Jejak Luka
Selama dua puluh tahun keberadaannya dilupakan, kini sang ayah datang mengemis maaf.
"Bulek mengerti perasaanmu, Ram. Tapi bagaimanapun juga dia orang tuamu," ucap Lilik ketika sudah berada di dekat Ramon.
"Orang tua? Orang tua apa yang menelantarkan anaknya? Orang tua apa yang hanya mengejar kesenangannya sendiri, tanpa memikirkan nasib anaknya? Dua puluh tahun Bu Lek, dua puluh tahun? Pernah dia peduli padaku? Pernah sekedar nanya kabarku. Pernah? Nggak pernah, Bu Lek. Baginya aku ini sudah mati, Bu Lek. Jadi jangan salahkan kalau aku juga menganggapnya mati."
"Ya, Bu Lek tahu. Ayahmu salah, sangat salah. Tapi lihatlah keadaannya sekarang. Apa kamu nggak kasihan? Kamu nggak iba? Sudah miskin, istrinya sakit pula," ucap Lilik berusaha menyentuh hati Ramon.
"Hh! Iba? Apa dia punya rasa iba ketika ibu memintanya mengantar ke rumah sakit? Apa dia merasa iba melihatku sebatang kara? Nggak kan, Bu Lek?"
Pantaskah seorang penghianat macam ayahnya mendapat maaf? Baca sampai tamat ya, terimakasih ....
103.6K DibacaCompleted