya. "Kenapa lagi?" tanyanya. Neni menoleh, lalu menarik napasnya sangat panjang kemudian dikeluarkan. "Aa temani Neni ke Padang untuk mengambil Queena besok pagi!" Pintanya tanpa berbasa-basi lagi. "Ayo, kita ajak Zidan sekalian." Lirih Rudi sembari meraih lengan Zidan yang sedang bermain-main di depannya. "Mau ketemu nenek sama kakek, nggak?" tanya Rudi dengan mata menatap wajah polos Zidan."Nggak!" ketus sekali Zidan menjawab, dan langsung disela oleh Neni, "Zidan, sayang...tidak boleh begitu." Zidan menjawab kembali, "Nenek, juga kakek 'kan maunya Zidan berpisah sama mama dulu. Terus hingga Zidan tinggal di hutan...." Rupanya peristiwa dulu masih tersim

  • 7 Ramadhan Tanpamu   I Hate Shit Words!

    Pertanyaan Zehab membuat Zeira mengerlingkan sudut matanya. "Hidup ini tak harus terlalu banyak pertimbangan...." "Lepaskan dan lupakan masa lalu yang menurut kita tidak harus ada!!" "Kita nikmati saat ini?" Tangan Zehab diulurkan tepat di depan Zeira, sesaat setelah dirinya berbicara. Zeira yang sedang menikmati hangatnya kopi jahe pun menatap lekat kedua bola mata indah dan mendamaikan di hadapannya. Cangkir kopi ditaruhnya pelan sedangkan pandangannya tetap terpaut pada wajah Zehab. "Aku ingin mencoba...." Jawaban datar namun penuh kepastian. Perlahan Zeira meraih uluran tangan Zehab dan langsung disambut olehnya mesra. Mereka berhadap-hadapan. "Buatlah dirimu senyaman mungkin, dan biarkan dirimu bebas. Aku milikmu...." Bisikan Zehab di kuping Zeira dengan tangan membuka perlahan hijab yang membalut kepalanya. "Kamu sangat cantik...." ucap Zehab begitu penutup kepala itu terlepas. Zeira tersenyum tipis dan lekat sekali menikmati wajah tampan Zehad. Seiring dengan itu hati kecil

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Aku Ceraikan!!!

    Tiba-tiba saja para awak media mendatangi ke arah mobil dimana mereka bertiga berada. Seketika suasana sangat ramai dan membuat Azyumardi mengisyaratkan Dahlan untuk pergi. Melihat reaksi istrinya seperti itu kemarahan Syahrizal mencuat, dia sakit hati dan merasa kalau dirinya terdzolimi karena perselingkuhan tersebut.Di dalam keriuhan para awak media yang selalu aktif mencari-cari informasi orang-orang ternama dan menurutnya patut diupdate kehidupannya."Aku ceraikan!""Aku ceraikan!!""Aku ceraikan!!!"Suara menggema Syahrizal menghentikan aktivitas para awak media hingga mereka semua bergeming dan cekatan sekali merekamnya.Suara lantang Syahrizal pun kembali terdengar dengan menyebutkan kembali kata-kata yang sama diakhiri menyebutkan nama lengkap istrinya, Azyumardi binti Adityawarman. Sontak saja itu membuat Azyumardi termangu tanpa reaksi. Dia sadar pada tindakannya, dan, baru sekarang. Tubuhnya lemas tak berdaya seolah kekuatannya dicabut seketika karena apa yang ditakutkanny

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Jangan Bermain-main Dengan Takdir!

    Melihat reaksi lelaki di atasnya seperti tidak berkutik Azyumardi langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah lantai dengan cepat namun pelan. Sekarang posisinya berganti hingga membuat Dahlan tersadar dari bergemingnya. Matanya berkedip lambat. Kemudian, menatap tegas ke wajah cantik Azyu. Bibirnya hendak berbicara akan tetapi handphone milik Syahrizal yang ditaruh di atas bufet berdering nyaring. Sontak saja membuat kedua manusia tengah melakukan senggama tersebut bergegas berdiri dan membetulkan pakaiannya masing-masing. TREK! Pintu ruangan ada yang membuka. "Ehem!" Deheman kepura-puraan dari Syahrizal sambil langsung masuk dan berbicara, "Sayang, Abang lupa handphone Abang...." Itu langsung dijawab Azyumardi agak salah tingkah, "Oh, ya ...tadi berdering!" Serta dengan gesit berjalan ke arah bufet dan tangan kirinya meraih handphone milik suaminya sementara tangan kanannya membetulkan rambutnya yang acak-acakan. "Terima kasih, Sayang...." ucap Syahrizal dengan lembutnya mengambil hand

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Aku Telah Melahirkan Anakmu....

    "Iya...sudah setahun...." Jawab Nizam.Azyumardi semakin menyudutkan dirinya sebagai wanita yang penuh dosa. Benar adanya setelah menjauhkan dirinya dengan Dahlan, Azyu sangat berbeda dari biasanya. Dia sering marah-marah tak jelas pada Syahrizal dan suka menghindar jika diajak berhubungan intim. Bahkan sering tidur di rumah orang tuanya. Sangat diterima oleh dirinya kalau kehidupannya tidaklah sedang baik-baik saja kendati belum ada yang mengetahui jika dirinya tengah menyembunyikan dosa besar."Teta?" Nizam agak meninggikan suaranya karena dirinya tak mendengar suara Azyumardi. "Iya Nizam, Zeira memang pantas bahagia. Dia wanita baik-baik dan terhormat. Kamu kembalilah padanya, Bundo dan Ayah pun setuju." Penuturan Azyumardi yang sendu juga pelan membuat Nizam berdecih kasar. Lalu dia pun mengakhiri pembicaraannya begitu saja.Nizam bukan hanya ingin membawa Queena ke Belanda, dia pun akan mengajak Zidan. Kendati harus mengambil hati putranya itu terlebih dahulu. *** Dahlan sama se

  • 7 Ramadhan Tanpamu   I Love You....

    Rontaan kecil itu tak dihiraukan oleh Dahlan. Dia pun mengerti kalau itu hanya reaksi tak serius, karena diketahui jika benar-benar berontak Azyumardi akan berlari ke arah pintu apartemen atau teriak. "Kita nikmati saja malam ini, Aku yakin Kamu akan ketagihan." Bisikan pelan dari Dahlan itu seolah perwakilan isi hati dan keinginannya Azyumardi. Ya, persetan dengan statusnya sebagai istri orang penting di Indonesia. Jikalah tak terpenuhi hasrat tempat tidurnya. Malam ini, Azyumardi merelakan mahkotanya disentuh oleh Dahlan. Bukan hanya itu, dia pun menikmatinya dan memintanya berkali-kali tanpa ada rontaan ataupun berkeinginan untuk minta tolong apalagi kabur. "Kamu kesepian? Kamu tak mendapatkan ini semua dari suamimu?" Dahlan mempreteli kehidupan ranjang Azyumardi sembari mengelus rambut panjangnya. Azyumardi hanya menggelengkan kepalanya, lalu tertidur di atas dada Dahlan. Malam pun telah berganti pagi. Karenanya, Dahlan pun bergegas bangun dan menyiapkan sarapan yang sebelumnya

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Setahun Yang Lalu

    Tidak begitu lama suara Azyumardi pun terdengar jelas di ujung sana. "Queena di sini... dan Teta pun sudah melahirkan seorang putra." -Setahun Yang Lalu- Aminah dan Adityawarman langsung datang ke Sukabumi begitu dikabarkan oleh Azyumardi bahwa Queena ada di sana. Juga, bermaksud akan mengajak Zeira juga Zidan untuk tinggal bersama mereka di Padang. Mereka telah membuka diri serta menerima Zeira. Sayangnya, setelah sampai di Sukabumi Zeira sudah tidak ada dan Zidan tidak ingin ikut dengan mereka seolah anak kecil ini telah merekam semua kejadian masa lampau. "Zidan tidak mau bersama Nenek dan Kakek!" Teriakannya itu membuat Adityawarman terdiam sejenak hingga dan mengingat bagaimana dirinya mengorbankan Zidan ccucunya demi harta. Air mata bapak tua ini mengalir tak terbendung lagi karena menyesal kesempatannya dulu sempat bersama Zidan disia-siakan begitu saja. Sementara Azyumardi tengah merangkai sebuah drama agar rahasianya tidak terbongkar. -Flashback on- Malam yang sepi di an

DMCA.com Protection Status