Seorang malaikat cantik ber-baju putih tengah duduk di depan seorang lelaki bertubuh besar yang memakai pakaian berwarna serupa. Mendongak dan tangannya menyatu seakan meminta permohonan. Wajah memelas yang tak lupa malaikat cantik itu tampilkan. Membuat siapa pun yang melihatnya, akan luluh dan memaafkan semua kesalahan yang malaikat cantik itu perbuat.
"Tolong, ampuni aku. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi." Kedua telapak tangan malaikat cantik itu bergesekan di depan dahinya. Dengan mata terpejam seakan ia bersungguh-sungguh dengan permohonannya.Lelaki berpakaian serba putih itu mengangkat dagunya angkuh. Seakan tidak terbuai oleh permohonan juniornya itu. Lalu, ia menatap bawah, mengarah malaikat cantik itu yang masih dengan posisi permohonannya."Ini sudah keberapa kalinya kau melakukan ini. Apakah aku akan percaya jika kau mengatakan yang kau ucapkan barusan? Sebagai senior yang berpendirian tegas, aku tidak akan memberikan toleransi lagi untukmu."Malaikat cantik itu mendongak. Menatap wajah seniornya dengan ekspresi pasrah. Sungguh, ini semua diluar kendalinya. Siapa suruh, meletakkan nampan berisikan makanan di ruangan tanpa ada orang yang menjaganya? Memang, makanan itu disediakan untuk para senior berkumpul, dan untuk kesekian kalinya, saat para senior datang, makanan di meja sudah ludes habis.Pelakunya masih sama, ialah malaikat cantik itu. Ia tidak bisa menahan jika menyangkut makanan apapun itu. Apalagi, makanan yang disediakan untuk malaikat senior dan junior jauh berbeda. Yang pasti, makanan para senior jauh lebih lezat. Sedangkan para junior, lebih dominan dengan sayuran. Dengan alasan agar para malaikat junior tumbuh dengan sehat, dan bisa menggantikan posisi para senior nantinya.Tapi, si malaikat yang memang sering dijuluki malaikat cantik itu, tidak dapat menahannya."Senior tampan, kasih aku satu kesempatan lagi. Aku mohon." Malaikat cantik itu kembali menggesekkan kedua telapak tangannya. Bahkan kini lebih keras. Seakan gesekan itu berpengaruh untuk permohonannya.Malaikat senior itu menggeleng. Membuat malaikat cantik yang melihat itu menurunkan kedua bahunya lesu. Kalau sudah begini, apapun yang akan ia lakukan, tidak akan berpengaruh."Senior... " Malaikat cantik itu melirih. Lalu, matanya membulat ketika tangan senior-nya terangkat di udara. Sudah siap untuk menjentikkan jarinya."Sesuai aturan, kamu akan di hukum karena telah berapa kali memakan makanan para malaikat senior tanpa izin. Kamu di hukum untuk turun ke bumi selama 150 hari. Tanpa membawa apapun dari akhirat, dan hidup bagaikan angin di sana. Tanpa siapa pun yang dapat melihat mu."Malaikat cantik itu membulatkan matanya. Menggelengkan kepalanya cepat saat tangan senior-nya sudah ingin menjentikkan jari ajaibnya."Tidak, tidak, jangan, Senior. Tidak!"TikSuara dentuman keras di dalam ruangan besar memenuhi indera pendengarannya. Seorang cowok yang memakai pakaian casual, ikut menari di tengah banjirnya orang-orang yang lebih dominan oleh wanita muda. Sesekali, cowok itu membalas dengan senyuman saat para wanita itu sengaja menyentuh tubuhnya."Hai, Langit." Dengan nada sensual, seorangwanita datang dan langsung memegang kedua bahu Langit. Cowok yang bernama Langit itu tersenyum. Ia mengenali siapa wanita di depannya ini, "Hai."Seakan telah diberi lampu hijau, wanita itu menatap penuh hasrat Langit. Ia semakin mendekatkan tubuhnya. Hingga, dadanya bersentuhan dengan dada bidang cowok itu. Membuat yang didekati sontak kaget.Belum saja wanita itu ingin mendaratkan bibirnya ke bibir Langit, cowok itu sudah mendorong tubuh wanita itu. Tidak terlalu keras. Tapi cukup membuat wanita penghibur itu mundur darinya."Udah gue peringatin. Gue nggak akan pernah izinin siapa pun untuk nyentuh bahkan merasakan bibir gue. Apalagi, wanita mode
Malaikat cantik yang baru saja diusir dari akhirat itu, mendongak mengadah ke atas. Dengan tampang malangnya, malaikat itu kembali menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosokkannya."Senior, maafkan aku. Izinkan aku untuk pulang. Di bumi terasa begitu mengerikan." Malaikat itu kembali menyapu pandangannya. Suasana sepi bagaikan kuburan. Tidak ada satu pun pengendara yang lewat. Hanya tadi ada satu mobil yang lewat. Itu pun sepertinya sang sopir tidak mungkin bisa melihat wujudnya."Hari ke 151, kau boleh pulang."Malaikat cantik itu terkejut. Kembali menatap sekitar dengan was-was karena mendengar suara seniornya tetapi wujudnya tidak ada. Bumi begitu mengerikan, bukan?"Senior, kau di mana? Apa kau di sini bersamaku?" Malaikat cantik itu bertanya dengan masih melihat sekeliling. Sungguh, dirinya tidak berbohong. Di sini menyeramkan."Di akhirat. Dari pada kau hanya duduk di sana dan meratapi nasib. Sebaiknya kau berkelana. Siapa tahu ada yang bisa melihatmu dan bisa membant
Sudah biasa, tiga cowok tampan yang menjadi pusat perhatian semua siswa/i SMA Aksara Bangsa, berdiri di tengah lapangan serta mengadah hormat kepada sang bendera karena dihukum terlambat masuk sekolah. Bukannya mendapat cibiran, mereka ber-tiga justru mendapat sorakan kagum dari para siswi tentunya. Bagi para gadis, tiga cowok tampan itu sudah dianggap sebagai asupan pagi untuk mereka."Udah tadi malam lembur. Paginya berdiri dua jam di bawah sinar mentari pagi yang terik. Double kill." Arlond berucap begitu dramatis. Dengan posisi masih hormat kepada sang bendera.Langit yang berada di tengah, menoleh ke arah sahabatnya itu."Lembur ngapain? Ena-ena lo tadi malam?"Rafa tertawa, " Boro-boro ena-ena, Lang. Bersihin seluruh club dia dan baru jam empat subuh tadi balik ke rumah."Arlond menggerutu. Menoleh dengan tajam mengarah Langit yang tertawa tanpa dosanya."Gara-gara lo! Katanya mau traktir tapi kabur. Mana si dog satu ini nggak mau pinjamin card unlimited-nya. Sialan kalian
Si malaikat cantik yang duduk di jok motor belakang, melongo sendiri karena Langit tidak membawa dirinya ke sebuah rumah. Melainkan ke tempat yang sangat ramai. Di penuhi dengan manusia yang masing-masing menenteng kantong kresek di genggaman mereka. Tempat apa ini?"Entah kenapa, gue kesel liat lo nebeng di motor gue. Padahal lo 'kan hantu, bisa terbang. Pelit banget sama kekuatan," gerutu Langit sambil melepas helm-nya.Malaikat cantik itu berdecak. Cowok di depannya ini tidak tahu saja. Ia banyak kekuatan, tapi tidak bisa ia gunakan karena kata sang senior, di dunia tidak ada yang instan. Tidak mungkin kan ia berjalan kaki?"Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"Langit mengibaskan tangannya tidak peduli, "Iya-iya. Udah turun. Gue mau belanja."Malaikat cantik itu menampilkan ekspresi bingungnya, "Ini tempat apa?"Langit memutar kedua bola matanya. Selain nyusahin, ternyata makhluk astral di depannya ini juga kudet."Ini namanya supermarket. Cepetan, ntar keburu bokap nyokap gu
Si malaikat cantik yang duduk di jok motor belakang, melongo sendiri karena Langit tidak membawa dirinya ke sebuah rumah. Melainkan ke tempat yang sangat ramai. Di penuhi dengan manusia yang masing-masing menenteng kantong kresek di genggaman mereka. Tempat apa ini?"Entah kenapa, gue kesel liat lo nebeng di motor gue. Padahal lo 'kan hantu, bisa terbang. Pelit banget sama kekuatan," gerutu Langit sambil melepas helm-nya.Malaikat cantik itu berdecak. Cowok di depannya ini tidak tahu saja. Ia banyak kekuatan, tapi tidak bisa ia gunakan karena kata sang senior, di dunia tidak ada yang instan. Tidak mungkin kan ia berjalan kaki?"Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"Langit mengibaskan tangannya tidak peduli, "Iya-iya. Udah turun. Gue mau belanja."Malaikat cantik itu menampilkan ekspresi bingungnya, "Ini tempat apa?"Langit memutar kedua bola matanya. Selain nyusahin, ternyata makhluk astral di depannya ini juga kudet."Ini namanya supermarket. Cepetan, ntar keburu bokap nyokap gu
Sudah biasa, tiga cowok tampan yang menjadi pusat perhatian semua siswa/i SMA Aksara Bangsa, berdiri di tengah lapangan serta mengadah hormat kepada sang bendera karena dihukum terlambat masuk sekolah. Bukannya mendapat cibiran, mereka ber-tiga justru mendapat sorakan kagum dari para siswi tentunya. Bagi para gadis, tiga cowok tampan itu sudah dianggap sebagai asupan pagi untuk mereka."Udah tadi malam lembur. Paginya berdiri dua jam di bawah sinar mentari pagi yang terik. Double kill." Arlond berucap begitu dramatis. Dengan posisi masih hormat kepada sang bendera.Langit yang berada di tengah, menoleh ke arah sahabatnya itu."Lembur ngapain? Ena-ena lo tadi malam?"Rafa tertawa, " Boro-boro ena-ena, Lang. Bersihin seluruh club dia dan baru jam empat subuh tadi balik ke rumah."Arlond menggerutu. Menoleh dengan tajam mengarah Langit yang tertawa tanpa dosanya."Gara-gara lo! Katanya mau traktir tapi kabur. Mana si dog satu ini nggak mau pinjamin card unlimited-nya. Sialan kalian
Malaikat cantik yang baru saja diusir dari akhirat itu, mendongak mengadah ke atas. Dengan tampang malangnya, malaikat itu kembali menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosokkannya."Senior, maafkan aku. Izinkan aku untuk pulang. Di bumi terasa begitu mengerikan." Malaikat itu kembali menyapu pandangannya. Suasana sepi bagaikan kuburan. Tidak ada satu pun pengendara yang lewat. Hanya tadi ada satu mobil yang lewat. Itu pun sepertinya sang sopir tidak mungkin bisa melihat wujudnya."Hari ke 151, kau boleh pulang."Malaikat cantik itu terkejut. Kembali menatap sekitar dengan was-was karena mendengar suara seniornya tetapi wujudnya tidak ada. Bumi begitu mengerikan, bukan?"Senior, kau di mana? Apa kau di sini bersamaku?" Malaikat cantik itu bertanya dengan masih melihat sekeliling. Sungguh, dirinya tidak berbohong. Di sini menyeramkan."Di akhirat. Dari pada kau hanya duduk di sana dan meratapi nasib. Sebaiknya kau berkelana. Siapa tahu ada yang bisa melihatmu dan bisa membant
Suara dentuman keras di dalam ruangan besar memenuhi indera pendengarannya. Seorang cowok yang memakai pakaian casual, ikut menari di tengah banjirnya orang-orang yang lebih dominan oleh wanita muda. Sesekali, cowok itu membalas dengan senyuman saat para wanita itu sengaja menyentuh tubuhnya."Hai, Langit." Dengan nada sensual, seorangwanita datang dan langsung memegang kedua bahu Langit. Cowok yang bernama Langit itu tersenyum. Ia mengenali siapa wanita di depannya ini, "Hai."Seakan telah diberi lampu hijau, wanita itu menatap penuh hasrat Langit. Ia semakin mendekatkan tubuhnya. Hingga, dadanya bersentuhan dengan dada bidang cowok itu. Membuat yang didekati sontak kaget.Belum saja wanita itu ingin mendaratkan bibirnya ke bibir Langit, cowok itu sudah mendorong tubuh wanita itu. Tidak terlalu keras. Tapi cukup membuat wanita penghibur itu mundur darinya."Udah gue peringatin. Gue nggak akan pernah izinin siapa pun untuk nyentuh bahkan merasakan bibir gue. Apalagi, wanita mode
Seorang malaikat cantik ber-baju putih tengah duduk di depan seorang lelaki bertubuh besar yang memakai pakaian berwarna serupa. Mendongak dan tangannya menyatu seakan meminta permohonan. Wajah memelas yang tak lupa malaikat cantik itu tampilkan. Membuat siapa pun yang melihatnya, akan luluh dan memaafkan semua kesalahan yang malaikat cantik itu perbuat."Tolong, ampuni aku. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi." Kedua telapak tangan malaikat cantik itu bergesekan di depan dahinya. Dengan mata terpejam seakan ia bersungguh-sungguh dengan permohonannya.Lelaki berpakaian serba putih itu mengangkat dagunya angkuh. Seakan tidak terbuai oleh permohonan juniornya itu. Lalu, ia menatap bawah, mengarah malaikat cantik itu yang masih dengan posisi permohonannya."Ini sudah keberapa kalinya kau melakukan ini. Apakah aku akan percaya jika kau mengatakan yang kau ucapkan barusan? Sebagai senior yang berpendirian tegas, aku tidak akan memberikan toleransi lagi untukmu."Malaikat cantik it