Share

7.

Penulis: Zoya Dmitrovka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 14:37:37

"Kenapa kamu menyusahkan aku sih, Ron!"

Sekarang, Aldebaran sudah berada di apartemen Ron Dinata. Dia baru saja selesai mandi. Dia masih mengingat kejadian memalukan tadi di klub malam Jenja.

Ron mabuk parah di sana. Dia terus meracau. Dengan susah payah, Aldebaran berhasil membawa Ron pergi dari tempat terkutuk itu.

Aldebaran menyetir mobil sport milik Ron. Dia juga membersihkan cairan yang keluar dari mulut Ron. Sungguh menjijikan! Tapi, Aldebaran tidak memiliki pilihan lain.

Aldebaran menatap Ron yang sudah tertidur di ranjang. Setelah mengganti pakaian, dia bergegas pergi tidur.

Aldebaran mendesah panjang. "Hemm!"

Malam panjang yang melelahkan. Aldebaran merasa, tubuhnya membutuhkan istirahat.

Aldebaran merebahkan tubuhnya di sofa. Saat hendak memejamkan mata, ponselnya bergetar. Aldebaran membaca pesan yang masuk dengan cepat dan teliti. Lalu, dia bersiap-siap untuk pergi.

Dalam sekejap, Aldebaran sudah berada di lobi apartemen. Ini adalah kehidupan barunya sebagai seorang sniper bayaran. Dia menjadi bersemangat.

Aldebaran memanggil taksi. "Bandar Udara Pondok Cabe, Pak."

Aldebaran memberitahu tujuannya kepada sopir taksi.

"Ya, Mas."

Taksi yang Aldebaran tumpangi berjalan bebas di jalan raya yang masih sepi. Diperkirakan hanya membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai di tempat tujuan.

"Bandar udara Pondok Cabe bukan bandar udara yang melayani penerbangan sipil, Mas," ujar sopir taksi. "Karena selama ini, cuma jadi pangkalan militer angkatan udara aja," tambahnya sambil fokus menyetir.

"Kok Bapak tau?" tanya Aldebaran.

Sopir menjawab, "Kebetulan saya tinggal di Pondok Cabe, Mas. Tepatnya, di Jalan talas 1 persis di belakang bandar udara."

Aldebaran angguk-angguk. "Pantesan aja Bapak paham betul."

Aldebaran mengetik pesan untuk Ron.

Aldebaran: Ron, aku pergi untuk misi pertama.

Kemudian, Aldebaran menyimpan ponselnya kembali.

Tidak lama, taksi sudah memasuki kawasan Pondok Cabe. Sopir membelokkan taksi ke kanan.

"Saya harus berhenti di mana, Mas?" tanya sopir taksi.

Aldebaran terkejut. Dia sampai di lokasi lebih awal daripada waktu yang disepakati. Dia melihat-lihat daerah di sekitar yang begitu asing baginya.

Kemudian, Aldebaran memutuskan untuk menunggu di tempat yang sudah ditentukan.

"Masuk aja terus, Pak!" pinta Aldebaran.

"Hah?" Sopir terkejut. "Maksudnya ke dalam sana?"

Sopir taksi menunjuk pos penjagaan pangkalan militer angkatan udara. Pos penjagaan itu bertuliskan Selamat Datang di Bandar Udara Pelita Air Service Pondok Cabe.

Melihat raut wajah sopir yang bingung, Aldebaran bertanya, "Iya. Memangnya kenapa, Pak? Apa ada yang salah?"

"Mas, orang luar nggak bisa masuk sembarangan ke tempat ini." Sopir berusaha menjelaskan.

"Tenang aja, Pak! Saya nggak akan mempersulit Bapak."

Setelah mendengar Aldebaran menjawab dengan yakin, sopir langsung melajukan taksi ke arah pos penjagaan.

Seorang penjaga langsung menghadang. Dia mengetuk kaca mobil.

"Selamat malam menjelang pagi, Pak!" sapa penjaga. "Anda mau ke mana?"

Sopir panik. Dia berusaha menjawab pertanyaan penjaga dengan benar.

"Saーsaya ingin mengantar penumpang, Pak," jawab sopir dengan terbata.

Penjaga itu langsung menatap Aldebaran yang duduk di kursi penumpang.

Penjaga mencurigainya. Dia bertanya, "Siapa kamu? Apa keperluan kamu datang sepagi ini ke sini?"

Aldebaran menurunkan kaca mobil. "Saya ada janji jam 04.00 pagi di sini," jawabnya ketus.

"Janji?! Janji sama siapa?! Jangan bercanda, Anak Muda!"

Aldebaran tidak berminat untuk berdebat dengannya. Dia segera mengambil ponsel dan memperlihatkan bukti percakapan dengan seseorang yang memintanya datang.

"Saya ada janji sama Pak Ilyas Ardinata," kata Aldebaran, tegas.

Si penjaga tercengang. Dia sudah melihat bukti percakapan tersebut. Namun, dia tetap tidak mempercayai Aldebaran. Maka, dia memanggil kedua temannya.

"Bambang! Aldi!" teriak si penjaga. "Cepetan ke sini!"

Kedua temannya saling pandang, lalu berlari menghampiri taksi.

"Kenapa, Ryan?" tanya Aldi yang memiliki mata sipit.

"Dia tamu komandan," jawab penjaga bernama Ryan.

Aldi menatap Aldebaran. "Terus, kenapa nggak disuruh masuk? Komandan nggak suka menunggu lama."

"Tapi, aku nggak yakin. Karena dia kelihatan masih muda." Ryan rupanya mencurigai Aldebaran.

"Itu bukan alasan," bantah Bambang. "Periksa aja kartu identitasnya!"

Mendengar hal itu Aldebaran langsung mengeluarkan kartu identitas dan menunjukkannya kepada mereka.

Para penjaga pos tercengang. Mereka membaca kartu identitas Aldebaran dengan teliti.

Aldebaran emosi. "Jadi, gimana? Saya pasti telat karena kalian menahan saya di sini."

Bambang mengambil alih. "Silakan masuk! Komandan kami ada di dalam. Sebaiknya Anda turun di sini! Saya akan antar Anda."

***

Jarak dari pos penjaga ke kantor komandan cukup jauh. Bambang menghentikan motornya tepat di depan bangunan kecil berwarna biru navy.

Sepanjang perjalanan, Bambang tidak mengajak Aldebaran berbicara. Karena dia menganggap tamu komandannya adalah orang penting. Maka, dia menghormatinya.

"Kita udah sampai di kantor Komandan."

Aldebaran turun dari motor. Seorang penjaga menghampiri mereka.

"Silakan keluarkan kartu tanda pengenal Anda!" pinta Bambang.

"Apa kalian serius melakukan ini?" tanya Aldebaran, tidak suka.

Aldebaran keberatan jika dirinya harus diperiksa, apalagi sampai menunjukkan kartu identitas.

Petugas itu berkata, "Kami cuma menjalankan tugas aja. Tolong jangan mempersulit kami!"

Bambang mengambil alih situasi. "Prosedur ini biasa dilakukan kepada semua tamu yang datang ke sini, tanpa terkecuali."

Aldebaran menghela napas kasar. "Bisa nggak kalian panggil aja Komandan ke sini?"

Aldebaran tetap pada pendiriannya. Karena tidak ada yang merespon, Aldebaran mengeluarkan ponsel hendak menghubungi sang komandan.

Namun belum sempat mencari kontak Ilyas, datang 4 orang dari dalam kantor menuju ke arah Aldebaran.

"Itu Komandan!" seru Bambang.

"Selamat datang Tuan King!" sambut pria berusia 40 tahun.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
hey para petugas,,,kalian bakalan nyesel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    8.

    "Sistem keamanan di sini sangat luar biasa." Aldebaran memuji dengan nada tinggi. Seketika itu juga, semua orang saling pandang. Bagi mereka, orang asing yang baru datang ini sangat lancang. Karena menurut mereka, Aldebaran baru saja menyindir pangkalan militer angkatan udara.Ilyas menatap Aldebaran. Lalu, dia menatap anak buahnya. Ilyas bertanya, "Apa anak buah saya sudah menyinggung Anda, Tuan King?"Ilyas berjalan masuk ke bangunan kecil disusul oleh Aldebaran dan 3 orang di belakangnya."Lain kali, saya mau Anda yang datang langsung ke tempat penjemputan," kata Aldebaran, tegas. "Tapi, semoga aja nggak ada lain kali."Jiwa menyombongkan diri Aldebaran muncul. Hal itu, tentu saja meresahkan Ilyas dan semua orang yang bersamanya. "Eh, anak muda!" tegur pria berbadan gemuk. Dia berjalan di belakang Aldebaran dan Ilyas. "Sombong banget kamu!"Tidak ingin timbul masalah, Ilyas segera memberikan isyarat pada pria gemuk. "Tolong jangan diambil hati, Tuan King!" pinta Ilyas dengan re

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    9.

    "Iya. Dia adalah orang yang sangat berpengaruh di negaranya."Agam menjawab pertanyaan Aldebaran. Dia menatap Ilyas, lalu menatap Aldebaran. "Perlu digarisbawahi! Dia bukanlah orang sembarangan. Dia juga sempat meragukan kamu, Anak Muda! Jadi, misi pertama ini jangan sampai gagal!"Tanpa berpikir panjang, Aldebaran menjawab, "Anda tenang aja, Pak Agam! Saya akan lakukan yang terbaik."Agam mengubah posisi duduknya. Dia kembali memandang ke arah depan. "Matahari udah muncul. Tapi, kegilaan bocah ini seakan nggak ada habisnya," kata Agam, ketus. "Cobalah bekerja sama dengannya!" saran Ilyas sambil melihat kaca spion mobil. Agam tertawa. "Saya mau lihat cara kerjanya dulu. Setelah itu, saya baru akan mengakuinya. Itupun ... kalo memang sesuai dengan kriteria saya."Aldebaran ingin membalas perkataan Agam. Namun, Ilyas sudah menghentikan mobil. Aldebaran melihat setidaknya ada lima orang berpakaian jas hitam dengan potongan rambut yang sama. "Ayo!" ajak Ilyas. Sekelompok orang ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    10.

    "Tuan King!"Louis memanggil Aldebaran. Dia adalah tangan kanan Raj yang akan membantu misi Aldebaran.Pesawat jet pribadi Chua Henry Yuan mendarat di bandar udara pribadinya sekitar satu jam lalu. Sekarang, Aldebaran telah berada di dalam mobil bersama Louis. Sedangkan kedua kliennya menunggu Aldebaran di rumah pribadi Chua. Atas perintah Chua, Raj mentransfer uang muka yang telah mereka sepakati ke rekening pribadi Aldebaran. Sisanya akan ditransfer kemudian setelah misi selesai. Aldebaran duduk santai di samping Louis. "Ya?"Louis memberikan senjata kepada Aldebaran. "Sesuai dengan arahan informan, target berada di dalam mobil mewah berwarna silver. Dipastikan itu adalah kendaraan satu-satunya yang akan melewati jalan ini menuju ke Bishan."Seorang informan berkata bahwa komandan angkatan darat yang akan menjadi target Aldebaran sedang dalam perjalanan ke lokasi pelatihan militer di Bishan, region tengah wilayah negara Singapura. "Sepanjang jalan ini sudah kami sterilkan," kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    11.

    "Hah?! Apa ini? Tiketku di mana?!"Aldebaran telah sampai di bandar udara internasional Changi. Sambil berjalan menuju pemeriksaan imigrasi, dia mencari tiketnya.Aldebaran mengambil secarik kertas biru yang terselip di paspor."Queensland, Australia?"Aldebaran langsung membacanya. Tidak lama kemudian, ponselnya bergetar. Aldebaran ragu-ragu sejenak saat melihat nomor asing di layar handphone. Namun, dia tetap menerima panggilan telepon masuk dari nomor tidak dikenal."Ya?""Kok lama banget angkat teleponnya?"Aldebaran mengerutkan kening. Dia sepertinya mengenal suara lawan bicaranya. "Anda siapa?" tanya Aldebaran."Selamat atas keberhasilan misi pertama, Tuan King. Aku ini broker kamu."Aldebaran menghela napas. "Pak Agam?"Aldebaran duduk di kursi yang tersedia. Dia memperhatikan area di sekitarnya. "Kenapa, Pak?" tanya Aldebaran lagi.Agam bertanya, "Kamu udah lihat tujuan selanjutnya?" "Queensland, Australia? Apa ini perintah kamu, Pak Agam?" "Hahahaha!" Agam tertawa. "Buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    12.

    "Kayaknya aku harus jalin kerja sama dengan Tuan King,' pikir Louis. 'Sesuai dengan perkataan Tuan Raj, pria sombong ini punya banyak pengetahuan.'Louis semakin penasaran dengan Aldebaran. "Terus, apa lagi kamu ketahui tentang tempat itu?" "Nggak ada." Aldebaran tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.'Cih! Kamu pikir aku bodoh?!' Aldebaran mencemooh Louis di dalam hati. 'Apapun yang aku tau, aku nggak akan ngasih tau ke orang lain.'Louis meletakkan selembar foto di atas meja. "Target kamu sekarang Komandan Angkatan Udara Singapura."Aldebaran mengambil foto dan mendengus dingin. Itu adalah foto ketiga komandan.Aldebaran memperhatikan satu persatu wajah pria berpakaian dinas lengkap. "Singapura punya 3 Komandan Angkatan Udara. Apa ketiganya adalah targetku?"Louis tertawa lagi. "Hahahaha! Apa kamu tau, siapa aja mereka?"Aldebaran tersenyum tipis. "Ya, udah pasti aku kenal mereka. Siapa yang nggak kenal orang-orang sehebat mereka?!"Louis menyandarkan tubuhnya. "Target kamu Gerald Lim

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    13.

    "Aarrggghhh!"Aldebaran berteriak pilu. Keningnya dipenuhi dengan peluh. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu di ruang tidur."Tuan King, kenapa kamu berteriak?" Louis datang bersama 4 orang anak buahnya. Dia mengetuk pintu ruang tidur berulang kali. Dia panik dan wajahnya memucat. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Aldebaran. Melanie yang berdiri di sebelah Louis berteriak, "Tuan King, cepat buku pintunya!" Louis menoleh ke salah satu awak kabin. "Ada kunci cadangannya, nggak? Kalo nggak ada, buka paksa pintunya!" perintah Louis. "Baik."Awak kabin segera mencoba membuka pintu. Tidak lama, pintu pun terbuka. Louis masuk. Suasana gelap langsung terasa. Louis tidak melihat Aldebaran. "Nyalakan lampu!" Begitu lampu menyala, Louis dan anak buahnya melihat Aldebaran tertidur dengan bertelanjang dada. Wajahnya dipenuhi keringat. Tapi, hal yang menjadi pusat perhatian bukan tubuh gagah Aldebaran, melainkan gelang cantik yang digenggam tangan kanannya.Louis menghampi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    14.

    "Tuan King, aku mau pastiin satu kali lagi."Louis mengamati gerak-gerik Aldebaran yang terlihat sangat tenang. Dalam 20 menit ke depan, pesawat akan mendarat di bandar udara internasional Cairns Queensland, Australia. Aldebaran sudah memasang sabuk pengaman. Begitu juga dengan Louis. Aldebaran mengamati jam tangannya. "Kenapa?" "Kamu yakin beneran kenal target?"Aldebaran menatap Louis sinis. "Iya. Aku kenal semua Komandan angkatan udara Singapura dengan baik."Aldebaran tidak pernah peduli dengan pandangan orang lain tentangnya. Karena sejak pertikaiannya dengan Banu, dia lebih mempercayai dirinya sendiri. "Tapi, di mana kamu kenal mereka?" tanya Louse, berharap Aldebaran ingin memberitahukannya. "Edzard Chang; pria dingin berkepala botak tanpa jari manis dan jari kelingking tangan kiri. Dia punya luka bakar di lengan kiri. Gara-gara main rotor dan drive shave helikopter yang dikendalikannya nggak berfungsi dengan baik saat percobaan helikopter baru di Townsville."Aldebaran mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    15.

    "Aku jamin, itu pasti aman."Peter menatap Aldebaran sungguh-sungguh. Dia sudah lama berada di sisi Gerald, jadi dia pasti tahu kebiasaannya. Karena melihat Aldebaran tidak bereaksi, Peter menambahkan, "Tenang aja, Tuan King! Mr. Gerald selalu duduk di sisi pilot.""Oke," sahut Aldebaran. Dia mengganti pakaian. Tidak lama kemudian, Aldebaran sudah mengenakan seragam pilot berwarna hijau tentara lengkap dengan topinya. "Ada masker nggak, Tuan Peter?" tanya Aldebaran. "Karena aku selalu pakai masker saat jadi pilot.""Aku akan suruh Ben pergi ke minimarket untuk beli masker." Kemudian, Peter memanggil seseorang. "Ben, cepet ke sini!"Seorang pria berkebangsaan Afrika datang dengan wajah sumringah. "Ya, Tuan Peter?""Ben, pergilah ke minimarket sekarang! Beli masker untuk Tuan King," kata Peter, memberikan perintah. "Baik." Saat Ben hendak melangkah, Peter menghentikannya."Tunggu, Ben!" teriak Peter. "Kenalin, dia Tuan Kingーtamu kita."Ben menatap Aldebaran. "Hai, Tuan King. Aku B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    44.

    Deretan mobil mewah memenuhi showroom yang masih berlokasi di kawasan jalan haji Nawi 1 Jakarta Selatan. Aldebaran melihat satu persatu koleksi mobil mewah keluaran terbaru ditemani oleh Shania. "Silakan dilihat-lihat dulu, Mas!" seru pria berdasi yang berdiri di samping Aldebaran. "Ya," sahut Aldebaran. Lalu, dia berpaling pada Shania. "Apa mobil yang ini cocok buatku?" Aldebaran menunjuk satu mobil sport dua pintu buatan Jerman dengan logo biru putih yang melingkar. Mobil pilihan Aldebaran berwarna merah. Shania terkesiap mendengar pertanyaan Aldebaran. Pasalnya, dia juga memiliki satu mobil yang sama di garasi rumahnya. "Aーaku ...." Pria berdasi berkata, "Tuan, mobil ini adalah unit ke-4 dan baru aja tiba pagi tadi."Aldebaran mengernyit. "Maksudnya?" "Maksud saya adalah mobil ini hanya ada 7 unit di dunia, termasuk 4 unit di Indonesia." Pria berdasi menjelaskan dengan sabar. Aldebaran bertanya, "Siapa aja yang memilikinya di Indonesia?" "Dua diantaranya dimiliki oleh ....

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    43.

    "Silakan, Tuan Kells!" Shania mempersilakan. Setelah selesai makan, Shania mengajak Aldebaran ke pameran apartemen. "Ini adalah apartemen tipe A yaitu tipe studio."Aldebaran memperhatikan beberapa contoh apartemen yang diperlihatkan Shania. Seorang wanita gemuk dengan rambut dicepol dan make up tebal menghampiri Shania. Dia adalah Dara, atasan Shania. "Shania!" panggil Dara, ketus. Shania menoleh. "Ya, Bu?" "Cepet ke sini!" perintah Dara. Shania berkata, "Tuan, silakan lihat-lihat dulu! Saya akan kembali sebentar lagi."Aldebaran mengangguk. Sania pergi menghampiri Dara ke sudut. Dia melihat wajah masam Dara. Dara bertolak pinggang. "Kenapa kamu bawa calon pembeli kayak dia?""Maksudnya Ibu?" Dara menghela napas. Dia menunjuk Aldebaran. "Lihat aja penampilannya!"Shania akhirnya mengerti. "Bu, kita nggak bisa nilai seseorang dari penampilan luar aja. Karena banyak orang kaya yang hidup sederhana. Jadi, jangan sampai kita tertipu dengan penampilannya, Bu!""Halah, kamu tau ap

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    42.

    "Oh, Leo!" seru Amanda dengan santai. "Kamu tau apa tentang keluargaku, hah?!" Karena tinggi Amanda tidak sepadan dengan Aldebaran, dia berjinjit mengulurkan tangan. Amanda meraih topi Aldebaran. "Hei, jangan lancang!" tegur Aldebaran. Namun, terlambat! Amanda dengan mudahnya melepaskan topi Aldebaran. Sekarang, Amanda sudah mengenali sosok pria yang berdiri di hadapannya. "Aku udah tau, kalo itu kamu." Amanda menunjuk Aldebaran. "Kamu mau ngapain ke sini? Ini apartemen orang-orang kaya." Mata Amanda menatap Aldebaran lekat-lekat. Kemudian, muncul ekspresi yang tidak biasa. "Oh, aku tau. Kamu pasti kerja jadi tukang bersih-bersih di sini, kan?" Aldebaran menghela napas. Dia tidak ingin ambil pusing dengan pernyataan Amanda yang menghinanya. "Sini topiku!" pinta Aldebaran. Amanda mengabaikan Aldebaran. Dia justru semakin mendekatinya. "Kenapa kamu nggak jawab aku?" tanya Amanda. Melihat Aldebaran hanya terdiam, Amanda semakin penasaran dibuatnya. "Kamu ke mana aja?

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    41.

    "Aku nggak ingat, Pa," sahut Zoya. "Karena saat itu, aku ketakutan."Sultan tidak puas dengan jawaban anaknya. Maka, dia bertanya lagi. "Terus, apa yang dia lakuin sama kamu?"Zoya mencoba mengingat-ingat. "Dia menggandeng tanganku dan ajak aku lari dari sana. Tapi tiba-tiba, aku pingsan. Saat terbangun, aku udah di sini.""Sayang sekali, Zoya," kata Sultan. "Papa akan cari tau laki-laki itu dan mengucapkan terima kasih.""Jangan lupa kasih tau aku, Pa!"Sultan mengangguk. "Apa dia masih muda?""Iya. Kenapa, Pa?" Zoya merasa ayahnya ini sedang merencanakan sesuatu untuk si pria. "Kalo dia masih muda, Papa akan mempekerjakan dia sebagai bodyguard kamu," kata Sultan. "Kamu setuju, nggak? Karena kamu butuh bodyguard, Zoya."Jantung Aldebaran kembali berdebar mendengarnya. Dia ingin tahu respon Zoya. "Nggak tau, Pa," jawab Zoya, ragu. Aldebaran kecewa mendengarnya. Dia akan mencari cara agar bisa berada di dekat Zoya. Dia ingin memastikan keamanan Zoya sekaligus menebus rasa bersalah

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    40.

    "Apa?! Jadi, dia menyaksikan Kakaknya tertembak? Kasihan sekali dia! Pantas saja tubuhnya bergetar."Dokter berkata apa adanya. Dokter dan Aldebaran sama-sama menatap Zoya yang terbaring lemah menutup matanya. "Lalu, bagaimana kondisinya?" tanya Aldebaran. Dokter berkata, "Saya sudah memberikan obat penenang. Dia akan tertidur. Saya harap, orang-orang terdekatnya bisa menjaga dia dengan baik.""Terima kasih, Dok," ucap Aldebaran. "Orang tuanya akan datang sebentar lagi. Bisakah Anda menolong saya?""Apa yang bisa saya bantu?" tanya Dokter. "Saya sedang mengejar pesawat yang akan berangkat 2 jam lagi. Tolong jaga Nona ini sampai orang tuanya datang!"Dokter tersenyum. "Jangan khawatir! Suster akan menjaganya."Aldebaran lega. Dia menyerahkan ponsel Zoya kepada dokter, lalu bergegas pergi.Aldebaran keluar dari ruang IGD. Dia berjalan menuju taman rumah sakit. Dia tidak pergi dari sana, tetapi mencari tempat aman untuk memastikan keluarga Alexander datang. "Tempat yang bagus untuk i

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    39.

    Tap! Tap! Tap!Aldebaran dan Zoya berlari semakin cepat. Sesekali Aldebaran melirik Zoya. 'Dia cantik banget. Pantes aja Leo sangat melindunginya,' pikir Aldebaran. "Tunggu!" Zoya berhenti berlari. Dia memegangi jantungnya dan mencoba mengatur napas. Wajahnya kian memucat. Aldebaran melepaskan tangan Zoya. "Kenapa, Nona?""Siapa kamu? Kok kamu kenal aku? Terus, gimana kamu bisa tau aku dalam bahaya?"Zoya bertanya dengan penasaran. Dia menunggu respon Aldebaran. "Sekarang bukan saat yang tepat untuk bertanya," jawab Aldebaran. "Kamu orang Indonesia, kan? Tapi, aku nggak yakin kamu bukan orang yang jahat." Zoya tetap bersikeras. Dia menjadi ragu-ragu. Kening Zoya berkerut. "Terus, gimana sama Kak Leo?""Aku akan jelasin nanti. Kamu tenang aja! Ada tenaga medis dan pihak kepolisian yang akan mengurus Kakak kamu," jawab Aldebaran, cepat. "Ayo Nona! Kita harus pergi dan bersembunyi!" ajak Aldebaran. Zoya tidak menjawab apa-apa. Dia hanya menatap Aldebaran dalam diam. Saat Aldeb

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    38.

    "Apa yang harus aku lakuin sekarang?"Aldebaran sangat terkejut. Ternyata, adik perempuan Leonard adalah Zoya yang selama ini dicarinya. Aldebaran masih tidak menyangka bahwa ternyata selama ini dia sangat dekat dengan Zoya. "Situasi macam apa ini?!" gerutu Aldebaran. "Apa ini termasuk takdir? Kayaknya kali ini aku butuh keberuntungan."Tidak disangka, Zoya yang tidak dikenalnya dengan baik berhasil mengubah prinsip Aldebaran. Semula, dia tidak percaya dengan keberuntungan. Tapi sekarang, dia justru mengharapkan Dewi Fortuna memihaknya.Smartwatch Aldebaran menyala. "Shit!" Dia membuka pesan masuk dari Ezra.Pengirim: Apa yang kamu tunggu?! Cepat bidik Target sekarang!Aldebaran menyesali takdirnya. Seandainya dia bisa memutar kembali waktu. Mungkin saja hal ini tidak terjadi. "Maafin aku, Zoya ...."Dor!Aldebaran melepaskan amunisi ke arah target dalam satu kali bidikan. Alhasil, amunisi itu mengenai kepala Leonard. Detik itu juga, Leonard tersungkur ke aspal.Tapi, tunggu! Apa i

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    37.

    "Setelah misi selesai, kamu punya waktu 24 jam untuk keluar dari negara ini. Tim evakuasi akan membantu kamu."Si pria gemuk menjelaskan. Aldebaran mendengarkannya dengan seksama. "Aku tau. Lalu, bagaimana dengan senjata yang akan aku gunakan?" Bagaimana pun juga, Aldebaran harus melihat senjata yang akan digunakannya sebelum melakukan misi."Kamu akan melihatnya saat kita sampai di sana," jawab pria berjas. Aldebaran tidak bertanya lagi. Sebab, dia sudah paham aturan main di dunia sniper bayaran.Akhirnya, mobil yang ditumpangi Aldebaran berhenti di lobi gedung pencakar langit Menara Mercury City. "Ayo, Tuan King!" seru pria berjas. Sedangkan pria gemuk berjalan di belakang mereka.Pria berjas berkata, "Kamu harus habisi target dalam satu kali bidikan.""Jangan khawatir! Aku belum pernah gagal menjalankan misi," sahut Aldebaran, sedikit menyombongkan diri. Pria berjas tersenyum dengan wajah yang datar. "Aku percaya," katanya. "Kamu percaya? Kenapa?" Aldebaran merasa ada yang an

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    36.

    Aldebaran menatap Pak Tua dalam-dalam. Dia menunggu Pak Tua menyelesaikan bicaranya. Sorot mata Pak Tua tajam. "Aku adalah kaki tangan Tuan Gale dan Tuan Ezra."Lagi-lagi, Aldebaran mendapatkan kejutan. Dia tidak menyangka Gale dan Ezra memiliki banyak orang suruhan di Rusia. Sebenarnya, siapa mereka? Seberapa berkuasanya Gale dan Ezra di negara ini? Lalu, apa hubungan keduanya dengan keluarga Alexander?Aldebaran bertanya, "Siapa nama kamu?" "Anouska." Aldebaran mengerutkan alis. "Bukannya itu nama perempuan Rusia?"Anouska mengangguk. "Ya. Ada kisah sedih di baliknya.""Oke."Anouska bukankah nama asli si pria tua. Lalu, apa maksudnya dia menggunakan nama itu? Namun, Aldebaran tidak tertarik. Dia berbalik dan pergi.Tidak lama, Aldebaran masuk ke sebuah restoran. Ini adalah restoran yang menjual bubur kasha paling terkenal di sepanjang jalan menuju apartemen. "Halo, Tuan!" sapa penjual dengan bahasa Rusia yang sopan. "Berapa banyak bubur yang ingin kamu pesan?""Hanya dua," jawa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status