“Kak! Jangan sampai cedera parah!” ucapku. Aku tidak peduli sama Rehan, tetapi aku takut risikonya akan mempengaruhi Asya.Melihat aku hendak maju, Darren langsung memelukku.“Nggak apa-apa. Timo sudah dilatih, dia nggak akan sampai membunuh orang,” kata Darren.Darren tersenyum dan melanjutkan, “Lagi pula, orang seberengsek dia, bahkan Timo pasti jijik buat gigit dia!”Rehan teriak histeris dan terus meneriakkan namaku, “Alia, kita nggak putus! Aku nggak setuju! Kamu pasti berbohong, kamu pasti sengaja buat aku marah ....”Asya mendengus dingin dan berteriak, “Timo, gigit mulutnya!”Wajah Rehan penuh darah.Aku benar-benar takut kalau Rehan terluka parah. Aku berteriak, “Kak, Timo, berhenti!”Timo mendengus, lalu menatapku.Rehan terkulai kesakitan di tanah dan berguling-guling.“Kak, berhenti, nanti beneran ada yang mati!” ucapku.Tiba-tiba, Rehan bangkit. Darah menetes dari mulutnya setiap kali dia berbicara, “Sayang, aku tahu kamu paling sayang sama aku! Ayo kita pulang, kita menik
Read more