Semua Bab Mempelai Wanita yang Tak Diharapkan: Bab 21 - Bab 23

23 Bab

BAB 21

Tok tok tok..."Nay," suara Dimas terdengar lembut dari balik pintu, diiringi ketukan pelan.Nayara perlahan bangkit dari duduknya di pinggir ranjang, lalu membuka pintu. "Ada apa, Dim?"Dimas tersenyum kecil. "Kamu lagi sibuk nggak?""Enggak kok. Kenapa?""Biar nggak bosen di kamar, kita lihat-lihat sekitar yuk. Sekalian nikmatin udara dingin Puncak."Ajakan itu membuat Nayara terdiam sejenak. Kata-kata Dhirga seakan kembali terngiang di kepalanya. "Jangan dekat-dekat sama Dimas!" Ia ingin ikut, jujur saja, tetapi hatinya dicekam rasa bersalah. Akhirnya, ia menggeleng pelan."Enggak, Dim. Makasih. Rasanya aku pengin istirahat aja."Raut wajah Dimas langsung berubah. Senyumnya memudar, sorot matanya redup, bibirnya sedikit menegang seperti menahan kecewa. Tapi ia tak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk singkat, lalu menutup pintu dengan lembut.Nayara kembali duduk di kasur, memandangi langit-langit kamar yang artistik, tirai jendela yang melambai tertiup angin, dan wangi kayu manis
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

BAB 22

“Paman apa-apaan sih...” Dimas tersipu malu, pipinya bersemu merah, seakan kata-kata pamannya tadi membongkar sesuatu yang selama ini ingin ia simpan rapat-rapat. “Baiklah, Nay, Dim, Paman mau cek dulu persiapan makan malam untuk nanti” ujar Pak Salman dengan senyum hangat lalu meninggalkan mereka berdua di taman. “Baik, Paman,” jawab Dimas sopan. Nayara menoleh ke Dimas, masih menyimpan rasa penasaran. “Maksud Pak Salman tadi apa, Dim? Tentang... menunggu itu?” Dimas terdiam sejenak, matanya berusaha menghindar. “Ah, itu cuma gurauan Paman. Nggak usah dipikirin, Nay,” jawabnya sambil tertawa kecil, meski dalam hatinya bergemuruh hebat. Nayara hanya mengangguk pelan, percaya. Tapi di dadanya muncul rasa yang tak bisa dijelaskan. Malam pun perlahan menyelimuti villa. Di tepi kolam renang, suasana berubah semarak. Para pelayan mondar-mandir menata meja panjang yang dihiasi lilin aroma terapi dan kelopak bunga mawar. Taplak putih gading dibentangkan rapi, dan piring-piring por
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

BAB 23

Byur!Suara air kolam memecah keheningan malam. Sosok lelaki melompat tanpa pikir panjang, menyusul tubuh Nayara yang sudah hampir tenggelam. Dimas berenang secepat mungkin, tangannya meraih tubuh Nayara yang sudah lemas. Dengan tenaga penuh, ia menyeret Nayara ke tepi kolam."Cepat! Tolong angkat!" seru Dimas.Paman Dimas, yang sudah bersiaga, segera membantu mengangkat tubuh Nayara ke lantai tepi kolam. Nayara tampak tak sadarkan diri, wajahnya pucat, napasnya tak terdengar."Nayara! Nay! Dengar aku!" Dimas langsung melakukan pertolongan pertama. Ia menepuk-nepuk pipinya pelan, namun Nayara tetap tak merespons. Dengan tangan gemetar, ia memiringkan tubuh Nayara, memompa dadanya perlahan—satu, dua, tiga kali. Tak ada respons.Dimas menunduk, melakukan napas buatan. Satu tiupan. Dua tiupan. Tangannya kembali menekan dada Nayara, ritmis namun panik.Saat itu, Dhirga melihat apa yang dilakukan Dimas. Matanya membelalak, dadanya naik turun penuh amarah. Tanpa aba-aba, ia menghampiri dan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status