Unperfect Marriage
“Kenapa?” tanya Bigel saat Hasbi memilih tidak bersuara lagi, tapi fokusnya selalu pada leher Bigel. “Apa yang Mas lihat?”
Hasbi menundukkan kepalanya dan seraya mendekat hingga membuat batasan tipis antara wajahnya dan juga wajah Bigel. “Aku, rindu ini.”
Bigel tidak dapat berkutik untuk sesaat, tapi sekaligus jantungnya berdebar tidak karuan. Menurutnya, bukankah ini kesempatan agar Hasbi semakin terikat padanya?
Cup!
Bigel mencium bibir Hasbi lebih dulu, sekilas untuk membuat adrenalin pria itu semakin menggebu-gebu memakan Bigel.
“Bigel.”
“Jika lebih dari ini, kau mungkin tidak jadi ke kantor lagi.”
“Tidak masalah,” sungutnya dengan napas turun naik menerpa permukaan wajah Bigel.
“Yakin? Bagaimana jika aku menginginkanmu untuk diriku sendiri setelah ini?”
***
Hasbi memejamkan matanya sebentar, laru menatap lembut pada Irasya. “Pulanglah, kepalaku sedang pusing untuk mencerna semuanya. Kita bicarakan nanti saja. Ada yang lebih penting untuk aku urus saat ini.”
Ketika Hasbi hendak berbalik, Irasya menahan lengannya lagi dengan kuat. “I-itu Bigel, kan? S-sesuatu yang penting?”
Tanpa ragu, Hasbi mengangguk sebagai jawaban.
“A-aku hamil, anakmu, Hasbi.”
474 DibacaOngoing