Home / Thriller / Samaran Terakhir / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Samaran Terakhir: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

PERANG BAYANGAN

1. Persiapan Perang Adrian berdiri di depan meja dapur apartemen Elena, menatap peta yang terbentang di atasnya. Berbagai foto, catatan, dan skema terpampang jelas—semuanya berpusat pada satu nama: Keluarga DeLuca. Elena duduk di sofa, mengamati ekspresi serius Adrian. "Apa langkah pertamamu?" tanyanya. Adrian menghela napas. "Aku perlu tahu seberapa besar kekuatan mereka di kota ini. Jika Lorenzo datang menemuimu sendiri, berarti mereka punya pengaruh yang cukup kuat di sini." Elena mengangguk. "Aku bisa mencoba mencari informasi dari dalam kepolisian. Mungkin ada catatan transaksi mencurigakan yang mengarah ke mereka." "Tidak cukup." Adrian menatapnya. "Aku butuh seseorang yang bisa memberikan informasi langsung. Seseorang dari dunia mereka." Elena berpikir sejenak. "Ada satu orang yang mungkin bisa membantu." "Siapa?" "Mantan informan Marco. Namanya Silvio Romano. Dia dulu bekerja untuk Santoro, tapi setelah kematiannya, dia menghilang. Jika dia masih hidup, dia pa
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

API DALAM BAYANGAN

1. Balas Dendam Dimulai Dua jam setelah penculikan Giovanni DeLuca, Adrian dan Elena tetap siaga di gudang tua yang mereka jadikan markas sementara. Giovanni duduk di kursi dengan tangan terikat di belakangnya. Mulutnya berdarah akibat perlawanan sebelumnya. Elena menatapnya tajam. “Ayahmu pasti sudah menggerakkan seluruh pasukannya sekarang.” Adrian berdiri di sampingnya, mengamati layar ponsel. Dia telah memasang beberapa pemantau frekuensi radio untuk mengawasi komunikasi DeLuca. “Lorenzo tidak akan tinggal diam,” gumam Adrian. “Tapi kita juga tidak akan.” Tiba-tiba, suara alarm dari pemantau frekuensi berbunyi. Adrian segera melihatnya. “…Pasukan mereka sudah di jalan,” katanya pelan. “Mereka mengirim empat SUV bersenjata penuh. Lima belas orang. Mereka tidak main-main.” Elena menggertakkan gigi. “Mereka tidak akan datang untuk negosiasi.” Adrian menatap Giovanni. “Ini adalah kesempatanmu untuk tetap hidup. Katakan di mana kelemahan mereka.” Giovanni menyeringai
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

PERTEMPURAN TERAKHIR

1. Menuju Sarang Musuh SUV hitam melaju di jalanan sepi menuju vila Lorenzo DeLuca. Adrian duduk di kursi pengemudi dengan tatapan tajam, sementara Elena di sebelahnya memeriksa amunisi. Giovanni DeLuca masih terikat di kursi belakang, sesekali menggerakkan pergelangan tangannya, mencoba mencari celah untuk meloloskan diri. "Seberapa kuat pertahanan vila ayahmu?" tanya Elena tanpa menoleh. Giovanni terkekeh kecil. "Kalian tidak akan keluar hidup-hidup dari sana." Adrian menatapnya sekilas melalui kaca spion. "Kita lihat nanti." Elena menyalakan tablet kecil yang menampilkan peta udara vila DeLuca. "Menurut informasi yang kita dapat, ada dua puluh sampai tiga puluh orang bersenjata di dalam. Kamera pengawas ada di semua sudut, dan sistem keamanannya salah satu yang terbaik." Adrian menggertakkan gigi. "Kita tidak bisa masuk begitu saja. Kita butuh gangguan." Elena tersenyum. "Sudah kupikirkan." Dia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu. Tak lama kemudian, layar menamp
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

 Menuju Sarang Musuh

Menuju Sarang MusuhSUV hitam melaju kencang di jalanan sepi menuju vila Lorenzo DeLuca. Adrian duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi tajam dan rahang mengeras, sementara Elena di sebelahnya sibuk memeriksa amunisi senjata mereka. Di kursi belakang, Giovanni DeLuca masih terikat, sesekali menggerakkan pergelangan tangannya, mencari celah untuk meloloskan diri."Seberapa kuat pertahanan vila ayahmu?" tanya Elena tanpa menoleh.Giovanni terkekeh kecil, matanya penuh ejekan. "Kalian takkan keluar hidup-hidup dari sana."Adrian menatapnya sekilas melalui kaca spion. "Kita lihat nanti."Elena menyalakan tablet kecil yang menampilkan peta udara vila DeLuca. "Menurut informasi yang kita dapat, ada dua puluh sampai tiga puluh orang bersenjata di dalam. Kamera pengawas ada di semua sudut, dan sistem keamanannya salah satu yang terbaik."Adrian menggertakkan gigi. "Kita tidak bisa masuk begitu saja. Kita butuh gangguan."Elena tersenyum tipis. "Sudah kupikirkan."Dia mengetik sesuatu di pon
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

BAYANGAN MASA LALU

Bayangan masa lalu selalu menghantui mereka, terutama Adrian. Setiap malam, mimpi buruk dari pertempuran yang ia lalui terus datang, seolah ingin menenggelamkannya dalam gelombang kesalahan dan darah yang tak pernah bisa ia hapus.Dalam tidurnya yang gelisah, ia melihat dirinya kembali ke masa lalu.Suara tembakan menggema di lorong sempit, bau mesiu bercampur darah menyengat hidungnya. Di depannya, seorang pria terkapar dengan lubang peluru di dahinya—wajah yang pernah ia kenal, kini kehilangan cahaya kehidupan."Adrian... kenapa kau..."Suara serak itu bergetar, dipenuhi keputusasaan sebelum akhirnya menghilang bersama napas terakhirnya.Adrian terbangun dengan napas memburu, keringat dingin mengalir di pelipisnya.Elena yang tidur di sebelahnya langsung terbangun. "Kau bermimpi lagi?" tanyanya dengan suara serak.Adrian tidak menjawab, hanya memijat pelipisnya. Ia tidak perlu mengiyakan—Elena sudah tahu jawabannya.
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

PEMBURU DALAM KEGELAPAN

Mobil hitam itu melaju di jalanan gelap menuju perbatasan kota. Hanya lampu jalan yang redup dan sesekali sorotan dari kendaraan lain yang menerangi malam. Di dalam mobil, suasana terasa mencekam.Adrian duduk di kursi penumpang depan, kedua matanya terus mengawasi jalan, mencari tanda-tanda bahwa mereka diikuti. Elena di kursi belakang, sibuk dengan laptopnya, mencoba melacak siapa yang mengirim pesan anonim tadi.“Tidak ada jejak digital yang bisa ditelusuri,” gumamnya frustrasi. “Mereka menggunakan jaringan terenkripsi. Ini bukan pekerjaan amatir.”Rico, yang mengemudi, melirik ke kaca spion. “Itu berarti kita berhadapan dengan seseorang yang tahu apa yang mereka lakukan.”Adrian menghela napas. “Dan seseorang yang mengenal kita.”Mereka bertiga saling bertukar pandang. Itu adalah kesimpulan yang tidak ingin mereka akui, tapi terlalu jelas untuk diabaikan.“Elena, coba periksa kembali
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

PERBURUAN DI MULAI

Hujan mulai turun, membasahi reruntuhan vila yang telah menjadi kuburan bagi kekuasaan Lorenzo DeLuca. Namun, bagi Adrian, ini bukan akhir—ini hanya awal dari perburuan baru.Dia merobek kertas yang diberikan Matteo dan membiarkannya terjatuh ke tanah, membaur dengan genangan air dan darah. Tatapannya gelap, rahangnya mengeras.“Kita harus keluar dari sini,” kata Rico sambil menoleh ke sekeliling. “Kita mungkin sudah dalam bidikan mereka.”Elena mengangguk. “Aku bisa mencoba melacak Matteo, tapi dia terlalu pintar untuk membiarkan kita menemukannya dengan mudah.”Adrian menarik napas panjang. Dia tahu Matteo tidak akan membiarkan mereka hidup begitu saja. Pria itu adalah bayangan di balik kejayaan Lorenzo, seorang algojo yang selalu beroperasi di belakang layar. Jika Lorenzo adalah kepala mafia, maka Matteo adalah pisau yang selalu siap menebas siapa pun yang menghalangi jalannya.Dan kini, pisau itu diarah
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

PELURU DAN PENGKHIANATAN

Ketegangan memenuhi gudang yang gelap. Hanya cahaya remang-remang dari lampu darurat yang menerangi ruangan besar itu. Senjata tersusun rapi di rak-rak baja, sementara Matteo berdiri di tengah, dikelilingi oleh anak buahnya yang bersenjata lengkap.Dari balik bayangan, Adrian dan Elena mengamati dengan cermat. Mereka tak bisa gegabah. Satu langkah salah, mereka bisa mati di tempat.“Berapa banyak orang yang kau hitung?” bisik Adrian pada Elena.Elena mengamati sekeliling. “Delapan orang, mungkin lebih. Tapi yang paling berbahaya adalah Matteo.”Adrian menyeringai. “Bagus. Mari kita beri mereka kejutan.”Tanpa ragu, Adrian melempar granat asap ke tengah ruangan.PLOP!BOOM!Asap tebal langsung memenuhi udara. Teriakan panik terdengar dari para penjaga.“Elena, sekarang!” seru Adrian.Elena bergerak cepat, menembak dua orang yang berad
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

PERANG DI TENGAH KEGELAPAN

Tembakan terus berdentum di luar gudang. Peluru menghantam dinding kayu dan logam, membuat serpihan beterbangan ke segala arah. Adrian mengintip dari balik meja dan melihat beberapa pria bersenjata lengkap mendekat dengan taktik militer.“Mereka membawa tim profesional,” gumamnya.Rico sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. “Aku butuh waktu lima menit untuk mengakses kamera di sekitar sini. Kita harus tahu jalan keluar.”“Elena, kau ke sisi kanan. Aku akan menahan mereka dari kiri,” perintah Adrian sambil mengisi ulang magazinnya.Elena mengangguk dan berlari ke posisi. Saat dua orang mendekat ke pintu gudang, Adrian melompat keluar dari perlindungan dan melepaskan dua tembakan cepat.DOR! DOR!Dua musuh tumbang.Namun, lebih banyak yang datang. Mereka menyebar, mencoba mengepung.“Elena, lempar granat asap!” teriak Adrian.Elena meraih granat asap dari sabuk
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

NERAKA DI BAWAH TANAH

Mereka tiba di sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat persembunyian sementara yang telah disiapkan Rico. Dinding beton retak dan lampu berkedip-kedip, memberikan kesan suram pada tempat itu.Adrian berjalan mondar-mandir dengan wajah tegang. Dia tahu Matteo tak akan berhenti sampai mereka mati.“Kita harus serang duluan,” katanya.Elena duduk di atas peti kayu, membersihkan senjatanya. “Dan ke mana kita akan menyerang?”Rico mengangkat kepala dari laptopnya. “Markas Matteo ada di bawah tanah, tepatnya di bunker tua peninggalan Perang Dunia II. Sistem keamanannya canggih, tapi ada celah.”Adrian mendekat. “Celah apa?”Rico mengetik cepat. “Terowongan pembuangan di bagian barat. Itu jalur keluar darurat mereka, tapi kita bisa masuk dari sana.”Elena menyeringai. “Jadi kita menyelinap seperti hantu?”Adrian menggertakkan gigi. “Tidak. Kita masuk sep
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status