Daffin dan Alvira sudah berada di mobil mereka sudah melakukan cek out.
“Karena gua-.”
“Apa?” timpal Daffin mengoreksi ucapan Alvira.
Alvira langsung memukul keningnya lupa akan sesuatu.
“Karena aku, masih libur bolehkah, singgah ke rumah ibu dulu sebentar. Kan kita masih ada waktu lama,”pinta Alvira.
“Bagus! gitu dong kalau bicara sama suami, emang kamu mau ngapain ke sana?” tanya Daffin.
“Ada sesuatu yang ingin ku ambil.”
Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Daffin hanya sibuk menatap jalanan saja. Hingga mobil yang dibawanya berhenti tepat di depan pagar putih.
Alvira keluar dari mobil diikuti oleh Dennis. Ini pertama kalinya Dennis akan masuk ke rumah Alvira, karena dirinya sudah sah menjadi suami istri jadi Daffin akan ikut ke mana langkah Alvira.
Saat Alvira masuk tidak lupa ia mengucapkan salam. Alvira masuk diikuti boleh Daffin di belakang
Alvira melirik Daffin yang sudah tertidur. Ia pun tersenyum mengingat kekonyolannya dengan Daffin di hotel.Alvira berdiri lalu mendekat ke arah Daffin. Dipandanginya wajah Daffin dari dekat. Wajah itu terlihat begitu sempurna, lama Alvira terpaku akan ketampanan seorang Daffin. Tapi kekagumannya itu hilang saat Alvira mengingat sikap dinginnya Daffin.Alvira keluar kamar ingin melihat apakah ibunya sudah pulang apa belum. Alvira meninggalkan Daffin yang tertidur pulas di ranjang miliknya.Saat keluar kamar ia tidak mendapati Raka di tempat yang tadi. Ia kembali berjalan mencarinya di ruang televisi, dugaannya benar Raka duduk di sana sambil bermian ponsel.“Jam berapa kamu kuliahnya?” tanya Alvira yang sudah bergabung dengan Raka di sofa.“Bentar lagi kak.”“Kakak di rumah aja kan!” tanya Raka tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.“ Iya, kakak tunggu ibu. Lagian Daffin masih ti
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama masalah makanan, akhirnya mereka pun sepakat untuk grab food saja. Tadinya Daffin ingin jika Alvira yang memasakkannya tapi Daffin tidak mau dimasakkan mie instan. Yang pada akhirnya Alvira memesan grab food.“Kamu mau ke mana?” tanya Alea yang melihat Alvira keluar dari kamarnya.“Tunggu makanan bu, aku grab food,” jelasnya.“Maafkan ibu ya, ibu nggak sempat masak. Ibu pikir kalian nggak singgah,” sahut Alea merasa bersalah.“Iya nggak papa Bu,” balas Alvira.Akhirnya pesanan yang ditunggu datang. Alvira menyiapkannya di piring dan membawanya masuk ke kamar.“Ibu kalau mau makan aja, aku pesan lebih kok,” tawar Alvira sebelum masuk ke kamar.“Ini makan dulu,” suruh Alvira yang meletakkan nampan berisi piring dan gelas itu di meja.Di kamar Alvira memang ada satu sofa yang di lengkapi dengan meja persegi kecil. Di
Alvira mengerjap matanya perlahan. Hal yang pertama dilakukannya ialah melihat jam yang melekat di dinding. Betapa kagetnya Alvira ketika melihat jam telah menunjukkan pukul 18:16, dengan cepat ia beranjak dari tempat tidur dan berlari kecil menuju kamar mandi. Alvira mandi dengan cepat, karena lupa membawa baju ganti maka dirinya pelan-pelan membuka pintu kamar mandi dan menoleh sejenak ke arah Daffin. Namun, Daffin tidak ada di tempatnya. Alvira kaget saat melihat Daffin sudah berada di depannya. Karena fokusnya tadi hanya ke sofa di mana Daffin tidur.“Elo, kageti aja!” seru Alvira dengan memegang kuat handuk yang melingkar di tubuhnya.“Elo ngapain ngintip-ngintip gitu?” tanya Daffin.“Ehm, nggak apa,” sahut Alvira sambil mengaruk kepalanya yang tidak gantal disertai senyumannya.“Ya sudah keluar sana, gua juga mau mandi,” titah Daffin. Karena dari tadi Alvira masih berada di ambang pintu.Alvira
Tidak lama Alea datang kembali memberi tahu jika makan malam mereka sudah siapa.Ketiganya langsung berdiri dan menuju meja makan. Alvira masih saja menempel dengan sang ayah.Akhirnya kursi yang berada paling ujung yang biasanya kosong kini sudah terisi. Sang kepala keluarga telah kembali dan duduk di kursinya.Alvira mengambil tempat duduk di sebelah Daffin. Ia melayani Daffin layaknya seorang istri, mengambilkan nasi beserta lauknya.Begitu juga dengan Alea yang melayani Arka.“Wah, makanannya spesial kayanya nih!” celetuk Raka yang melihat menu makanan tidak seperti biasanya.“Uuusstt,” sahut Alea mengutuh Raka diam.“Iya ada daging di kulkas jadi ibu masak aja, kebetulan kita lagi ngumpul semua. Kan jarang-jarang kita kumpul seperti ini. Apalagi sudah ada tambahan anggota,” lanjut Alea menjelaskan.“Sudah makan aja, ngomong nanti,” sahut Arka.Mereka pun makan dengan d
Arka yang baru saja sampai di rumahnya tidak mendapatkan Maya di dalam kamarnya. Arka langsung masuk kamar mandi membersihkan wajahnya bersiap untuk tidur, tanpa mengkhawatirkan Maya.Saat sudah berada di atas tempat tidur dan ingin memejamkan mata, ponselnya bergetar. Iapun kembali bangun dan mengambil ponselnya. Arka merasa heran dengan pesannya. Tidak biasanya Raka mengirimkan pesan pada dirinya. Arka membaca pesan itu dengan sedikit emosi, Maya sudah berani menyakiti sang istri yang dicintai. Niatnya mau tidur diurungkannya, Arka memilih untuk menunggu Maya di ruang keluarga.Tidak lama terdengar suara mobil masuk ke dalam pakiran rumah. Arka langsung berdiri menghampiri Maya.“Kamu ngapain ke rumah Alea?” tanya Raka yang sudah sedikit emosi, kepada Maya.Maya yang baru saja sampai dan ingin beristirahat ternyata di sambut dengan sedikit bentakan oleh Arka.“Emang kenapa?” Maya balik bertanya lagi.Maya terus saja
Dennis dan Alvira begitu sampai di rumah kediaman Mallory mereka disambut oleh sang mami yang memang sudah menunggu mereka sejak tadi.Duduk di teras menjadi pilihan mami saat itu.“Mami!” Seru Alvira saat sudah turun dari mobil Daffin.“Mami kok diluar gini, kena angin malam nggak bagus loh mi,” lanjut Alvira lagi yang sudah berada di depan mami, tidak lupa ia menyalami mami.“Iya, dari tadi papi bilang tunggu di dalam aja mami nggak mau tuh. Mami dari tadi sibuk nunggu kalian,” timpal Papi Ahmad yang muncul dari dalam.“Ayo kita masuk,” ajak Daffin yang juga bsudah berada di antara mereka dengan kedua tangan yang mengeret koper.Alvira masuk sambil merangkul pundak Shela, di belakang Papi Ahmad dan Daffin mengikutinya.“Aku langsung ke kamar ya, mau taruh ini,” izin Daffin yang langsung melanjutkan langkahnya hingga di kamarnya.Meletakkan kopernya, lalu kembali lagi
Alvira tidak langsung menjawab pertanyaan Daffin, ia malah diam dan menatap Daffin dengan tatapan yang sendu. Membuat hati Daffin sedikit tersentuh.Daffin langsung duduk di tepi ranjangnya memandang Alvira yang masih saja betah di tempatnya berdiri tadi.“Kenapa?” tanya Daffin lagi dengan lembut.“Aku tidur di mana?” Cicit Alvira.Terdengar Daffin langsung menghembuskan nafasnya,” di sini lah sama gua, kamu maunya tidur di mana?”“Di situ,” lirih Alvira sambil menujuk ranjang Daffin.“Ya sudah naik, kenapa masih berdiri di situ,” suruhh Daffin lagi.Alvira langsung naik ke atas ranjang. Sudah dua kali tidur seranjang dengan Daffin tapi rasa gugupnya terus ada. Walaupun dirinya belum mengantuk betul tapi Alvira memilih untuk memejamkan matanya sambil memeluk guling. Posisinya kini membelakangi Daffin. Takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan makanya Alvira langsung sa
Daffin mengeratkan tangannya di stir mobil, melihat Alvira berjalan dengan pria lain ada rasa yang tidak bisa diungkapnya. Kecewa, sakit atau perih, Daffin belum bisa memastikannya tapi yang jelas dia begitu tidak terima jika Alvira terlihat dengan pria lain selain dirinya.“Apa gua sudah benar-benar jatuh cinta?” gumam Daffin.Daffin memang mengakui jika dirinya sudah mulai menyukai Alvira, tapi Daffin pikir itu hanya perasaan sesaat saja dan akan hilang dengan cepat tapi kenyataannya perasaan itu sepertinya semakin dalam.Daffin mengelengkan kepalanya, berusaha menghalau perasaannya. Kemudian ia kembali menjalankan mobilnya menuju kantornya.Sepanjang jalan bayangan Alvira berjalan bersama pria itu terus berputar di kepalanya. Sampai di kantor Daffin berjalan langsung menuju ruangannya. Para karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepala tanda hormat pada atasan.Sebelum masuk ke ruangannya, Daffin singgah ke ruangan Reiki. Tan