Alice menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan, tubuhnya luruh ke lantai kehilangan banyak energy, gadis itu menangis pilu melihat kepergian Athur yang sudah dibawa pergi. Hati Alice tidak sanggup melihat adiknya harus mengalami masalah ini semua, bahkan meski belum ada kepastian, namun perasaan Alice tetap mengatakan bahwa kini Athur sedang dalam kesulitan.Alice menyeka air matanya, dengan terhuyung dia pergi mengambil tas dan menutup pintu. Alice berlari mengambil sepedanya dan menggayuhnya dengan cepat, berusaha untuk mengejar mobil yang sudah membawa Athur.Alice tidak bisa membiarkan Athur sendirian, bahkan meski dia tidak tahu harus melakukan apa untuk membantu Athur, Alice ingin tetap berada di sisi adiknya untuk membantu menguatkannya.Samar pandangan Alice terhalang oleh air mata yang terus berjatuhan, namun kaki kecilnya tidak berhenti untuk terus menggayuh, mengejar mobil yang jauh berada di depannya.Sekuat tenaga Alice berusaha mengejar, namun mobil yang diikuti semak
Apa yang akan terjadi pada Athur jika masalah ini kian berlanjut? Apa Athur akan dipenjara karena menghadapi tuntutan dari tiga orang sekaligus? Alice tidak sanggup meski membayangkannya.Alice menarik napasnya dengan kesulitan, jantungnya berdegup kencang tidak terkendali. Dengan kesulitan Alice memberanikan diri menatap mata Hayes, berharap menemukan setitik kebesaran hati Hayes untuk bisa memaafkan kesalahan yang telah terjadi.“Hayes, aku mohon, jangan tuntut Athur. Aku sangat percaya Athur tidak melakukan kelalaian apapun, semalam kami juga meminum anggur yang sama di pesta, namun kami baik-baik saja. Aku yakin telah terjadi kecurangan.”“Aku juga tidak menyalahkan minuman yang dibuat Athur, namun Athur tidak bisa menjamin botol tempat minuman itu. Mungkin saja, penyebab keracunan ada pada botol minuman itu. Kau tahu Alice, salah satu temanku harus diopname gara-gara keracunan, dia mengalami kerugian besar karena tidak bisa bekerja selama satu minggu kedepan.”Napas Alice tertaha
Malam yang Alice nantikan akhirnya tiba, dia tidak sabar bertemu dengan Hayes dan berharap bahwa pria itu memberikan kabar baik untuknya.Alice menggayuh sepedanya dibawah langit yang gelap, melewati jalanan berbatu di tengah gelapnya langit malam dan pepohonan yang tumbuh di hutan. Alice sudah cukup mengenal keadaan hutan di sekitar pantai, karena hal itulah Alice tidak takut meski harus bergerak sendirian. Setiap pagi dan sore hari dia selalu melewati jalanan yang sama, tidak menyulitkan untuknya membawa sepeda di bawah kegelapan.Deburan ombak terdengar, bintang-bintang bertaburan di langit. Alice menggayuh lebih cepat sepedanya menyusuri lampu-lampu dipinggir jalan. Dia tidak boleh terlambat dan membuat Hayes menunggu.Jauh Alice menggayuh sepedanya untuk bisa sampai di paviliun.Alice meninggalkan sepedanya di dekat air mancur, suasana paviliun terasa sepi tidak menunjukan tanda-tanda ada seseorang.Dengan ragu Alice pergi ke teras dan menekan bel beberapa kali, sayangnya Hayes
Napas Alice tertahan, tangan kecilnya mengepal kuat di sisi, permintaan Hayes membuatnya bimbang, apa sebenarnya yang Hayes mau? Mengapa dia berbicara sesuatu yang tidak masuk akal.Tenggorokan Alice terasa kering, instingnya menjadi waspada, ada sesuatu yang membuatnya takut.Suasana di sekitar ruangan berubah menjadi sunyi senyap. Saat dia memandangi mata Hayes, Alice merasa seperti kembali bertemu dengan Hayes Borsman yang pertama kali dia temui.Pria itu sulit dijangkau dan sulit dipahami, ada banyak duri di sekitarnya yang membuat Alice harus patuh karena sedikit saja Alice mencoba melawan, dia akan terluka seperti biasanya.Apakah kekacauan yang dibuat Athur menyebabkan Hayes akan membencinya lagi? pikiran Alice berkecamuk, bertanya-tanya dengan situasi yang sedang dialaminya saat ini.“Alice,” peringat Hayes sekali lagi, memintanya untuk segera mengambil keputusan karena kesabaran Hayes tidak banyak.Alice tertunduk memandangi cincinnya, dengan berat hati Alice melepaskan cin
Kepergian Alice yang terlihat putus asa melekat dalam ingatan. Gadis itu berjalan terhuyung-huyung seperti kehilangan banyak tenaga, bahu kecilnya gemetar menahan tangisan.Hayes bisa merasakan seberapa besar kekecewaan Alice terhadap dirinya, memandangnya sebagai pria jahat yang sudah menghancurkan harapannya.Hayes sudah tahu bahwa ini akan terjadi, apa yang dia lakukan akan melukai perasaan Alice. Apa yang Hayes lakukan, tidak ada bedanya dengan merampas paksa bunga yang baru mekar dan mencengkramnya hingga semua kelopaknya hancur di tanah.Hayes mendongkakan wajahnya melihat malam yang pekat, ada rasa bersalah di dalam dada, namun ada harapan besar yang tumbuh jika Alice akan kembali padanya. Anehnya, rasa bersalahnya malam ini tidak menimbulkan penyesalan apapun.Ini terlalu egois..Hayes tahu itu…Hayes sudah berusaha menjadi seseorang yang baik, namun pada akhirnya dia mendapatkan banyak kekecewaan. Bukankah tidak masalah jika kini Hayes memilih untuk sedikit lebih kejam untuk
Bayangan pepohonan yang terlewati meneduhi jendela, suara decitan halus terdengar ketika bus berhenti di halte. Alice beranjak dari duduknya, gadis itu melangkah keluar bersama beberapa penumpang lainnya.Jalanan sudah ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang, orang-orang terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Di tengah keramaian banyak orang, Alice berjalan menyusuri bahu jalan.Aroma kopi, dan makanan tercium harum, banyak orang yang menikmati sarapan pagi mereka di beberapa kedai.Langkah Alice terhenti, gadis itu berdiri di depan toko roti. Dia teringat dengan Athur yang sangat suka dangn roti isian kacang merah, dua minggu sekali Athur selalu ke toko ini.Roti isian kacang merah selalu mengingatkan Athur pada ibunya, karena itulah dia sangat menyukainya.Alice merongoh sesuatu di tasnya, melihat beberapa lembar uang yang tersisa, dia ingin membelikan Athur roti, mungkin nanti dia bisa pulang dengan berjalan kaki bila jumlah uangnya tidak cukup untuk membayar ongkos pulang
“Tuan Muda. Carcel memberikan laporan jika Athur sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dia dibawa ke penjara North Emit. Dia terkena pasal pelanggaran produksi, kelalaian yang merugikan orang lain,” kata Samuel memberitahu.Theodor termangu kaget, kasus Athur diproses dengan sangat cepat karena orang-orang yang menuntutnnya memiliki kekuasaan. Pikiran Theodor berkelana, seperti apa keadaan Alice saat ini setelah mengetahui bahwa Athur akan dipenjara di tempat yang sangat jauh dari Emilia Island?Kedamaian hidup Alice telah berakhir dengan kacau.Theodor khawatir dengan kondisi mentalnya yang mungkin akan kembali terguncang.Setelah Theodor mempelajari masalah yang ada, dia sudah bisa memastikan jika Hayes terlibat kuat dalam kejadian ini. Jika Hayes tidak terlibat, dia tidak mungkin ikut menuntut Athur dan semakin memojokan posisinya.Apa yang sebenarnya ada di pikiran Hayes? Mengapa dia berbuat sekejam ini kepada Athur?“Apa kau sudah mendengar, berapa kerugian yang diajukan oleh m
Alice berdiri dalam keteganan, memandangi pintu paviliun yang tertutup dan tidak ada satu orangpun yang terlihat di sana. Gadis itu tidak kunjung bergerak, kakinya terpaku ditempat.Alice tidak tahu apa dia harus terus melangkah, atau kembali pulang ke rumah.Alice tidak tahu dengan apa yang harus dia lakukan kini, segalanya masih terasa seperti mimpi, Alice bingung dengan dirinya sendiri seolah tengah kehilangan arah. Dunia yang dia mimpikan hancur begitu saja dengan mudah, penantiannya lebih dari dua puluh tahun lamanya untuk bisa mendapatkan kebebasan, kini kembali hancur.Apakah pantas untuk dirinya menemui Hayes setelah memperlakukan Theodor sangat keji dan melukai hatinya. Theodor.. Hati Alice teremas sakit, air mata kembali membasahi pipi. Bisakah dirinya tidak memilih Athur maupun Theodor? Melepaskan keduanya begitu saja dan menunggu mereka dalam penantian?Alice menyeka air matanya dengan kasar begitu mendengar suara klakson kendaraan di belakangnya. Dengan lemah Alice ber