“Hayes, jika perasaanmu tidak baik-baik saja sekarang, aku bisa menyenangkanmu lebih dari golf dan berkuda,” bisik Bella penuh kata yang menjanjikan.Kening Hayes mengerut samar, memandangi wajah Bella yang terlihat cantik dari biasanya, bahkan suaranya terdengar merdu menggoda.Hayes berusaha mengembalikan pikiran rasionalnya, namun detak jantungnya meningkat, merespon usapan Bella di wajahnya.“Aku tidak membutuhkan apapun Bella,” jawab Hayes dengan suara yang mulai serak.“Kau bisa mencobanya sebelum memutuskan apakah butuh atau tidak.” Dengan berani Bella berdiri di antara kaki Hayes, tanpa ragu lagi wanita itu mengalungkan tangannya leher pria itu dan mencium bibirnya.Aroma harum dari parfume dan sentuhan lembut intens yang mengejutkan, memantik sebuah gejolak panas yang tengah berusaha Hayes kendalikan.Kedua mata Hayes terpejam, dia mulai terbawa suasana seakan rasa panas di seluruh tubuhnya tersalurkan oleh sentuhan, perlahan Hayes memeluk Bella membalas ciumannya.Kesenang
Hayes bergerak gelisah dalam tidurnya, kepala yang sedikit berat membuat dia kesulitan membuka mata. Suara decitan halus gorden yang bergerak tertiup angin terdengar, Hayes langsung melihat ke arah jendela.Hari sudah sangat cerah, dan jam di atas laci sudah menunjukan pukul sebelas pagi.Perlahan Hayes duduk, melihat ke sekitar dengan teliti begitu dia sadar jika saat ini dia tidak berada di villa tempatnya menginap.“Dimana aku sekarang?” Hayes memeriksa tubuhnya sendiri untuk memastkan jika dia masih berpakaian lengkap.Siapa yang membawanya ke sini dan apa yang terjadi semalam? Hayes tidak ingat apapun yang terjadi setelah berbicara dengan Bella di balkon.Dengan terburu-buru Hayes turun dari ranjang, pria itu bergerak ke kamar mandi sebelum memutuskan pergi keluar kamar dan mencaritahu siapa yang sudah membawanya ke tempat ini.Kekhawatiran sedikit berkurang ketika Hayes melihat kehadiran Mante yang tengah berkumpul dengan beberapa temannya di pinggiran pantai.Hayes mendorong k
“Jika Anda keberatan, Anda tidak perlu mengajari saya lagi untuk membaca, saya akan memberitahu tuan Damian,” ucap Alice berusaha mempertahankan keberaniannya.Tesa terbelalak kaget dengan ucapan tidak terduga dari Alice.“I-itu tidak seperti apa yang Anda pikirkan, Anda salah paham,” sangkal Tesa panik.“Kesalah pahaman atau bukan, saya tidak akan mau belajar lagi dengan Anda.” Alice segera pergi tanpa memperpanjang percakapan lagi.“Tunggu!” teriak Tesa berlari mengejar langkah Alice dan menangkap tangannya. “Jangan lakukan ini, saya mohon. Saya minta maaf, beri saya kesempatan,” ucap Tesa memelas.“Lepaskan saya!” “Tidak!”“Saya tidak mau belajar lagi dengan Anda!” jawab Alice mempertegas.“Tidak bisa,” suara Tesa menekan, dengan kuat wanita itu mendorong Alice ke dinding dan mencengkram lebih kuat lengan Alice sampai membuat Alice meringis. “Jika kau berani berhenti belajar dan memberitahu tuan Damian, aku tidak akan segan-segan memberitahu semua orang jika keluarga Borsman memi
Hujan kembali turun, rintikan air yang jatuh terdengar menapaki jendela. Hayes keluar dari perpustakaan setelah berkutat satu jam di dalam. Ada banyak pekerjaan yang harus Hayes periksa, dia juga harus segera membereskan scandal buruk yang menimpanya.Scandal dengan Bella tidak akan menjadi masalah jika di dalam berita tidak mencantumkan Hayes sudah menikah, lagipula tidak banyak orang yang tahu siapa isteri Hayes.Kini orang-orang tahu jika Hayes sudah menikah, dan yang menjadi masalah besar adalah opini public yang berpikir jika Hayes menjalin hubungan dengan Bella jauh sebelum Hayes menikah.Hayes sudah membangun kariernya dengan cara yang dan citra yang baik, orang mengenal dirinya sebagai pemain golf professional bukan anak tunggal dari keluarga Borsman. Kini namanya benar-benar tercoreng secara tidak hormat.Hayes belum sempat bertemu Bella lagi apalagi menghubunginya, dia harus menjauhnya untuk sementara waktu sebelum memperingatkan Bella tentang atas tindakannya.“Tuan Muda, A
Pagi telah tiba, sebuah gaun putih tertutup dikenakan Alice, dipadukan sebuah topi merah dan sepatu hak sedang. Alice kembali mendapatkan bantuan dari pelayan untuk merias diri.Siang ini mendung, mungkin hujan akan kembali turun.Hati Alice gundah, instingnya sudah merasakan sesuatu yang buruk mungkin akan kembali datang padanya hari ini.“Nona, Anda sangat cantik, sayang sekali tidak ada anting yang bisa saya pasangkan untuk Anda,” puji Winona dengan mata berbinar, bangga dengan pekerjaannya sendiri yang sudah merias Alice.Alice mengusap sebuah kalung berlian yang terpasang di lehernya, matanya terlihat sendu memandangi dirinya sendiri di cermin. Terkadang Alice tidak mengenal dirinya sendiri sejak berada di kediaman Borsman.Di sini dia tidak berpakaian lusuh dengan warna yang sudah pudar karena dipakai berulang kali, di sini juga Alice menjadi pemalas karena tidak bekerja berjam-jam, dan di kediaman Borsman juga Alice bisa dengan bebas melihat langit siang hari yang cerah, terkad
Genggaman tangan Hayes terasa hangat dan lembut, pria itu tidak melepaskannya sepanjang jalan meski Ivana sudah tidak lagi berbicara sesuatu yang tidak-tidak lagi.Alice tidak memahami apa tujuan Hayes memberinya perhatian seperti ini. Alice bukan bermaksud tidak tahu terima kasih, namun kebaikan Hayes yang seperti ini justru membuat Alice khawatir bahwa dirinya menjadi tidak tahu malu dan terbawa perasaan. “Kita sudah sampai,” suara Philip terdengar di kursi depan.Gerbang panti asuhan mulai terlewati, dari kejauhan Alice dapat melihat banyak anak-anak yang berdiri berbaris dengan rapi bersama beberapa pengurus panti asuhan tengah menunggu untuk menyambut.Panti asuhan itu cukup besar dan kokoh, ada sebuah ladang rumput yang luas di sisi, ditambah lagi taman bermain yang lengkap.Pintu dibuka oleh pengawal..Hayes memandangi tangan yang telah digenggamnya sepanjang perjalanan beberapa kilometer. Sebuah simpati sederhana justru membuat Hayes nyaman untuk melakukannya.Dengan berat Hay
“Hayes.” Suara lembut Alice yang memanggil berhasil menahan Hayes untuk tidak pergi, pria itu kembali berbalik dan menghadap Alice.“Ada apa?”Suara angin yang berhembus terdengar, menggerakan ujung gaun putih yang dikenakan Alice, rambutnya yang tergerai terlihat berkilau bergerak tidak beraturan. Kepala Alice mendongkak, memberanikan diri menatap kedua mata Hayes, lalu berkata, “Jika nanti waktunya kita harus bercerai, atau kau sudah tidak tahan lagi bersamaku jauh sebelum waktunya kita berpisah. Tolong, usir saja aku, tapi jangan mengembalikanku pada Giselle.”Tatapan sendu yang dalam di mata Alice menenggelamkan Hayes pada sesuatu yang sulit. Sulit untuk mengiyakan, sulit untuk menolak.Hayes tidak suka Alice membicarakan perceraian. “Kita baru menikah dua minggu, dan kau sudah membicarakan perceraian. Apa aku sejahat itu untukmu?” tanya Hayes dengan tangan terkepal.Alice menggeleng dengan senyuman yang tulus gadis itu berkata, “Kau tidak jahat Hayes, tapi aku tahu kau menjadi t
Bella memandangi layar handponenya dengan kecewa, sudah lebih dari dua hari dia kembali dari Bali dengan cara kabur dan menantikan Hayes mendatangi atau menghubunginya, menanyakan sesuatu kepadanya, tetapi Hayes tidak pernah menghubunginya sama sekali, seakan tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua.Bella sudah mengeluarkan banyak uang untuk menaikan scandalnya bersama Hayes dan memanifulasi pikiran public bahwa dia dan Hayes sudah berpacaran sejak mereka berada di bangku menengah atas.Apa yang telah Bella lakukan cukup berdampak besar, bahkan kini dia tinggal di apartement karena ada beberapa media yang mencarinya sampai ke rumah.Belum sempat masalah yang dibuat Bella reda, kini tiba-tiba saja scandalnya ditutupi oleh berita Hayes yang membawa Alice ke public.Wajah Alice yang terpublikasi tak pelak menjadi bahan perbandingan dengan Bella. Bella sangat percaya diri bahwa dirinya sempurna, dia jauh lebih baik dari Alice dalam segala hal, Alice tidak ada apa-apanya bag