Chapter: Bab 13. Fakta“Aku dengar kamu punya adik, ya?” tanya Clara tiba-tiba di sela-sela waktu belajar kami.Aku menegang. Apa yang harus kujawab? Sejak rumor di sekolah, aku jadi takut membahas soal Riani pada orang asing.“Aku lihat ada foto saat kamu sedang berfoto dengan seorang gadis.”“Ya,” jawabku senormal mungkin. “Itu adikku.”“Kok dia nggak ada di sini? Apa dia pergi les?” tebak Clara.Aku terdiam karena bingung harus menjawab apa.“Sorry, Din. Aku bukan mau kepo. Aku Cuma mau kenal sama keluarga kamu aja,” jelas Clara cepat, tersenyum manis. Sepertinya dia menyadari keenggananku.Senyum Clara sangat tulus, membuatku tak tega untuk tidak menjawab. “Dia nggak tinggal sama aku dan orang tuaku lagi.”Clara bingung dan terkejut. “Kenapa?”Aku menggaruk pipiku yang tak gatal. “Dia tinggal sama—”“Maaf kalau Ibu menganggu kalian.” Tiba-tiba Ibu datang ke ruang keluarga sambil membawa teh dan roti, lalu menaruhnya di meja. “Silakan dinikmati. Maaf, Tante Cuma ada ini.“ Dia terkekeh.“Nggak apa-apa, Bu
Terakhir Diperbarui: 2025-02-07
Chapter: Bab 12. Ayah Kejam!Selama kami di kantin, Clara bercerita tentang banyak hal. Aku hanya tersenyum atau mengangguk sebagai tanggapan. Aneh, tetapi aku merasa nyaman dekat dengannya.Aku baru menyadari Clara sangat mirip dengan Diani. Caranya tertawa, bercerita dan auranya. Gadis itu mengingatkanku pada Riani dulu yang selalu ceria sebelum semuanya berubah.“Apa benar adikmu sudah nikah sama Darma?” Tiba-tiba seorang gadis lain bertanya ketus padaku.Hari ini sudah sangat banyak siswi yang menanyakan tentang kebenaran pernikahan Riani dan Darma.Aku banyak terdiam karena bingung memberi alasan yang masuk akal. Sepertinya mereka tidak terima karena Darma, cowok idaman mereka, telah menikah.“Jawab! Jangan malah diam!” bentaknya. Teriakannya membuatku jadi pusat perhatian. Aku makin ketakutan.“Apa-apaan sih?! Hak Diani mau jawab atau enggak! Pergi sana!” ketus Clara.Aku tertegun sejenak. Clara benar-benar mirip Riani. Dia akan sangat judes jika ada yang mengganggu kami.Gadis bar-bar itu pergi dengan kesa
Terakhir Diperbarui: 2025-02-06
Chapter: Bab 11. RumorKeesokan harinya, aku buru-buru ke luar setelah bersiap-siap mengenakan celana jeans dan kaos putih. Rambutku hanya dikuncir kuda, sedangkan wajahku tidak dipoles riasan.“Kamu ke mana, Nak?” tanya Ibu heran. “Kok pakai baju bebas?” Ibu dan Ayah sedang bersantai di ruang tamu.Aku tak menduga mereka sedang berbincang-bincang di situ. Aku tersenyum kaku. “Aku mau ke tempat Riani, Bu,” jawabku setenang mungkin.“Loh? Memangnya kamu nggak sekolah?” tanya Ayah sambil melipat koran. Alisnya berkerut tajam sambil menatapku heran.Ibu spontan berdiri dengan cemas. “Apa terjadi sesuatu sama Riani?” tebak Ibu. Dia tampak hampir menangis.Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Apa yang harus kujawab? Tidak mungkin aku mengatakan tentang mimpi burukku.“Din, jawab Ibu!” desak Ibu sambil menggoyang-goyangkan lenganku. “Jadi, tebakan Ibu benar?!”“Riani baik-baik saja, Bu.” Aku tersenyum sambil menggenggam tangannya lembut. “Katanya, dia bosan karena ditinggal kerja sama Dharma, makanya dia minta
Terakhir Diperbarui: 2025-02-05
Chapter: Bab 10. Sebuah PetunjukSeminggu telah berlalu. Riani dan Darma hanya melangsungkan pernikahan mereka di KUA tanpa ada resepsi atau acara besar-besaran karena mengingat kondisi keuangan orang tua kami sedang sulit dan terlilit utang. Sedangkan orang tua Darma tidak mau ikut campur.Sudah seminggu mereka tinggal di rumah orang tuaku.Namun, berita pernikahan itu menyebar luas ke seluruh komplek. Berbagai tudingan kejam ditujukan pada Riani. Secara terang-terangan para tetangga menuduh Riani hamil di luar nikah sehingga dia buru-buru menikah saat masih berumur tujuh belas tahun.Aku masuk ke kamar Riani sambil membawa nampan berisi masakan sehat khusus ibu hamil. Namun, aku terkejut saat mendapatinya sedang menangis.“Ada apa, Riani?”Riani buru-buru menyeka air matanya dan tersenyum. “Nggak ada apa-apa, Kak.”“Kamu jangan berbohong,” pintaku sambil duduk di sampingnya. “Jika ada masalah, kasih tahu aku. Aku pasti bantu.”Riani menggeleng sambil menunduk, membuat air matanya bertetesan ke bantal yang dipelukny
Terakhir Diperbarui: 2025-02-04
Chapter: Bab 9. Penghinaan"Beraninya cewek lemah kayak kamu mengancamku,” bisik Darma tajam. “Kalau semua penghuni kos ini sampai tahu soal ini, aku nggak akan segan-segan berbuat macam-macam sama kamu, paham?”Aku spontan mendorong dada Darma sekuat tenaga sebelum dia bertindak kurang ajar. “Aku nggak takut! Jika masih menolaknya, aku akan melaporkan kamu ke polisi sekarang juga!”Aku melewati cowok itu, tetapi dia menahan tanganku erat-erat. “Lepasin aku!” Aku memberontak sekuat tenaga, melepaskan cengkeramannya.Darma berkali-kali mendengus kesal. Wajahnya tampak jengkel dan pasrah. Apakah dia menyerah?“Di mana adikmu sekarang?” tanya Darma kemudian.“Memangnya kenapa?” tanyaku ketus. Jangan-jangan dia sedang merencanakan rencana jahat. Aku harus memastikannya.“Aku akan tanggung jawab! Puas?”Aku terkejut, tetapi tetap memasang ekspresi datar. “Bagus! Memang seharusnya begitu! Ayo!” Aku menarik tangan Darma mengikutiku. Tak membiarkan dia kabur.Kami menaiki taksi menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan,
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Bab 8. Amarah Yang MemuncakKeheningan menyergap aku dan pemuda di depanku selama beberapa saat. Aku sempat terpaku pada ketampanannya. Rahangnya tegas, hidungnya mancung dan alisnya tebal. Aku baru menyadari ketampanan Darma jika dilihat dari dekat. “Kamu siapa? Ada perlu apa, ya?” tanya Darma memecah keheningan. Suaranya terdengar serak khas bangun tidur. Aku menatap Darma dingin. “Aku Diani.” “Diani?” Darma mengernyit, berusaha mengenaliku. “Oh! Kamu! Aku ingat sekarang! Kita pernah sekelas, kan?!” Aku hanya mengangguk singkat, tak berniat meresponsnya dengan ramah. “By the way, dari mana kamu tahu alamat kosanku?” Darma bersandar ke kusen pintu sambil melipat tangan depan dada, menatapku lembut dan dalam, memperlihatkan sisi maskulinnya. “Itu nggak penting,” ketusku, mengalihkan pembicaraan, tak tergoda dengan penampilannya yang rupawan. “Sekarang kamu harus bertanggung jawab.” Aku bisa melihat ekspresi Darma menegang sekaligus kebingungan. “Tanggung jawab soal apa?” Darma mengernyit, tetapi sedetik
Terakhir Diperbarui: 2025-02-02