Home / Fantasi / 150 Days My Angel / Aku Bukan Hantu!

Share

Aku Bukan Hantu!

Author: matcharainbow
last update Last Updated: 2023-03-09 16:59:42

Si malaikat cantik yang duduk di jok motor belakang, melongo sendiri karena Langit tidak membawa dirinya ke sebuah rumah. Melainkan ke tempat yang sangat ramai. Di penuhi dengan manusia yang masing-masing menenteng kantong kresek di genggaman mereka. Tempat apa ini?

"Entah kenapa, gue kesel liat lo nebeng di motor gue. Padahal lo 'kan hantu, bisa terbang. Pelit banget sama kekuatan," gerutu Langit sambil melepas helm-nya.

Malaikat cantik itu berdecak. Cowok di depannya ini tidak tahu saja. Ia banyak kekuatan, tapi tidak bisa ia gunakan karena kata sang senior, di dunia tidak ada yang instan. Tidak mungkin kan ia berjalan kaki?

"Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"

Langit mengibaskan tangannya tidak peduli, "Iya-iya. Udah turun. Gue mau belanja."

Malaikat cantik itu menampilkan ekspresi bingungnya, "Ini tempat apa?"

Langit memutar kedua bola matanya. Selain nyusahin, ternyata makhluk astral di depannya ini juga kudet.

"Ini namanya supermarket. Cepetan, ntar keburu bokap nyokap gue datang." Langit lebih dulu melangkah. Sedangkan si malaikat cantik, bukannya turun dan menyusul, ia justru semakin dibuat bingung.

"Nyokap bokap itu apa?"

Langit yang mendengar itu, mengerang frustasi. Ia melangkah besar menghampiri makhluk itu yang masih setia duduk di atas motor miliknya.

"Banyak tanya lo. Cepetan!" Langit langsung menarik lengan makhluk itu masuk ke dalam supermarket. Tidak peduli ada beberapa orang yang melihat tingkah anehnya. Berbicara sendiri. Itu yang orang lain lihat tentang Langit sekarang ini.

"Ini namanya apa?" Malaikat cantik bertanya saat Langit mengambil alat dorong yang terbuat dari besi.

"Ini namanya troli. Catet, ya. Biar nggak lupa."

Malaikat cantik itu mengangguk-anggukan kepalanya. Ia mengekori Langit yang dengan lincah ke sana ke mari memilih belanjaan. Hingga akhirnya, ia berhenti di salah satu rak yang berjejeran aneka lolipop. Warna-warna itu sangat menarik perhatiannya. Malaikat cantik itu mengambilnya, dan tersenyum senang.

"Langit!"

Langit yang sudah berada jauh darinya, menoleh. Bukannya terfokus kepada makhluk astral, Langit justru fokus ke arah anak kecil yang sudah menahan tangisnya. Menatap lolipop yang menjunjung tinggi digenggaman makhluk tak kasat mata itu.

"MAMA, LOLIPOPNYA TERBANG!"

Malaikat cantik itu kaget. Menoleh ke samping dan melihat seorang anak kecil berlari ketakutan menjauhinya. Langit yang melihat itu pun, langsung berlari. Mengambil lolipop itu yang masih menjunjung tinggi ditangan si makhluk astral.

"Ya Allah, gue mau ngakak. Tapi juga kesel sama lo." Rasanya, Langit ingin menangis sekarang juga. Entah dapat sial darimana, ia harus bertemu makhluk ini.

"Dia kenapa? Dan salahku apa?" tanyanya begitu polos.

Langit menggeleng. Memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Belum genap sehari, makhluk astral ini sudah mengaduk-aduk kepalanya.

"Udah. Lo nggak perlu ambil-ambil barang. Takutnya supermarket ini terancam bangkrut karena ulah lo yang buat pengunjung takut. Terus, dosanya ke gue karena udah ngajak lo ke sini." Langit memasukkan lolipop itu ke dalam troli. Lalu, kembali mendorongnya dan melanjutkan berbelanjanya.

"Pokoknya lo ikutin gue aja. Jangan berani ambil barang. Suer gue lempar lo kalo sampe buat masalah."

Malaikat cantik itu mengangguk mengerti. Mengikuti saja ke mana Langit pergi.

Hampir setengah jam Langit berkeliling. Akhirnya, troli yang ia dorong sudah terisi penuh. Ia bernapas lega, menatap puas ke arah belanjaannya. Pulang nanti, ia akan mulai memasak untuk menyambut kedua orang tuanya.

"Astral, ayo. Gue mau bayar ini belanjaan," ajak Langit kepada si makhluk astral yang jongkok di depan akuarium kecil berisikan ikan-ikan cantik. Ia mengernyit, lalu menghampiri makhluk itu.

"Lo mau?"

Malaikat cantik itu langsung mendongak, seraya menggeleng dan tersenyum.

"Aku tidak mempunyai apapun untuk mengambilnya. Kata senior, di bumi banyak aturan. Jika ingin sesuatu, harus berusaha."

Langit mengerutkan keningnya. Makhluk di depannya ini benar-benar aneh.

"Senior? Siapa itu? Leluhur-nya hantu?"

Malaikat cantik itu sontak berdiri. Menatap tajam Langit, "Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"

Langit menghela napasnya. Mengangguk saja tidak ingin berdebat dengan angin di depan orang banyak.

"Iya, Peri. Oiya, kalo lo mau ikannya, ambil aja. Ntar gue yang bayarin."

"Serius?"

Langit mengangguk, "Serius, Peri."

Malaikat cantik itu tersenyum senang. Dan langsung berjongkok berniat mengambil satu akuarium kecil itu. Namun, aksinya terhenti saat Langit tiba-tiba saja menahan lengannya.

"Biar gue aja. Ntar nenek-nenek lewat langsung jantungan kalo lo yang ngambil." Langit mengambil satu akuarium itu. Meletakkannya dengan hati-hati di dalam troli. Lalu, melangkah menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

"Ini aja, Mas? Ada tambahan?" tanya mbak-mbak kasir itu ramah.

Langit meringis. Melihat belanjaannya yang mungkin akan mencapai setengah juta. Segampang itu kah mbak kasir berkata, ini aja? Tukang kasir memang tidak ada kata-kata lain lagi selain, ini aja? Ada tambahan?

"Itu aja, Mbak. Ini aja bayarnya pake uang jajan saya seminggu," balas Langit agak kesal. Mbak kasir itu hanya tersenyum ramah seraya mengangguk dan menghitung total belanjannya.

"Langit!"

Langit menoleh. Melihat makhluk astral ternyata jongkok di sampingnya. Gadis itu menatap coklat serta permen yang berjejeran di rak kasir dengan senyuman riang.

"Aku mau ini! Tolong belikan." Malaikat cantik itu menunjuk-nunjuk coklat berbungkus ungu dan permen berbungkus warna-warni. Langit menghela napasnya, mengambil apa yang makhluk astral itu inginkan dan meletakannya di meja kasir.

"Katanya nggak ada tambahan," ucap Mbak kasir yang terdengar begitu menjengkelkan di telinga Langit.

"Serah saya lah. Pembeli adalah raja."

Setelah selesai menghitung jumlah belanjaan. Langit membayarnya dan keluar dari supermarket untuk menuju motornya. Yang diikuti makhluk astral di sampingnya.

"Lo nebeng gue lagi, Peri? Baru kali ini gue nemu peri naik motor."

Jangan salah paham, peri yang Langit maksud bukan peri bidadari. Tapi makhluk astral, hantu.

"Iya. Masa aku jalan kaki?" ucap malaikat cantik itu.

Langit geleng-geleng kepala. Untung saja ia dilahirkan dengan memuat banyak kesabaran. Mungkin jika sedikit, sudah ia tinggalkan makhluk gaje keluaran terbaru ini.

Related chapters

  • 150 Days My Angel   Prolog

    Seorang malaikat cantik ber-baju putih tengah duduk di depan seorang lelaki bertubuh besar yang memakai pakaian berwarna serupa. Mendongak dan tangannya menyatu seakan meminta permohonan. Wajah memelas yang tak lupa malaikat cantik itu tampilkan. Membuat siapa pun yang melihatnya, akan luluh dan memaafkan semua kesalahan yang malaikat cantik itu perbuat."Tolong, ampuni aku. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi." Kedua telapak tangan malaikat cantik itu bergesekan di depan dahinya. Dengan mata terpejam seakan ia bersungguh-sungguh dengan permohonannya.Lelaki berpakaian serba putih itu mengangkat dagunya angkuh. Seakan tidak terbuai oleh permohonan juniornya itu. Lalu, ia menatap bawah, mengarah malaikat cantik itu yang masih dengan posisi permohonannya."Ini sudah keberapa kalinya kau melakukan ini. Apakah aku akan percaya jika kau mengatakan yang kau ucapkan barusan? Sebagai senior yang berpendirian tegas, aku tidak akan memberikan toleransi lagi untukmu."Malaikat cantik it

    Last Updated : 2023-03-09
  • 150 Days My Angel   Langit Si Indigo

    Suara dentuman keras di dalam ruangan besar memenuhi indera pendengarannya. Seorang cowok yang memakai pakaian casual, ikut menari di tengah banjirnya orang-orang yang lebih dominan oleh wanita muda. Sesekali, cowok itu membalas dengan senyuman saat para wanita itu sengaja menyentuh tubuhnya."Hai, Langit." Dengan nada sensual, seorangwanita datang dan langsung memegang kedua bahu Langit. Cowok yang bernama Langit itu tersenyum. Ia mengenali siapa wanita di depannya ini, "Hai."Seakan telah diberi lampu hijau, wanita itu menatap penuh hasrat Langit. Ia semakin mendekatkan tubuhnya. Hingga, dadanya bersentuhan dengan dada bidang cowok itu. Membuat yang didekati sontak kaget.Belum saja wanita itu ingin mendaratkan bibirnya ke bibir Langit, cowok itu sudah mendorong tubuh wanita itu. Tidak terlalu keras. Tapi cukup membuat wanita penghibur itu mundur darinya."Udah gue peringatin. Gue nggak akan pernah izinin siapa pun untuk nyentuh bahkan merasakan bibir gue. Apalagi, wanita mode

    Last Updated : 2023-03-09
  • 150 Days My Angel   Si Malaikat Cantik

    Malaikat cantik yang baru saja diusir dari akhirat itu, mendongak mengadah ke atas. Dengan tampang malangnya, malaikat itu kembali menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosokkannya."Senior, maafkan aku. Izinkan aku untuk pulang. Di bumi terasa begitu mengerikan." Malaikat itu kembali menyapu pandangannya. Suasana sepi bagaikan kuburan. Tidak ada satu pun pengendara yang lewat. Hanya tadi ada satu mobil yang lewat. Itu pun sepertinya sang sopir tidak mungkin bisa melihat wujudnya."Hari ke 151, kau boleh pulang."Malaikat cantik itu terkejut. Kembali menatap sekitar dengan was-was karena mendengar suara seniornya tetapi wujudnya tidak ada. Bumi begitu mengerikan, bukan?"Senior, kau di mana? Apa kau di sini bersamaku?" Malaikat cantik itu bertanya dengan masih melihat sekeliling. Sungguh, dirinya tidak berbohong. Di sini menyeramkan."Di akhirat. Dari pada kau hanya duduk di sana dan meratapi nasib. Sebaiknya kau berkelana. Siapa tahu ada yang bisa melihatmu dan bisa membant

    Last Updated : 2023-03-09
  • 150 Days My Angel   Gadis Aneh

    Sudah biasa, tiga cowok tampan yang menjadi pusat perhatian semua siswa/i SMA Aksara Bangsa, berdiri di tengah lapangan serta mengadah hormat kepada sang bendera karena dihukum terlambat masuk sekolah. Bukannya mendapat cibiran, mereka ber-tiga justru mendapat sorakan kagum dari para siswi tentunya. Bagi para gadis, tiga cowok tampan itu sudah dianggap sebagai asupan pagi untuk mereka."Udah tadi malam lembur. Paginya berdiri dua jam di bawah sinar mentari pagi yang terik. Double kill." Arlond berucap begitu dramatis. Dengan posisi masih hormat kepada sang bendera.Langit yang berada di tengah, menoleh ke arah sahabatnya itu."Lembur ngapain? Ena-ena lo tadi malam?"Rafa tertawa, " Boro-boro ena-ena, Lang. Bersihin seluruh club dia dan baru jam empat subuh tadi balik ke rumah."Arlond menggerutu. Menoleh dengan tajam mengarah Langit yang tertawa tanpa dosanya."Gara-gara lo! Katanya mau traktir tapi kabur. Mana si dog satu ini nggak mau pinjamin card unlimited-nya. Sialan kalian

    Last Updated : 2023-03-09

Latest chapter

  • 150 Days My Angel   Aku Bukan Hantu!

    Si malaikat cantik yang duduk di jok motor belakang, melongo sendiri karena Langit tidak membawa dirinya ke sebuah rumah. Melainkan ke tempat yang sangat ramai. Di penuhi dengan manusia yang masing-masing menenteng kantong kresek di genggaman mereka. Tempat apa ini?"Entah kenapa, gue kesel liat lo nebeng di motor gue. Padahal lo 'kan hantu, bisa terbang. Pelit banget sama kekuatan," gerutu Langit sambil melepas helm-nya.Malaikat cantik itu berdecak. Cowok di depannya ini tidak tahu saja. Ia banyak kekuatan, tapi tidak bisa ia gunakan karena kata sang senior, di dunia tidak ada yang instan. Tidak mungkin kan ia berjalan kaki?"Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"Langit mengibaskan tangannya tidak peduli, "Iya-iya. Udah turun. Gue mau belanja."Malaikat cantik itu menampilkan ekspresi bingungnya, "Ini tempat apa?"Langit memutar kedua bola matanya. Selain nyusahin, ternyata makhluk astral di depannya ini juga kudet."Ini namanya supermarket. Cepetan, ntar keburu bokap nyokap gu

  • 150 Days My Angel   Gadis Aneh

    Sudah biasa, tiga cowok tampan yang menjadi pusat perhatian semua siswa/i SMA Aksara Bangsa, berdiri di tengah lapangan serta mengadah hormat kepada sang bendera karena dihukum terlambat masuk sekolah. Bukannya mendapat cibiran, mereka ber-tiga justru mendapat sorakan kagum dari para siswi tentunya. Bagi para gadis, tiga cowok tampan itu sudah dianggap sebagai asupan pagi untuk mereka."Udah tadi malam lembur. Paginya berdiri dua jam di bawah sinar mentari pagi yang terik. Double kill." Arlond berucap begitu dramatis. Dengan posisi masih hormat kepada sang bendera.Langit yang berada di tengah, menoleh ke arah sahabatnya itu."Lembur ngapain? Ena-ena lo tadi malam?"Rafa tertawa, " Boro-boro ena-ena, Lang. Bersihin seluruh club dia dan baru jam empat subuh tadi balik ke rumah."Arlond menggerutu. Menoleh dengan tajam mengarah Langit yang tertawa tanpa dosanya."Gara-gara lo! Katanya mau traktir tapi kabur. Mana si dog satu ini nggak mau pinjamin card unlimited-nya. Sialan kalian

  • 150 Days My Angel   Si Malaikat Cantik

    Malaikat cantik yang baru saja diusir dari akhirat itu, mendongak mengadah ke atas. Dengan tampang malangnya, malaikat itu kembali menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosokkannya."Senior, maafkan aku. Izinkan aku untuk pulang. Di bumi terasa begitu mengerikan." Malaikat itu kembali menyapu pandangannya. Suasana sepi bagaikan kuburan. Tidak ada satu pun pengendara yang lewat. Hanya tadi ada satu mobil yang lewat. Itu pun sepertinya sang sopir tidak mungkin bisa melihat wujudnya."Hari ke 151, kau boleh pulang."Malaikat cantik itu terkejut. Kembali menatap sekitar dengan was-was karena mendengar suara seniornya tetapi wujudnya tidak ada. Bumi begitu mengerikan, bukan?"Senior, kau di mana? Apa kau di sini bersamaku?" Malaikat cantik itu bertanya dengan masih melihat sekeliling. Sungguh, dirinya tidak berbohong. Di sini menyeramkan."Di akhirat. Dari pada kau hanya duduk di sana dan meratapi nasib. Sebaiknya kau berkelana. Siapa tahu ada yang bisa melihatmu dan bisa membant

  • 150 Days My Angel   Langit Si Indigo

    Suara dentuman keras di dalam ruangan besar memenuhi indera pendengarannya. Seorang cowok yang memakai pakaian casual, ikut menari di tengah banjirnya orang-orang yang lebih dominan oleh wanita muda. Sesekali, cowok itu membalas dengan senyuman saat para wanita itu sengaja menyentuh tubuhnya."Hai, Langit." Dengan nada sensual, seorangwanita datang dan langsung memegang kedua bahu Langit. Cowok yang bernama Langit itu tersenyum. Ia mengenali siapa wanita di depannya ini, "Hai."Seakan telah diberi lampu hijau, wanita itu menatap penuh hasrat Langit. Ia semakin mendekatkan tubuhnya. Hingga, dadanya bersentuhan dengan dada bidang cowok itu. Membuat yang didekati sontak kaget.Belum saja wanita itu ingin mendaratkan bibirnya ke bibir Langit, cowok itu sudah mendorong tubuh wanita itu. Tidak terlalu keras. Tapi cukup membuat wanita penghibur itu mundur darinya."Udah gue peringatin. Gue nggak akan pernah izinin siapa pun untuk nyentuh bahkan merasakan bibir gue. Apalagi, wanita mode

  • 150 Days My Angel   Prolog

    Seorang malaikat cantik ber-baju putih tengah duduk di depan seorang lelaki bertubuh besar yang memakai pakaian berwarna serupa. Mendongak dan tangannya menyatu seakan meminta permohonan. Wajah memelas yang tak lupa malaikat cantik itu tampilkan. Membuat siapa pun yang melihatnya, akan luluh dan memaafkan semua kesalahan yang malaikat cantik itu perbuat."Tolong, ampuni aku. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi." Kedua telapak tangan malaikat cantik itu bergesekan di depan dahinya. Dengan mata terpejam seakan ia bersungguh-sungguh dengan permohonannya.Lelaki berpakaian serba putih itu mengangkat dagunya angkuh. Seakan tidak terbuai oleh permohonan juniornya itu. Lalu, ia menatap bawah, mengarah malaikat cantik itu yang masih dengan posisi permohonannya."Ini sudah keberapa kalinya kau melakukan ini. Apakah aku akan percaya jika kau mengatakan yang kau ucapkan barusan? Sebagai senior yang berpendirian tegas, aku tidak akan memberikan toleransi lagi untukmu."Malaikat cantik it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status