"Kita ke mansion Ayahku, Ben." Titah Ernest, saat mobilnya yang dikendarai oleh Ben keluar dari gerbang mansion keluarga Heart. "Baik, Tuan Ernest." Sahut Ben. Ia menganggukkan kepalanya lalu memutar setir mobil ke kiri, mengambil jalan menuju ke mansion Tuan Besar Gail. Selama di dalam perjalanan, sesekali Ben melirik kaca spion. Memperhatikan Rosalia yang tengah bersandar di pundak Ernest. Hingga saat ini gadis belia itu masih saja menangis haru. Sementara sang Bos terlihat bingung bagaimana harus membujuk Kekasih kecilnya itu. Namun, menyadari bahwa permasalahan Ernest dan Ayahnya telah selesai, begitu pula permasalahan Rosalia dengan keluarganya-- Ada setitik rasa bangga di hati Ben karena ia telah bekerja pada orang yang tepat. Ernest Gail, pria luar biasa ini selalu menjadi panutannya sejak beberapa tahun belakangan ini. Terlepas dari sifat Ernest sebelumnya sebagai seorang Casanova, nyatanya bagi Ben-- Ernest adalah pria yang sangat berdedikasi tinggi dan mampu menyelesaikan
"Bawakan kudaku!" titah Ernest pada Asisten Ayahnya. Pria paruh baya itu melirik Tuan Gail tua kala mendengar perintah tersebut, dan setelah melihat anggukan sang Majikan-- Ia pun menundukkan kepalanya dengan hormat kemudian pergi untuk mengambilkan kuda milik putra bungsu Majikannya. Belum 10 menit, ia telah kembali bersama seekor kuda hitam yang kekar. Melihat kudanya yang telah lama tidak ia ajak jalan-jalan, Ernest langsung menghampirinya. Menepuk leher kuda kesayangannya itu, menginjak stirrup, lalu mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas pelana. Namun, sebelum ia mengejar Rosalia yang tampak tersenyum senang di atas kuda putih, ia terlebih dahulu melepaskan jasnya dari tubuhnya dan melemparkannya pada Asisten sang Ayah. Kini, hanya dengan mengenakan celana bahan, kemeja, dan rompi yang mengetat di tubuh kekarnya-- Ia pun memacu kudanya untuk mengejar Rosalia yang berada dekat dengan gerbang mansion Ayahnya. "Aku akan mengajaknya berjalan-jalan ke pantai, Ayah!" teriaknya, s
6 hari kemudian, kesibukan tampak di mansion Ernest yang telah dihias selama beberapa hari ini oleh sebuah event organizer. Dari pagi-pagi sekali, 3 mobil box pengantar catering telah tiba di depan mansion. Dan sekarang, 10 orang pengantar catering kini tengah sibuk menata makanan di stand-stand yang telah disediakan. Hari ini, adalah hari pernikahan Ernest dan Rosalia. Begitu juga dengan Oliver dan Rose. Awalnya Ernest tidak ingin jika pernikahannya dengan Oliver dilakukan secara bersamaan. Ia bahkan ingin mengadakannya di sebuah ballroom hotel. Namun, karena bujukan sang Kekasih yang ingin menikah bersama dengan Saudari kembarnya dan ingin mengadakan pesta kebun-- Akhirnya Ernest pun mengalah. Lagipula, ia pikir itu cukup baik. Mengingat bahwa tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam mansion miliknya. "Pihak catering!!" Seorang wanita yang bertugas sebagai pimpinan event organizer yang telah Ernest sewa, menunjuk pada seorang pria petugas cattering yang sedang melakukan tugas
Tak lama kemudian, pimpinan event organizer mengunjungi ruangan mempelai pria lalu meminta kedua mempelai pria untuk bersiap. Dari ruangan mempelai pria, ia lanjut ke ruangan mempelai wanita. Berselang 10 menit, disambut alunan merdu suara biola dan denting piano, dua mempelai pria pun melangkah menuju podium pemberkatan bersama para pendampingnya. Dan beberapa menit setelahnya, dua mempelai wanita juga turut keluar. Melangkah menuju podium, Rosalia digandeng dengan elegan oleh Tuan Gail tua. Sementara Rose melangkah anggun bersama Ayahnya. Di samping podium pemberkatan, Anton, Leo, dan juga Edward berdiri di sisi Oliver. Kemudian Ben, Bill, Gabriel, serta Carlisle, hari ini menjadi pendamping pria untuk Ernest. Di depan kedua mempelai pria yang tengah menatap calon pengantinnya, seorang pastor yang akan memberkati kedua pasangan pengantin-- Kini telah berdiri dengan memegang sebuah kitab di tangannya. Sementara di belakang kedua mempelai wanita, masing-masing dua bocah wanita pem
Di sebuah rumah sakit terbesar di Kota L, dua jam setelah tragedi penembakan Ernest. Di depan Emergency room, dua buah kursi panjang yang terdapat di hadapan ruangan tersebut, kini dipenuhi oleh wajah-wajah muram. Di salah sudut kursi, sambil memeluk Rosalia, Elizabeth mencoba menenangkan putrinya itu. "Tenanglah, Rosi! Ernest pasti akan baik-baik saja," nasehatnya pada Rosalia yang masih terus menangis terisak.Di seberang Elizabeth, Oliver juga tengah memeluk Rose yang tampak sedih melihat keadaan Adiknya. Jas miliknya melekat di tubuh istrinya itu untuk menutupi pundak Rose yang terbuka. "Oliver, aku benar-benar tidak tahan melihat Rosi seperti ini. Padahal dulu, dia tidak pernah menangis. Dan meski dulu dia terkadang mendapatkan luka di tubuhnya saat balapan motor. Dia... Biasanya dia akan selalu tersenyum padaku." Lirih Rose. Oliver hanya diam sambil mengusap lengan Rose untuk menenangkan istrinya itu. Lalu mengalihkan pandangannya pada Rosalia dan menatap sendu pada wanita can
Setelah Ernest dipindahkan ke ruang rawat inap nomor satu, yang dilengkapi fasilitas super komplit layaknya kamar hotel bintang lima. Tuan Gail tua yang menyaksikan wajah Rosalia tampak sangat tertekan menatap putra bungsunya, langsung meminta Alston untuk membawa menantunya itu pulang terlebih dahulu. Dan ketika Ayahnya menghampiri dirinya, dengan mata sayu Rosalia justru menggelengkan kepalanya. "Ijinkan aku untuk menjaganya di sini, Ayah." Pintanya lirih sambil menatap Ayahnya dengan tatapan memohon. Alston hampir membuka mulutnya, namun ia tiba-tiba disela oleh Elizabeth. "Rosi, setidaknya gantilah pakaianmu terlebih dahulu, dan bersihkan tubuhmu. Setelah segar kamu bisa kembali ke sini untuk menjaga Ernest. Selain itu, kamu juga harus mempersiapkan banyak hal jika kamu ingin menjaganya di sini. Karena kita semua belum tahu berapa lama Ernest akan berada dalam keadaan seperti ini," nasehat Elizabeth, ia yang saat ini berada di samping Rosalia-- Mengusap kepala putrinya itu den
Beberapa saat berselang di dalam kamar Rosalia, Anne yang telah berada di dalam kamar ini bersama Rosalia, langsung membawa sang Nyonya barunya itu untuk duduk di pinggir ranjang pengantin yang telah dihias sedemikian rupa. Tapi, gara-gara tragedi penembakan yang terjadi terhadap Ernest hari ini, kamar ini yang seharusnya akan menjadi saksi bisu penyatuan dua insan yang telah bersumpah setia. Kini justru tampak hening dan suram. "Apakah Nyonya pulang untuk berganti pakaian?" tanya Anne sopan, setelah ia menegakkan tubuhnya di hadapan Rosalia. Rosalia mengangguk pelan, "Benar, Anne. Setelah berganti pakaian aku akan segera kembali ke rumah sakit." Ia diam sejenak, kemudian memperhatikan sekeliling kamar dengan tatapan sayu. Anne yang melihat hal itu, turut diam tanpa ingin mengganggu sang Nyonya. Dan walau tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi ia juga tidak melepaskan pandangannya dari wajah Rosalia yang masih menyisakan sembab di sana. "Aku merindukannya, Anne. Padahal baru beb
Keluar dari kamar Rosalia, Anne dicegat oleh Edward yang mencemaskan keadaan wanita cantik itu. "Mengapa meninggalkannya sendiri, Ann? Tahukah kamu kalau tubuhnya sangat lemah sekarang? Selain itu, sejak dia mempersiapkan pernikahannya pagi ini-- Hingga saat ini dia sama sekali belum makan apapun!" lontarnya gemas, pada Anne yang hanya menatapnya dengan wajah datar. "Nyonya yang telah memintaku untuk keluar, Tuan Edward. Tadi setelah aku membukakan pakaian pengantinnya. Sekarang Nyonya sedang berendam di bak air panas."Mengetahui bahwa Rosalia saat ini sedang berada di dalam kamar mandi tanpa mengenakan apapun, wajah Edward sontak merona. Bahkan area bawah pinggangnya, tanpa tahu situasi, langsung berkedut di balik celana yang ia kenakan. Dan, dengan menutup sebagian wajahnya yang terus memanas, ia pun meminta Anne untuk pergi. "Tolong katakan pada Koki untuk memasakkan sesuatu, agar Rosi... Maksudku Bibi bisa makan terlebih dahulu sebelum kami kembali ke rumah sakit." Titahnya.