author-banner
Alsavir
Alsavir
Author

Novel-novel oleh Alsavir

Suluh Mukhalis: Pendekar Bayangan

Suluh Mukhalis: Pendekar Bayangan

Suluh, murid nahas yang tak dapat berkultivasi mengakibatkan dia mengalami berbagai caci makian oleh teman-teman sebaya serta direndahkan di Padepokan Cenderawasih. Namun, suatu saat, nasib mengenaskan menimpa Suluh dan dia diberikan sebuah artefak kuno dari orang yang menyelamatkannya. Benda yang berada di tangan Suluh tersebut memiliki kekuatan langka yang terbentuk dari kegelapan teramat kuat. Dengan begitu, Suluh yang tak mampu menerima unsur Prana kini berkultivasi dengan sangat cepat, membungkam mereka yang meremehkannya sekaligus menakuti tetua-tetua besar di Cenderawasih.
Baca
Chapter: 15. Kualitas Pendekar
Gerakan kaki Suluh tiba-tiba berubah cepat, berlari tepat ke arah Deandra. Terperanjat kaget, dia sama sekali tak menduga anak yang selama ini diremehkan berani melakukan serangan terlebih dahulu, menandakan bahwa Suluh benar-benar telah berubah. Bocah berambut hitam lantas melompat memutar, mendaratkan kakinya ke arah Deandra yang terbelalak. Panik, bukannya menghindar, dia malah melindungi diri dengan kedua tangan, benturan tersebut membawa Deandra menepi beberapa langkah. "Bagaimana mungkin?" batin Deandra membisu. "Kenapa dia bisa memiliki daya kekuatan seperti ini?" Lirikan mata kembali terpusat kepada Suluh, bersiap melancarkan aksi selanjutnya. "Apakah dia sudah sampai di ranah ketiga tingkat terakhir?" imbuh murid berprestasi tersebut, mencoba menangkis beberapa hantaman dari Suluh. Di tes sebelumnya, Deandra mendominasi keadaan akan tetapi saat ini keadaan berbalik sepenuhnya. Setiap teknik Suluh memandu Deandra tak bisa melakukan balasan, dipaksa berlindung di dalam ked
Terakhir Diperbarui: 2024-05-13
Chapter: 14. Pembuktian Terakhir
Membisu, Suluh benar-benar terpesona, tak dapat sesekali mengalihkan lirikannya ke lain arah. "Uh ... kamu benar, aku baru kembali," terbata-bata, dia menunduk. "Apa yang terjadi denganmu?" Aruna mendekat, semakin membuat Suluh kalang kabut sembari mundur selangkah. "Kami mencarimu ke mana-mana!" Tersenyum tipis, Suluh merasa bahagia bila masih ada yang menaruh rasa empati kepadanya meski tidak banyak. "Ah, aku ... aku tergelincir ke dalam lembah Gunung Andapan," kekehnya dalam kecanggungan. Seperti mengetahui ada sesuatu tidak beres, Aruna mencondongkan tubuh ke depan, melirik dalam-dalam ke mata Suluh dengan kecurigaan. "Benarkah?" celetuknya belum teryakinkan. "Tapi kenapa aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu?" Terperanjat, Suluh dibuat bungkam. "Ini ulah Deandra dan kelompoknya itu, bukan?" imbuh Aruna semakin membuat laki-laki di hadapannya mati kutu. "Apa? Tidak, tentu saja tidak," ucap Suluh was-was. "Kenapa kamu berpikir demikian?" Meluruskan tubuh, Aruna menyeletuk,
Terakhir Diperbarui: 2024-05-09
Chapter: 13. Padepokan Cenderawasih
Desa Jatnika berada di kaki Gunung Andapan yang kurang strategis sebagai tempat istirahat sebab ada desa Arusani dengan opsi lebih baik. Tidak hanya tempatnya mendekati area berbahaya, Jatnika tak memiliki banyak ketersediaan bahan makanan dan serba kekurangan menyebabkan saudagar enggan untuk sekadar mampir. Hal tersebut terbukti ketika Suluh baru memasuki area Arusani, terlihat berkali-kali kereta kuda lewat, memuat berbagai benda mulai dari kebutuhan utama maupun sampingan. Suara mereka menggebu memperkenalkan dagangan, beberapa dikerubungi warga yang antusias melihat-lihat maupun mencari sesuatu. "Musafir! Kau di sana, apa kau memerlukan ramuan?" salah satu saudagar memanggil Suluh, telah mempersiapkan dagangannya dengan baik dan rapi di atas meja. "Aku tahu apa yang cocok untukmu!" Bocah yang masih memakai topi rotan tersebut teralihkan, sedikit segan sebab Suluh membawa cukup ramuan di tasnya. Terlebih lagi, dia sama sekali tak memiliki koin sebagai transaksi. "Ah, sepertiny
Terakhir Diperbarui: 2024-05-08
Chapter: 12. Berandal Desa
"Tuan, ini adalah bekalku mengembara, aku tak mungkin memberikan semuanya kepadamu," suara santai tak tahu takut membuat berandal tersebut mengernyit, urat di dahinya mengerut. "Bocah, kau berani melawan aturan di sini?" lali-laki lain berambut botak mendekati, memarkan tubuh besar tanpa sehelai kain menutupi. "Aku tak bermaksud demikian, bila itu merupakan suatu keharusan, sebaiknya aku ke tempat lain saja," saat Suluh berbalik, dia dihentikan oleh anggota terakhir komplotan yang berperawakan normal, berbadan kurus, dan memakai busana ala-ala murid bela diri. "Tidak secepat itu, anak tidak tahu diri," serunya menyeringai. "Sekali kau menginjakkan kaki di sini, kau harus membayar apapun yang kami minta! Sekarang, serahkan tasmu itu atau kami akan membuatmu menyesal!" Belum memperlihatkan mukanya, Suluh tak berbicara sama sekali, terdiam sesaat sampai kedua matanya memperhatikan ke depan, menyorot tajam. "Sebaiknya tuan berhenti melakukan ini." Seperti listrik menyambar, mereka
Terakhir Diperbarui: 2024-05-07
Chapter: 11. Suluh Mukhalis
Suluh terbelalak dengan bibir terbuka lebar, masih belum bisa mempercayai kalimat Madiarta. Reflek dia mundur selangkah, trauma dengan kejadian sebelumnya bersama sekumpulan arwah. "Jadi selama ini aku dirawat dan hidup bersama ...." Tersenyum, laki-laki berambut keperakan membalas, "Jangan takut, aku tidaklah sama dengan Bhuta." "Bhuta?" Suluh menekan kata, tak mengerti makna di baliknya. "Itulah sebutan untuk arwah yang dilandaskan dendam dan tidak menemukan ketenangan," Madiarta mendekat sembari sesekali menengok ke bangkai Uragah. "Mereka mengincarmu karena merasa kau mampu melakukannya." "Berbagai cara mereka lakukan untuk mengambil alih Prana supaya dapat hidup kembali," dia berhenti, memperhatikan energi kegelapan melumat kulit ular tersebut. "Tapi itu mustahil. Jiwa tidak akan kembali ke tubuh yang sama." "Kecuali mereka memasukkan hampir keseluruhan Prana ke suatu benda tertentu," dia meneruskan, menoleh kepada Suluh. "Maka secuil kesadaran turut bersemayam di dalamnya."
Terakhir Diperbarui: 2024-05-04
Chapter: 10. Keris Pusaka
Sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, Suluh mencari Madiarta sembari berjalan. Dedaunan tersapu oleh angin, rumah reyot tak terawat sesekali menimbulkan bunyi berdecit membuat bulu kuduk berdiri. Belum sepenuhnya terlupakan oleh teror arwah bergentayangan, Suluh memberanikan diri melangkah walaupun dilanda keresahan. "Di mana Master?" Melirik ke berbagai arah, tak ditemukan makhluk bernyawa, hanya kegelapan mendominasi segala hal. "Dan di mana Altar Bayangan berada?" Tak tahu harus ke mana, Suluh membiarkan dirinya secara acak memeriksa setiap bangunan sampai masuk ke dalam. Laba-laba barangkali menikmati keadaan saat ini, membangun istana sendiri bersama debu yang menempel di berbagai sudut. Mendapati suatu kendi khusus untuk ramuan, Suluh mengamati lebih dekat sembari menerka-nerka, "Tempat ini, bukankah ruangan ramuan?" Berdiri, Suluh lantas keluar untuk sekadar memastikan. "Tidak salah lagi, ini adalah bekas sekolahan!" Entah mengapa saat dia memperhatikan bangunan kayu kecil d
Terakhir Diperbarui: 2024-05-02
Pendekar Krisan Putih

Pendekar Krisan Putih

Beberapa sekte tengah dilanda kerusakan, tumpah ruah darah tiada tara beserta erangan tangis dan teriakan kesakitan. Di selah-selah harapan menengadah, mereka berseru Mukhalis, sosok di dalam buku kuno yang diramalkan akan membawa suatu perubahan besar di benua Bentala. Sementara masa lalu kelam yang terus memburu membawa Radin mengembara, meningkatkan kultivasinya di alam belantara. Dia sendiri tidak tahu bahwa dirinya membawa suatu kekuatan turun temurun dari suatu sekte yang hampir punah, Sekte Krisan Putih. Bagaimana anak muda itu akan bereaksi terhadap lingkungannya yang diwarnai kekalutan membara? Bagaimana bisa sebutan Mukhalis itu dilekatkan kepadanya di antara konflik yang memanas?
Baca
Chapter: Kultivasi Prana
Sudah hampir sebulan lebih Radin bermeditasi di atas batu, dia belum merasakan sama sekali kehadiran Prana, Malahan, dia selalu diperlihatkan sesuatu yang teramat aneh dan tidak masuk akal ketika dia berada di alam bawah sadar. Mulai dari memori entah siapa, suatu kerajaan yang hancur terbakar, bahkan melihat sosok manusia yang dapat berlevitasi sambil membawa tongkat. Mimpi-mimpi itu seperti terasa nyata. Dia membuka mata, entah secara kebetulan atau bagaimana, mendapati Kinanti yang berada di sana, memetik tumbuhan indah berwarna kebiruan. Pakaian yang dikenakan wanita itu kini terbalut sempurna, memancarkan kesucian yang terawat dengan baik tanpa ada sedikit pun kotoran yang menempel. Rambut yang diikat konde itu merupakan hal baru untuk Radin, selama dia berada di rumah Guru Janardana, tak sesekali dia melihat Kinanti memodel rambutnya seperti itu. Radin turun dari batu besar sontak membuat Kinanti berbalik, memperhatikan Radin yang melangkah mendekat tanpa alas kaki. Laki-laki
Terakhir Diperbarui: 2023-09-14
Chapter: Memori Rasa Takut
Keramaian mewarnai keadaan desa kala itu dikarenakan ada acara spesial di tengah masyarakat. Peken Akbar, acara di mana semua saudagar akan berusaha menjajakan barang dagangannya, menurunkan harga sampai membuat konsumen terpikat. Seakan-akan mereka tak lagi memedulikan keuntungan melainkan bagaimana caranya menarik sebanyak mungkin orang supaya mendekat.Termasuk anak di bawah umur kira-kira berada di usia dua belas, mencoba suatu peruntungan di tengah padatnya hiruk pikuk keramaian yang panas. Dia tak sendirian membawa keranjang rotan berisikan buah-buahan berwarna merah, akan tetapi ditemani oleh laki-laki sepantaran berambut kecokelatan; sama-sama kesusahan. Dengan tubuh kecil serta rapuh itu, mereka sudah dipastikan tak akan mampu terus melangkah tanpa rehat sementara waktu. Alhasil bocah-bocah berbusana biasa bahkan dipandang rendah di sebagian insan yang lewat, tak banyak pilihan selain berhenti di depan rumah tua tak terawat. Latarnya kotor berserakan sampah, mustahil dijadik
Terakhir Diperbarui: 2023-09-14
Chapter: Alam Bawah Sadar
Antariksa mulai kelam dengan taburan kartika dan bulan. Hewan-hewan malam bersahutan di tengah hutan yang minim cahaya bila Radin tak membawa sebuah lentera di tangan. Janardana memimpin arah, melangkah sembari membabat semak-semak belukar yang semakin menyeruak tak karuan.Suara burung hantu sesekali menemani perjalanan mereka, tak sedikit pun menakuti anak empat belas tahun itu. Dia lebih khawatir bila dia gagal, ketakutan bila Prana tak mau menerima. Masa depan Radin ditentukan di sini, sebagai seorang pendekar tangguh atau malah sebaliknya."Saat kau bermeditasi, tepis semua angan-anganmu di dalam benak," tutur Janardana tanpa menoleh ke Radin. "Kosongkan kepala, jangan biarkan apapun merasuk ke dalam dan memperkeruh konsentrasimu."Lalu Radin bertanya-tanya, "Tapi Guru, bukankah itu berarti malah akan dengan mudah kerasukan makhluk halus?""Tidak selama kau masih terbangun," sahut kakek tersebut yang kini terdiam sebentar. "Kesadaranmu adalah hal krusial yang akan menentukan kebe
Terakhir Diperbarui: 2023-09-14
Chapter: Latihan Bela Diri
Suara tumbukan terdengar di tengah hutan belantara, erangan rasa sakit dan teriakan mewarnai suasana yang hampa. Di halaman luas yang ditumbuhi rerumputan kecil, terlihat ada dua manusia melancarkan serangan satu sama lain. Di sisi satu ada anak muda yang kesusahan menahan semua hantaman dari kakek-kakek di depan. Meski sudah renta, kemampuannya masih luar biasa.Hentakan telapak tangan di dada membuat laki-laki berambut hitam meringis, mencoba menyeimbangkan kedua kaki ketika dia ambruk akibat dorongan kuat kakek tersebut. Dia mencoba kembali tegak berdiri, menghela napas untuk memusatkan semua konsentrasi. Memperhatikan secara seksama kedua tangan kakek di hadapannya. "Mara bahaya bisa muncul dari segala arah," tutur sesepuh tersebut mengulurkan tangan ke depan sambil membuka telapak, melangkah mendekat. "Ingatlah untuk selalu berwaspada.""Baik, Guru Janardana!" Pemuda itu kembali fokus dan mulai berjalan memutar berlawanan arah dari Janardana. Tatapan murid tersebut awas akan se
Terakhir Diperbarui: 2023-09-14
Chapter: Masa Lalu dan Masa Depan
Rumah kayu itu luluh lantak dilalap api, isak tangis dan teriakan besahut-sahutan di segala sisi. Dalam kemelut asap yang membumbung tinggi, orang-orang berlarian menyelamatkan diri; tak memedulikan apapun kecuali dirinya sendiri.Sembari berlari dengan kekhawatiran, buah hati yang tengah tertidur tersebut terlihat nyaman berada di dekapan kedua tangan ibunya. Napas terengah-engah wanita itu kian memberat, mencoba lepas dari buruan berandalan yang terus membuntutinya.Sampai dia berhenti di suatu celah di sebelah rumah tua, memulihkan tenaganya yang terkuras hampir tak tersisa. Kedua kakinya sudah terasa kesemutan, tak mampu berlari lebih lama. Sedangkan saat dia menoleh ke sebelah, ada sungai dangkal yang mengalir tak terlalu deras dengan sebuah sampan yang tersedia.Tanpa berpikir lebih lanjut dia buru-buru melangkah di tepian sungai, memeriksa keadaan anak kesayangannya. Kedua mata indah kebiruan itu merembes air mata, menetes tepat di muka rupawan bayi yang bereaksi manis sekali,
Terakhir Diperbarui: 2023-09-14
Anda juga akan menyukai
LANTING BRUGA
LANTING BRUGA
Pendekar · Pancur Lidi
3.1M Dibaca
Kaisar Naga Bela Diri
Kaisar Naga Bela Diri
Pendekar · kirito
2.0M Dibaca
Sang Penguasa
Sang Penguasa
Pendekar · SWEET_OWL
668.6K Dibaca
Penakluk Dunia
Penakluk Dunia
Pendekar · Ye Shen
429.5K Dibaca
Pendekar Tengil
Pendekar Tengil
Pendekar · Jajaka
427.6K Dibaca
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status