"Jadi kamu benar-benar membenci statusmu sebagai putri Bangsawan yang harus terikat pertunangan dengan seseorang yang tidak kamu sukai?"Rosalia menghela nafas mengingat kata-kata Oliver ini ketika ia bertemu Oliver di ruang makan. Ernest tidak terlihat, hanya ada Edward dan Oliver yang menemaninya untuk sarapan bersama. Belakangan, ia baru tahu dari Ben yang datang ke mansion untuk menemui Ernest setelah kepergian Oliver dan Edward. Menurut Ben, hari ini Ernest telah menghubunginya bahwa Ernest tidak akan pergi ke Gail Group karena kurang sehat. "Apakah Tuan Ernest sakit gara-gara semalam?" selidiknya sembari mensejajari langkah Ben yang tengah menaiki anak tangga menuju kamar Ernest. "Benar, Nona." Jawab Ben, ia menganggukkan kepalanya lalu mempercepat langkahnya. Sebab pagi ini sewaktu menghubunginya, Ernest telah memintanya untuk menangani semua pekerjaan Bosnya itu di Gail Group. Karena itu Ben terpaksa harus memanfaatkan waktunya seefektif mungkin. Menyaksikan Ben yang seolah
Anne mengacuhkan ucapan Rosalia, dan dengan sedikit memaksa... Ia menyerahkan nampan yang berisi sup mushroom, roti tawar, dan segelas teh Inggris ke tangan Rosalia. "Anne?" Rosalia mendelikkan matanya ketika ia harus menerima nampan tersebut dengan amat sangat terpaksa. Tapi... Yang dilakukan Anne selanjutnya justru membuatnya mendengus sebal. Tanpa peduli bahwa ia keberatan, Anne malah mendorong punggungnya agar ia segera pergi mengantarkan makanan ke kamar Ernest. "Bagaimana jika dia menolakku?" sungutnya."Nona Rose, Nona tidak akan tahu sebelum mencobanya, kan?" tukas Anne sembari tersenyum tipis.Dengan menekuk wajahnya, akhirnya Rosalia bersedia menuruti permintaan Anne. Dan walaupun ia sedikit mencemaskan Ernest yang mungkin akan mengusirnya, tapi ia sama sekali tidak berkutik di hadapan Anne yang sangat keras kepala. Berselang beberapa saat, setibanya di hadapan kamar Ernest. Untuk sesaat ia merasa ragu untuk memanggil Ernest. "Bagaimana ini? Bukankah dia sedang marah pada
"Kamu menarik, Rosalia Heart. Mungkin karena itu kedua Keponakanku mulai memperhatikanmu." ujar Ernest sembari tersenyum tipis, ia lalu menyusun sendok makannya di dalam mangkuk dalam keadaan terbuka. Rosalia memperhatikan hal itu. Meski hatinya senang Ernest menghabiskan semua yang khusus ia masakan untuk pria arogan itu, namun Rosalia enggan menunjukkan rasa senangnya. Ia, tidak ingin Ernest kembali menggodanya jika pria mesum itu sampai melihat ekspresi senang di wajahnya. "Mengapa diam?""Eh?" Rosalia mengalihkan pandangannya dari mangkuk sup yang telah kosong ke wajah Ernest. "Kamu tahu etika itu, bukan?" tunjuk Ernest pada sendoknya, "Itu artinya aku menginginkan semangkuk sup mushroom lagi dengan 2 roti tawar.""Aku tahu," jawab Rosalia ketus, "Tapi maaf, aku bukan pelayanmu. Seharusnya kamu bersukur aku bersedia mengantarkan semua ini padamu!" dengusnya sambil menyusun mangkuk bekas sup dan piring kecil bekas tempat roti ke atas nampan. Setelah semua tersusun rapi, ia langs
"Sudah puas melihatnya? Atau haruskah aku ke sana agar kamu bisa melihatku dengan lebih jelas lagi?""Cih." Rosalia mengerucutkan bibirnya. Tidak bisa ia pungkiri jika sindiran itu berhasil membuat wajahnya terasa panas. Ia bahkan yakin sekali kalau saat ini wajahnya terlihat memerah di hadapan Ernest, buktinya pria dingin dan arogan itu kini tampak sedang menahan senyumnya. "Mengapa menyalahkanku?" lontarnya sebal, "Sudah jelas ini salahmu karena telah seenaknya masuk ke dalam kamarku dengan pakaian yang berantakan," tambahnya lagi. "Pakaianku berantakan?" Ernest mengangkat sebelah alisnya kemudian berkata, "Ini piyama, Rosalia Heart. Apakah menurutmu aku harus selalu tampil rapi bahkan di mansionku sendiri?" demi apapun ia benar-benar tidak mengerti maksud dari ucapan Rosalia tadi. Lagipula, sejak kapan piyama akan terlihat rapi? "Piyamamu dari bahan sutra!""Lalu...""Kancingnya terlalu banyak yang terbuka!" cetus Rosalia yang tidak lagi bisa menahan geramnya. Usai mengatakan hal
"Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu?" Rosalia mengangkat sebelah alisnya, tapi ia mulai ragu untuk meneruskan apa yang ingin ia lakukan. Maaf saja, ia bukan gadis nakal yang pernah menyentuh milik pria sebelumnya. Tadinya ia hanya bermaksud ingin menakuti Ernest. "Jauhkan tanganmu dari kepalaku, jika tidak... Aku tidak akan segan untuk memutus jalur berkembang biakmu!"Ernest langsung mengangkat tangannya bak tersangka yang sedang ditodong senjata oleh pihak berwajib. "Baiklah, kamu menang!" cetusnya sebal. Rosalia mengulum senyumnya, ia sama sekali tidak menduga jika Ernest akan menyerah secepat ini. Perlahan-lahan, ia mengangkat wajahnya. Namun ia tidak segera beranjak dari pangkuan Ernest, melainkan menatap pria dewasa mesum itu sambil tersenyum nakal. "Good Man," ujarnya sambil menepuk pipi Ernest, membuat Ernest yang menerima tepukan itu langsung menautkan kedua alisnya. "Kamu sangat berani, Rosalia Heart. Apa kamu sadar sedang bermain api dengan siapa?!" dengus Ernest. "O
"Maaf, aku sudah membuat kalian menungguku lagi!" di hadapan Ernest, Oliver, dan Edward yang tengah duduk mengelilingi meja makan, Rosalia menundukkan kepalanya. Karena untuk ke sekian kalinya ia telah membuat ketiga lajang dari keluarga Gail itu harus menunggunya lagi untuk makan bersama. Tidak ada jawaban yang ia dapatkan, bahkan ketika ia mengangkat kepalanya... Ernest dan Edward tampak saling tatap dengan wajah penuh permusuhan. Hanya Oliver saja yang tengah menatapnya sambil tersenyum ramah. "Duduklah, Rose!" tukas Oliver sambil memberi isyarat pada salah seorang pelayan yang berada di dekatnya agar menarikkan kursi kosong yang berada tepat di sampingnya untuk Rosalia. Pelayan wanita itu mengangguk patuh dan bergegas melaksanakan perintah Oliver. Ia, menggeser kursi yang berada di samping Oliver lalu mempersilakan Rosalia untuk menempati kursi tersebut. "Terima kasih!" lontar Rosalia pada pelayan wanita itu sembari tersenyum, sebelum ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi yang
Rosalia tengah termangu menatap ke tengah kolam renang saat seseorang memasuki area kolam renang. Orang itu yang tak lain adalah Edward, telah memperhatikan Rosalia cukup lama dari balik jendela kaca hingga ia memutuskan untuk menghampirinya. "Jadi... Bagaimana pendapatmu tentang tinggal bersama dengan 3 pria lajang dari keluarga Gail?!" teriaknya lantang. Teriakan itu sontak saja menyentakkan Rosalia dari lamunannya dan membuatnya reflek mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang baru saja berteriak padanya. Ketika ia menyadari siapa pria itu, ia pun berdecak pelan. "Ckk, apa yang ingin kamu dengar, Ed?" tukasnya sebal, "Upss, sorry. Seharusnya aku memanggilmu Tuan Edward, ya?" lanjutnya lagi, namun ada nada sinis yang terlontar dari ucapannya itu. Hal itu tentu saja disadari oleh Edward yang langsung mendelikkan matanya. "Kamu hebat, Nona Rose. Tetapi mengapa aku merasa jika kata-kata ini sangat tidak cocok dengan kepribadianmu yang dulu?" sindirnya. Tanpa mengacuhkan Rosalia
"Pagi, Ernest, Oliver, Edward!" sapa Rosalia sambil tersenyum. Pagi ini, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali setelah semalam ia berbicara pada Rose. [Kamu tidak pernah mengatakan apapun padaku tentang Edward, Rose. Mengapa? Apakah karena kamu telah jatuh cinta padanya karena itu kamu memintaku untuk memilih Oliver? Agar aku tidak mengganggu pria yang kamu sukai?][Maaf, Rosi. Bukan itu maksudku!][Bukan? Kalau begitu apakah semua yang telah Edward katakan padaku tadi adalah kebohongan?][Rosi, aku...][Mengapa Edward, Rose? Katamu Edward bukan pria yang baik.][Aku tahu, Rosi. Tapi itu yang aku suka dari Edward. Dia tidak pernah menutupi keburukannya, dia juga selalu melakukan apapun yang disukainya tanpa memikirkan pendapat orang lain. Dia sangat bebas, dan aku... Aku ingin seperti Edward, Rosi. Aku ingin bebas sepertimu!][Kamu salah, Rose. Aku sama sekali tidak merasa bebas sekarang! Kamu tahu? Perjodohan ini...][Jalani perjodohan itu dengan perlahan, Rosi.][Atau... Mengapa kamu