หน้าหลัก / Romansa / 2nd (second) Destiny / 73. Cerita Yang Sesungguhnya.

แชร์

73. Cerita Yang Sesungguhnya.

ผู้เขียน: Ryu_kirara
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-05-07 20:09:37

“Jika boleh jujur, aku sungguh terkejut dengan perkataanmu. Aku mengira ada alasan lain hingga kau tega menghianati Klanku. Tapi aku seperti mendapat kejutan yang teramat istimewa, ternyata ini ada hubungannya dengan masa lalu, tepatnya hampir 20 tahun yang lalu,” cecar Sammuel yang menyalakan rokok kembali dan menikmatinya sambil bersandar di singgasananya.

Sedangkan Yugov masih diam dengan terisak di tempatnya semula sambil terus mengedarkan pandangan melihat satu persatu cuplikan video yang masih berputar di sekelilingnya, bahkan di lantai yang ia pijakpun masih menyuguhkan beberapa cuplikan video dimana dirinya sedang membunuh dan membantai beberapa orang demi kepentingan pribadi bahkan ketika sudah menjadi anggota Klan Collins Brothers tanpa sepengetahuan Klan.

“Aku memuji kesetiaanmu dan pengorbananmu pada Hargov hingga detik ini, tapi sangat disayangkan, ternyata niat baikmu tak sejalan dengan realita yang ada. Aku tak tahu dan tak pernah tau seberapa jauh hubunganmu dengan men
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

บทที่เกี่ยวข้อง

  • 2nd (second) Destiny   74. Perdebatan Duo Anak Demit.

    “Apa yang kau cemaskan, Kak?” pekik Demian dari arah meja kerjanya ketika melihat Dimitri yang tengah menggigit kuku jempolnya dengan pandangan terus melihat kearah layar monitor yang menampilkan visual CCTV di tempat Sammuel dan Yugov berada. Salah satu tindakan dan kebiasaan Dimitri ketika sedang cemas atau gelisah ketika sedang mengkhawatirkan sesuatu, dan itu hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya saja.“Sudah hampir satu jam mereka disana, dan sudah hampir satu jam pula lukanya belum mendapat penanganan, dia terluka, Dek,” lirih Dimitri yang kemudian menoleh kearah Demian yang juga masih memandang Dimitri dengan tatapan sendu.Demian tersenyum tipis ketika pandangan mereka beradu, “ternyata kau sangat menyayanginya, ternyata hanya mulutmu saja yang kejam tetapi hatimu begitu lembut. Cih, betul kata Ayah Edward, kau sudah ketularan hati Hello Kittynya Ayah Samm, hahaha, wajah saja yang sangar mirip preman tapi ternyata hatinya cibi-cibi mirip Hello Kitty,” pekik Demian sambi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-08
  • 2nd (second) Destiny   75. Misi Penyelamatan.

    Hampir satu jam lebih Sammuel menahan rasa sakit akibat luka tembak dari senjata Yugov, dan hampir selama itu pula darahnya mengalir dari tempat di tubuhnya yang terdapat luka, bahkan memeja putih yang ia kenakan sekarang sudah berbeda warna, sebagian masih berwarna putih dan sebagian lagi sudah berwarna merah darah bahkan ada yang terlihat sudah sedikit mengering di bagian tepinya.Sammuel bisa merasakan kepalanya sedikit pusing indikasi dari dampak ringan oleh luka tembak yang ia terima, itu juga menjadi tolak ukur jika dirinya sudah kehilangan darah hampir 14 persen banyaknya, untung kaliber peluru yang digunakan Yugov termasuk kaliber kecil, andai saja Yugov menggunakan senjata yang di fasilitasi oleh Klan Collins Brothers pasti dampaknya bisa lebih dari yang Sammuel terima saat ini. Karena kaliber peluru yang di fasilitaskan untuk Anggota Klan Collins Brothers memiliki kaliber lebih besar dari pada yang ia terima dari tembakan sejam yang lalu.Mungkin jika Sammuel menerima tembak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-09
  • 2nd (second) Destiny   76. Misi Penyelamatan 2.

    Beberapa mobil ambulans yang berisi beberapa ahli tenaga medis dari Klan Collins Brothers juga ikut serta di belakang mobil yang dinaiki oleh Demian dan Dimitri di sertai puluhan mobil berisi para pengawal dari Klan Collins Brothers juga turut mengikuti di belakang mobil yang dinaiki Demian dan Dimitri.Perlu beberapa waktu untuk mencapai tempat Sammuel berada, karena dermaga paling ujung di pelabuhan yang menjadi basis markas utama Klan Collins Brothers ini merupakan area telarang dan sangat rahasia dan bukan orang sembarangan yang dapat memasukinya.Sesampainya di dermaga paling ujung pelabuhan, sudah banyak pengawal yang berkumpul di depan gedung dan tak seorang pun yang berani masuk sebelum diperintahkan dan mendapat titah oleh para petinggi Klan. Para pengawal hanya berjaga di depan gedung dengan formasi yang sudah dilatihkan oleh Klan. Bahkan tenaga medis khusus yang dibawa oleh Dimitri dan Demian sempat ragu ketika akan memasuki gedung terlarang milik Klan Collins Brothers itu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-09
  • 2nd (second) Destiny   77. Wilson Teritory.

    Wilson segera memberi kabar kepada Edward setelah menerima informasi dari Keiv tentang kondisi Tuannya, Sammuel. Wilson yang saat itu berada di kantor tepatnya di sebelah meja kerja Emily begitu ragu untuk memberitahukan Emily tentang kondisi Sammuel terkini, takutnya Emily akan terkejut dan menjadi sedih mendengar kondisi Sammuel.“Apa yang membuatmu begitu cemas dan gugup?” lirih Emily dari meja kerjanya tanpa menoleh sedikitpun kearah Wilson dan masih sibuk dengan ketukan di keyboard dan memandang layar komputer yang menyala di depannya.Wilson sedikit tersentak sambil mengerutkan keningnya melihat dan mengamati Emily yang sedari tadi tak pernah melihat kearahnya tapi kenapa bisa mengetahui apa yang sedang Wilson pikirkan.“Cepat beri tahu, atau aku akan sangat marah karena melihat wajahmu yang sudah jelek dengan kerutan di keningmu itu!” pekik Emily yang langsung menghentikan ketukan jarinya dan langsung menoleh kearah Wilson.“Tuan, Samm. Tuan Sammuel sekarang kritis di Rumah sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-10
  • 2nd (second) Destiny   78. Berdebat Lagi.

    “Kakak!” pekik Emily yang baru saja tiba diruang tempat Sammuel dirawat yang kemudian memeluk erat tubuh Sammuel sambil bergelayut manja di tubuh Sammuel yang sedang terbaring di brankar.Sammuel mengerutkan keningnya melihat sikap manja Emily dan Sammuel mencoba berusaha membaca situasi yang sebenarnya terjadi, sangat menonjol dan terlihat aneh sekali, tidak biasanya Emily begitu manja begini kepada Sammuel. Bahkan ketika ada seseorang selain dirinya dan Edward, apalagi sekarang ini ada Wilson di ruangan tempat Sammuel dirawat. Sungguh memang ada sesuatu yang patut di curigai.Melihat Emily yang manja terhadapnya, Sammuel hanya mengulas senyum tipis yang tak kentara di wajahnya, seakan dia paham dan tahu apa yang dimaksud dengan perubahan sikap Emily. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan Emily, atau ada permainan peran yang hendak di mainkan oleh Emily dengannya.Sammuel menoleh sekilas kearah Edward yang sedang tersenyum tipis padanya sambil menganggukkan kepala pelan tanda Edwa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-11
  • 2nd (second) Destiny   79. Kesalnya Sammuel.

    Sammuel menghela napas panjang, entah mengapa badannya terasa payah dan begitu lelah, di sudut lain sudah ada Edward yang sedang berkencan dengan telepon genggamnya, siapa lagi kalau bukan kekasih dan tunangannya yang sedang Edward hubungi, membuat Sammuel semakin muak dibuatnya. Lagaknya seperti ABG saja Kakaknya itu, belum sehari berpisah dengan kekasihnya dan baru beberapa jam saja menunggunya sudah hampir selusin dia menelepon kekasihnya hanya untuk menanyakan sesuatu yang begitu sepele, yang lagi dimanalah? Sedang apalah? Sudah makankah? Sungguh sangat cerewet dan berisik sekali! Sedangkan disudut lain sudah ada dua sejoli yang sedari tadi tidak ada suara pun dan tak ada percakapan sama sekali, tapi justru membuat Sammuel semakin muak dan sebal dibuatnya, dari tadi Wilson dan Emily hanya saling lempar senyuman dan saling mencuri pandang, membuat Sammuel menghela napas untuk kesekian kalinya. Entah mimpi apa dia semalam, bisa-bisanya sekarang di dipertemukan dengan situasi yang s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-12
  • 2nd (second) Destiny   80. Hilang Kendali.

    Edward sedari tadi mengamati raut wajah dari kekasihnya, hingga detik ini ia masih menerka dan menebak isi hati dan apa yang sedang Risha pikirkan.“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” Lirih Edward sambil mengeratkan rangkulannya di pinggang Risha yang sedang duduk di sampingnya, sudah sepanjang perjalanan menuju mansion, Edward masih begitu penasaran dengan sikap diam Risha, bahkan di dalam mobil yang di kemudikan Jack pun tak ada suara yang keluar dari mulut gadis manis berdarah Jawa itu. “Katakanlah, jangan membuatku tersiksa dengan diammu,” lirih Edward yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya sambil menghujani beberapa kecupan basah yang sudah menjadi kebiasaan Edward yang tak bisa dilepaskan ketika berdekatan dengan Risha.“Tak ada, aku hanya sedang malas saja,” jawab asal Risha, walaupun di dalam hati dan benaknya sudah banyak pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan langsung kepada Edward.“Malas? Apakah itu menyangkut diriku?” tanya Edward seakan tak terima dan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-13
  • 2nd (second) Destiny   81. Menggoda.

    Risha mengejapkan mata berusaha membuka mata, memindai sekeliling ruangan yang tenyata adalah kamarnya sendiri di Mansion Edward. Risha juga merasakan badannya begitu kaku dan berat untuk di gerakkan, ternyata dia masih bergelung selimut halus berwarna abu-abu muda, dia berusaha mengingat kejadian kenapa ada selimut asing yang tengah melilit tubuhnya, akhirnya potongan demi potongan ingatan sudah singgah didalam benaknya.Seketika dia berdiri sambil tetap membawa selimut yang membungkus dirinya kearah walking closet yang berada di sebelah kamar mandi, betapa terkejutnya Risha kala mendapati baju kemeja warna pastel yang di kenakan sudah terbuka beberapa kancing atasnya serta sudah terpampang jelas baju dalam yang ia kenakan untuk menutup aset terpentingnya, benda berenda berwarna merah maroon itu memang terlihat begitu menggoda, serta sangat pas dan sangat sempurna di tubuh mungilnya, makanya Edward begitu bergairah melihatnya kematin. Mungkin benda berenda itu juga berperan penting i

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-05-14

บทล่าสุด

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

  • 2nd (second) Destiny   153. Tak Ada Yang Beres.

    “Lebih baik, aku bawa dia ke Markas saja, di sana peralatan dan perlengkapan medisnya lebih mumpuni ketimbang di rawat di sini. Lagian aku juga bisa memantaunya sepanjang hari jika aksesnya nanti tak terkendali jarak dan juga lebih efisien menurutku,” ucap Sammuel yang mengembalikan penlight milik Axelo yang di angguki oleh Axelo dan Dorothea hampir bersamaan. “Terserah padamu, Samm. Keputusan mutlak ada padamu, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Untuk kedepannya memang hanya kamulah yang bisa menjaganya,” jawab Axelo yang membuat Sammuel mengerutkan keningnya, kala mendengar ucapan Axelo yang membuat Sammuel berpikir atas jawaban dari pertanyaan abigu dari Axelo. “Baiklah, aku akan mempersiapkan persiapan untuk perpindahan Risha. Tapi apa ada yang sedang mengganggumu, Samm?” lirih Dorothea yang membuat Sammuel langsung menoleh ke arah Dorothea yang sedang berada di samping Axelo. “Entahlah, aku sedang tak bisa berpikir panjang untuk sekarang ini,” ja

  • 2nd (second) Destiny   152. Sudah Terjadi.

    Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan

  • 2nd (second) Destiny   151. Jalan Pintas.

    “Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di

DMCA.com Protection Status