All Chapters of Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal: Chapter 1 - Chapter 10

20 Chapters

Bab 1

Hendra Prananta mengerutkan keningnya, berdiri dan pergi ke balkon untuk merokok.Aku menatapnya.Punggungnya yang disinari cahaya, sosoknya yang tinggi dan kurus menyatu dengan asap tipis, tampak kesepian.Setengah jam kemudian, dia masuk dengan senyum paksa.“Ayo ikut aku ke acara Hari Keluarga perusahaan kali ini. Kebetulan minggu ini aku nggak kerja, jadi bisa temani kamu beli beberapa baju.”Perusahaan Hendra sering adakan acara Hari Keluarga. Dulu dia tidak pernah mengajakku pergi. Kadang-kadang, ketika aku bertanya padanya karena penasaran, dia akan mengerutkan kening dan tampak tak sabar.“Itu kegiatan kesejahteraan yang diadakan untuk karyawan biasa, undangannya terbatas. Sebagai eksekutif senior, aku harus mengalah, nggak usah berebut sama mereka.”Saat ini aku ingin sekali tanya padanya.‘Jadi kali ini kita nggak perlu mengalah lagi?’Tapi aku urungkan niatku.Sejak Hendra pindah kembali, ada perasaan berat dan tidak nyaman yang sulit diungkapkan di antara kami.Ya, perasaan
Read more

Bab 2

Pria di belakangku berteriak dengan marah dalam kegelapan, suaranya melengking.“Untuk apa ungkit dia? Untuk apa?”“Aku sudah kembali! Aku dan dia telah terima hukuman yang pantas kami terima! Kamu sudah dapat apa yang kamu inginkan!”“Caroline, kamu mau apa lagi?!”Aku tidak ingin apa pun.Aku cuma tidak tahan dan merasa sedih.Aku cuma ingin merobek topeng palsu yang menutupi hidupku.Aku dan Hendra adalah teman sekelas saat kuliah.Kami bertemu dan jatuh cinta di sebuah acara sekolah, menikah setahun setelah wisuda dan melahirkan putri kami, Melisa Prananta di tahun berikutnya.Semuanya berjalan lancar dan alami.Aku ekstrovert, lincah, ceria dan suka berinteraksi dengan orang lain.Dia introvert dan kemampuan risetnya berada pada level teratas dalam industri ini, tapi karena dia tidak pandai bersosialisasi, kariernya tidak mengalami kemajuan.Aku merasa bakatnya sangat disia-siakan, jadi dengan keterampilanku, aku berhasil mengenal pimpinannya yang bernama Stev Lorenzo, tentu saja
Read more

Bab 3

Setengah tahun kemudian, aku baru melihat nama “Vianie” lagi.Saat itu aku mau buat PPT pidato perwakilan untuk Melisa, tapi laptopku kehabisan baterai. Kebetulan Hendra belum pulang karena ada makan bersama rekan satu departemen, jadi aku nyalakan komputer di ruang kerjanya.Ketika aku lagi cari materi, aku tidak sengaja mengklik folder bersama dan melihat folder bernama [Kesayangan].Hendra adalah orang yang sangat rapi.Di dalam folder tersebut, semua dokumen disusun berdasarkan tahun dan bulan, totalnya 27 dokumen.Intuisiku mulai bergejolak.Sebelum aku lihat folder ini, aku tidak pernah nyangka Hendra bakal diam-diam berselingkuh.Sama sekali tidak pernah.Tapi pada saat itu, saat aku menggerakkan mouse ke salah satu dokumen, bersiap untuk mengkliknya, tanganku bergemetar tanpa sadar.Aku pun duduk diam sambil melihat selama dua jam.Folder [Kesayangan] itu mencatat kisah cinta yang samar, tapi penuh gairah antara seorang pria dan seorang wanita selama dua tahun tiga bulan.Merek
Read more

Bab 4

Bulan September baru saja lewat, tapi hawa panas akhir musim kemarau masih terasa di bumi.Tapi aku malah duduk di ruang kerja, merasa kedinginan di sekujur tubuh, seakan-akan berada di ruang bawah tanah yang terbuat dari es.Aku bergegas keluar dalam keadaan linglung.Aku masih tidak percaya Hendra akan mengkhianatiku. Aku masih merasa semua yang ada di komputer itu palsu.Pasti ada orang dengan rencana jahat yang mau memfitnah!Aku meneleponnya, tapi tidak diangkat.Dia bilang, ada acara makan bersama rekan, jadi aku pergi mencarinya di setiap restoran.Aku bersikeras mau tanya pada Hendra saat itu juga.Meminta kejelasan.Kemudian aku temukan Hendra di sebuah restoran daging panggang. Di mejanya, sekumpulan orang tampak ngobrol dengan senang.Sementara dia duduk di ujung meja dengan senyum tipis di bibirnya, tampak seperti pria sukses yang selalu lembut, anggun dan ramah.Di sebelah kanannya duduk seorang wanita berambut panjang dan mengenakan gaun putih.Matanya sebening air, tampa
Read more

Bab 5

Aku bahkan tidak pernah biarkan dia minum setetes alkohol pun.Dengan susah payah aku bantu dia jaga kesehatan pencernaannya.Tapi saat ini, agar “Kesayangannya” tersenyum, dia minum bir tanpa ragu.Tiba-tiba aku tidak tahan lagi.Ternyata saat orang sangat marah, mereka tidak mampu tetap tenang, berpikir rasional atau pertimbangkan untung ruginya.Dengan otakku yang bergemuruh, aku menyerbu maju.Merebut gelas dari tangan Hendra dan membantingnya ke lantai.“Bajingan!”Aku berteriak.Hendra menatapku dengan kaget.“Ah…”Vianie tampak ketakutan, dia mundur dua langkah dan terjatuh. Secara tak sengaja, panci berisi kuah mendidih di sebelahnya pun ikut jatuh, minyak panas memercik ke wajah dan dahinya.Dia berteriak.Hendra terkejut dan berteriak, “Vianie!”Semua orang berkumpul di sekelilingnya.Tiba-tiba bahuku terdorong dengan kekuatan yang dahsyat.Aku kehilangan keseimbangan, tersandung dan jatuh, dahiku terbentur sudut meja.Salah satu anak muda menatapku dengan tajam.“Dari mana d
Read more

Bab 6

Tiba-tiba aku berubah dari Caroline yang optimis, ceria, antusias dan ramah jadi orang gila yang sarkastis dan kasar.Hendra saat ini menatapku seolah-olah dia sedang menatap orang gila.Aku makin marah, mengambil bantal dan melemparkannya ke mukanya.“Pergi!”Hendra perlahan merapikan rambutnya yang berantakan, lalu berdiri, suaranya sudah tenang.“Sekarang kamu sedang emosi, nggak bisa berkomunikasi dengan tenang. Jadi mending aku pergi dulu.”“Hardi Wijaya sudah minta maaf padaku karena sudah dorong kamu. Ini juga bukan salah dia. Dia nggak kenal kamu, lagian kamu tiba-tiba datang, buat Vianie terkejut hingga dia terluka. Dia cuma mau bela Vianie.”“Dahi Vianie juga ada bekas luka bakar, tapi dia nggak berniat minta kamu tanggung jawab, jadi jangan khawatir.”“Pokoknya, masalah ini nggak seburuk yang kamu kira. Kamu tenangkan diri dulu. Kalau kamu benaran nggak bisa lupakan ini, aku bisa terima apa pun hukumanmu.”Dia membungkuk, memungut bantal dan meletakkannya di tempat tidur, la
Read more

Bab 7

Melihat aku abaikan dia, dia perlahan meletakkan termos itu dan berjalan keluar tanpa suara.Beberapa kali Melisa meneleponku, tanya kapan aku akan pulang dan bilang makanan yang dimasak ayahnya sangat tidak enak.Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa…Sehari sebelum aku keluar dari rumah sakit, aku tiba-tiba ingin pergi ke taman kecil di lantai bawah untuk hirup udara segar.Di sana aku kebetulan melihat Vianie dan Hendra.Vianie pakai baju rumah sakit dan Hendra memegang dua kotak makan, mereka bicara dengan suara pelan.Mereka berdiri berhadapan, angin sepoi-sepoi dari belakang meniup rambut panjang Vianie, membuatnya berkibar di wajah dan bibir Hendra.Hendra berdiri diam, membiarkan rambutnya sentuh wajahnya dengan lembut.Itu seperti hubungan tak terucapkan yang mesra.Setelah beberapa saat, dia tundukkan kepalanya dan memberikan satu kotak makan ke Vianie.Angin membawa bisikan Vianie, “Kakak!”Otakku tiba-tiba berdengung dan aku bergegas menghampiri.Saat Hendra lihat pupi
Read more

Bab 8

Hendra baru pulang ke rumah dua hari setelah aku keluar dari rumah sakit.Melisa dibawa ke rumah neneknya dan aku duduk sendirian di meja makan sambil makan semangkuk mie vegetarian.Dia lepas jaketnya, ganti sepatunya, melirik ke arahku dan berkata dengan tenang dia akan pergi ke luar kota untuk rapat selama dua hari ke depan.Aku terus makan mie, tak menanggapi.Tiba-tiba dia mencibir, “Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kami nggak sekotor yang kamu kira. Kalau nggak percaya, kamu bisa periksa berita di akun publik rapat itu. Ada foto-fotoku saat bicara di sana.”Aku habiskan suapan terakhir dan pergi ke dapur untuk cuci piring.Saat keluar, aku melihat dia duduk di sofa sambil menyilangkan kaki dan tangan, ekspresinya tampak serius.“Caroline, keadaan sudah jadi gini, kita perlu bicara.”Akhirnya aku menatapnya.“Ayo bicarakan.”Dia sedikit mengerutkan dahi, lalu setelah beberapa saat, dia melanjutkan, “Masalah ini… Aku akui aku salah, tapi reaksi dan perilakumu akhir-akhir ini sudah
Read more

Bab 9

“Oh.”Dia menatapku dan menghela napas. “Setelah masalah ini selesai, kita bakal tetap menjalani hidup dengan baik. Aku bakal segera dipromosikan jadi wakil ketua, masa depan kita cerah.”“Telepon saja.”Suara Vianie terdengar bergetar karena gembira.“Kakak, gimana kamu tahu aku lagi kangen...”“Vianie.” Hendra memotong pembicaraannya, suaranya sedikit bergetar, “Caroline ada di sampingku. Dia mau minta maaf padamu atas semua yang telah dilakukannya selama ini. Dengarkan saja dia.”Ada keheningan di ujung telepon dan suaranya menjadi tenang.“Sebenarnya, aku nggak apa-apa. Pak Hendra, tolong jangan bahas cerai lagi. Asalkan kakak ipar nggak anggap hubungan kita terlalu kotor, aku sudah puas.”Hendra menyerahkan telepon padaku dan menatapku dengan serius.Aku menerimanya, dan berbicara dengan nada hangat.“Nona Vianie.”“...Halo, Kakak Ipar.”Aku tersenyum dan mengucapkan kata per kata.“Kalian masih berani mau dengar aku minta maaf?”“Kalian lakukan perzinahan dengan kedok cinta tanpa
Read more

Bab 10

“Kalau ini yang kamu mau, maka kamu berhasil.”Setelah berkata demikian, dia tersenyum sinis, mengemasi barang-barangnya dan pindah ke rumah ibu mertuaku.Keesokan paginya, ibu mertua dan saudara iparku menggedor pintu rumahku.“Caroline, kamu keterlaluan! Kamu terlalu kejam hanya karena masalah sepele gini. Kamu jelas tahu seberapa besar usaha kakakku dalam kariernya hingga saat ini! Di mana hati nuranimu?” Saudara iparku sangat marah.“Caroline, Ibu sangat kecewa padamu. Bisa-bisanya kamu khianati Hendra di saat penting kariernya. Bukannya suami istri harusnya jalani hidup bahagia dan menderita bersama. Ibu nggak nyangka kamu begitu kejam pada suamimu, bahkan nggak peduli pada cinta antara kalian?” Ibu mertuaku bertanya.Aku tampak tenang.“Cinta di antara kami? Emang dia peduli? Kalian mungkin nggak percaya, tapi dia bahkan suruh aku untuk minta maaf pada wanita itu. Bukan aku yang sebabkan konsekuensi ini, melainkan Hendra sendiri. Kalau dia punya nyali untuk selingkuh, dia harusny
Read more
PREV
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status