Ketika Hayes keluar dari mobil, Alice memutuskan untuk tetap diam menunggu dan memperhatikan apa yang terjadi, Alice tidak mau jika dia menyusul keluar, kehadirannya akan mengganggu.Bella yang sudah cukup lama menunggu terlihat sumringah melihat kedatangan Hayes.Bella berjalan tergesa dengan heelsnya yang tinggi, gaun cantik yang dia kenakan berkibar, Bella melompat ke dalam pelukan Hayes dengan penuh kelegaan.“Terima kasih sudah datang, aku sampai tidak tahu harus menghubungi siapa lagi.”Hayes mendorong bahu Bella dengan pelan agar wanita itu mundur. “Ambil barang-barangmu, kita harus segera pergi sebelum terlambat.”“Aku tidak membawa barang apapun lagi selain tas. Sopirku akan menunggu mekanik datang.”Hayes menghela tubuh Bella, menuntunnya untuk ke sebrang jalan menuju keberadaan kendaraannya. Senyuman sumringah Bella memudar dengan cepat begitu dia membuka pintu depan dan menemukan kehadiran Alice yang duduk menunggu sejak tadi.“H-hay,” sapa Bella tidak menutupi keterkejuta
Alice menyusul masuk ke dalam usai beberapa menit Hayes lebih dulu ke dalam.Suara yang samar, terdengar lebih jelas, langah Alice sempat terhenti, gadis itu hanya bisa terperangah takjub melihat melihat keramaian di dalam sebuah aula besar ruangan pesta.Suara musik yang indah, ruangan yang besar dengan langit-langit yang berkubah tinggi dihiasi sebuah lampu besar yang bergelantung, ruangan besar itu ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh. Dekorasi pesta yang didominasi oleh putih dari bunga-bunga segar asli yang mengeluarkan harum dan kuning khas royal party.Orang-orang berkumpul dengan aktivitas mereka masing-masing, segala keindahan dan kemewahan memanjakan mata. Mereka berpakaian cantik dan terlihat teratur.Alice melangkah ragu, rasa percaya dirinya kembali ditekan begitu kuat sampai ke dasar karena keberadaannya seperti setetes air di antara hujan yang turun.Orang-orang yang tidak sengaja melihat keberadannya berbisik dan menatap penuh tanya, seakan mempertanyakan apakah keha
“Jika Anda tahu asal usul saya, mungkin Anda akan berpikir seribu kali untuk berteman dengan orang seperti saya.”Sebuah senyuman terukir di bibir Calla, sekali lagi dia meneguk sampanyenya dan menatap lekat Alice. “Saat pertama kali melihatmu di keramaian tadi, aku merasa bernostalgia. Mengingat jika dulu aku juga sepertimu, tidak percaya diri dengan keadaanku dan selalu berkecil hati dalam tekanan yang menyesakkan. Rasanya cukup berat sampai jatuh terpuruk. Seiring dengan berjalannya waktu, aku tersadar bahwa aku sudah melewati masa sulit itu begitu saja dengan baik selama aku selalu berusaha memperbaiki diriku sendiri dan percaya, Tuhan akan memberikan sesuatu yang luar biasa untuk seseorang yang terus berjalan dalam kebaikan.”Alice tertegun sampai keramaian di sekitarnya tidak terdengar dan pendengarannya hanya fokus pada cerita singkat Calla.“Terima kasih sudah mau berbagi cerita dengan saya,” ucap Alice terharu.“Apa kau tahu, filosofi kupu-kupu yang mengajarkan bagaimana per
“Kau naik kelas social dengan cara yang mudah dan terlalu cepat sehingga tidak terbiasa. tidak mengherankan kau masih membawa kebiasaan kehidupan miskinmu di lingkungan Hayes,” komentar Bella dengan celaan yang tajam.Tangan Alice terkepal di bawah meja, terus menerus diserang banyak hal yang menyudutkan dirinya dengan berbagai penghinaan. Alice kesal disalah pahami, dan dia bosan terus menerus mengalah seperti seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk membela diri.“Aku tidak pernah berniat naik kelas social.”Sudut bibir Bella tersenyum merendahkan, mendengar Alice yang tidak lagi berbicara formal kepadanya. “Dasar munafik. Jika kau memang tidak berniat panjat kelas social dan masih memiliki rasa tahu malu, kau tidak mungkin memberanikan diri menginjakan kaki di tempat ini dan menjadi pusat perhatian untuk dipermalukan.”Alice menarik napasnya dalam-dalam merasakan ada sesuatu yang panas di dalam hatinya mendengar penghinaan Bella yang tidak ada hentinya. “Kau sungguh tidak tahu
Alice pergi meninggalkan keramaian pesta, keluar dari aula ruangan dan berjalan sendirian dengan suatu kesedihan yang menggelayut di dalam hatinya.Alice tidak tahu kemana arah dia harus berjalan, yang dia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan dan tidak bertemu dengan siapapun.Suara keramaian pesta tidak lagi terdengar, Alice semakin berjalan menjauh, ada sebuah teras yang menghadap ke sebuah labirin rumput. Di sana Alice duduk untuk menenangkan diri, memandangi langit yang gelap sangat pekat.Pikiran Alice berkenala, berputar dalam belenggu masalah yang sulit dia tinggalkan bila seluruh tubuhnya dalam keadaan terluka. “Kapan aku benar-benar bisa melangkah? Apa aku terlalu banyak mengeluh atau dunia memang kejam kepadaku? Mengapa aku tidak seberani orang lain? Mengapa trauma mengalahkan seluruh keberanianku?” tanya Alice pada kesunyian.Alice menghela napasnya dengan berat, gadis itu mengusap dadanya, merasakan sisa-sisa sakit yang masih bisa dirasa karena ucapan Bella.Suara derakan
“Silahkan.” Theodor mempersilahkan Alice berjalan lebih dulu, dan tidak mengindahkan penolakan halus gadis itu. Sesungguhnya, Theodor harus memastikan jika di area sekitar tidak ada siapapun lagi dan Theodor harus memastikan kebenaran bahwa Alice datang dengan tamunya.Theodor menempatkan kedua tangannya di belakang, pria itu melirik Alice yang berjalan di sampingnya dengan gugup. Gadis itu benar-benar sudah salah kostum, jika dia datang dengan orang yang tidak dikenali para pengawal Theodor, sudah jelas dia pasti akan di usir.Theodor bertanya-tanya, dari mana rasa percaya dirinya muncul hingga berani mengenakan pakaian yang seperti akan pergi ke super market?“Dengan siapa kau datang?” tanya Theodor tetap tidak berbicara formal.Alice tersenyum tipis, segan untuk mengakui datang dengan suaminya. “Saya datang dengan kenalan saya,” jawab Alice ragu.“Kau suka dengan pestanya?”Dengan cepat Alice mengangguk. “Semuanya sangat indah, orang-orang juga terlihat senang. Ini pertama kalinya
Untuk yang kemarin enggak sengaja sudah buka bab 37 yang double, bisa kembali dibuka karena isinya sudah berubah.Tidak perlu pakai koin lagi, kalau isinya tetap sama, coba log out dulu.Maaf ya, gara-gara gangguan signal jadi double.***“Jangan pernah ikut campur lagi dengan urusan rumah tangga kami, kau terlalu jauh terlibat. Apa kau mengerti Bella?” peringat Hayes penuh tekanan.Senyuman manis di bibir Bella memudar, wajah cantiknya terlihat pucat, Bella terkejut karena Hayes langsung membela Alice tepat di depan matanya.Seharusnya Hayes tidak keberatan dengan semua tindakan Bella karena Hayes membenci Alice. Tapi mengapa sekarang Hayes justru seperti sedang melindungi Alice dari masalah?Rahang Bella mengetat menahan amarah, harga dirinya terluka dikalahkan oleh seorang gadis kampungan yang tidak tahu apa-apa. “Aku tidak bermaksud ikut campur Hayes, aku hanya memperkenalkan dia pada teman-teman kita, apakah itu salah?” ucap Bella membeladiri.“Aku tidak akan mempermasalahkanny
“Theodor bukan orang yang mudah akrab pada orang lain, dari cara dia berbicara dan menatapmu jelas ada sesuatu yang berbeda. Apa kau sudah menggodanya?”Alice tercengang kaget, betapa mudahnya Hayes menuduh seseorang tanpa berpikir. “Kenapa kau sangat suka menuduhku atas dasar hal-hal yang tidak berdasar?”“Aku tidak menuduhmu. Tapi, karena kau anak seorang pelacur yang pandai menggoda laki-laki, siapa tahu kebiasaan ibumu menurun padamu.”Alice terpaku, seluruh darah di dalam nadinya seperti berhenti berdenyut. Betapa dalamnya kata-kata Hayes dalam menghinanya, betapa tajamnya lidah Hayes melukainya.Alice menarik napasnya dengan sesak, gadis itu membuang muka dan tidak membalas penghinaan Hayes, tangan Alice hanya bisa mengepal di bawah meja, berusaha menahan amarahnya dalam diam.Keterdiaman Alice menyadarkan Hayes akan ucapannya yang sudah terlalu jauh.Hayes sendiri tidak menyangka bahwa dia akan menghina Alice lagi tanpa terkendali. Hayes bingung, dia tidak mengerti mengapa tiba
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.