Semua Bab Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!: Bab 11 - Bab 16

16 Bab

Bab 11

Lima tahun kemudian…“Ada apa, Bi?” tanya Nafeeza cemas lewat sambungan telepon. Tangannya masih menggenggam nampan berisi pesanan, napasnya tersengal, wajahnya pucat. Di tengah kesibukannya sebagai pelayan di sebuah kafe kecil di pinggiran Kota Bandung, kabar itu membuat jantungnya berdegup tak karuan.“Danis pingsan, Bu,” jawab Bibi Rara panik dari seberang. Suaranya tergesa, diiringi isak tangis anak-anak di latar belakang.Nafeeza nyaris menjatuhkan nampan dari tangannya. “Sekarang di mana? Sudah dibawa ke klinik?”“Sudah… Kami di klinik dekat rumah. Tapi, Bu... dokter bilang Danis harus segera dibawa ke rumah sakit besar. Sepertinya ada masalah lagi dengan jantungnya…”Waktu seolah melambat.Danis. Putra kecilnya. Satu-satunya alasan Nafeeza bertahan hidup selama lima tahun terakhir. Anak yang lahir dari cinta yang tak pernah padam, cinta antara dirinya dan Arfan.Tanpa pikir panjang, Nafeeza melepas apron dan berlari keluar kafe sambil berseru ke arah manajer, “Saya harus pergi!
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 12

Dengan senyum palsu dan langkah gontai, Nafeeza kembali ke dapur kafe setelah insiden memalukan itu.Suara riuh pengunjung masih terdengar di belakangnya, namun hatinya telah hancur berkeping-keping. Tangannya gemetar saat mencoba menata ulang gelas dan piring yang pecah. Manajer sempat melirik tajam, tetapi tidak mengatakan apa-apa, mungkin karena menyadari siapa yang barusan mempermalukannya.Beberapa jam kemudian, setelah shiftnya berakhir, Nafeeza berjalan pulang ke rumah sakit. Malam sudah larut. Langit mendung, dan udara dingin menusuk hingga ke tulang. Hujan rintik-rintik mulai turun saat ia tiba di ruang rawat Danis. Di dalam, Bibi Rara tertidur di kursi, sementara Danis masih terbaring lemah, namun senyumnya merekah saat melihat sang ibu datang.“Mama…” gumam Danis pelan.Nafeeza segera mendekat, menggenggam tangan kecil itu, menahan air mata yang hendak jatuh. “Iya, Nak. Mama di sini…”Danis menatap langit-langit. “Tadi aku mimpi ketemu Papa. Dia marah…”Nafeeza tercekat. “P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 13

Nafeeza perlahan mengangkat wajahnya. Cahaya remang bar memperjelas kelelahan di matanya, pipi tirusnya, dan luka batin yang tak mampu ia sembunyikan.“Kamu mengenalnya, Bos?” tanya salah satu teman Arfan.Arfan tidak langsung menjawab. Pandangannya terpaku pada Nafeeza, seakan dunia di sekitarnya berubah menjadi sunyi.Nafeeza mengerjap pelan, mencoba berdiri tegak meski tubuhnya gemetar. Ia merasa seluruh dirinya ditelanjangi oleh tatapan-tatapan asing yang mulai memperhatikan mereka.“Apa kamu mengenalnya, Bos?” ulang temannya, kali ini dengan nada penasaran, menangkap ketegangan aneh di antara keduanya.Arfan menarik napas dalam, lalu mengalihkan pandangan sejenak.“Dia... hanya seseorang dari masa lalu,” jawabnya datar. Namun nada suaranya terdengar berat, seperti menahan badai yang siap meledak.Temannya tertawa kecil, tidak menyadari betapa rapuh suasana itu.“Wah, mantan, ya? Selera lo dulu beda banget, Fan. Dari istri model ke..”“Diam,” potong Arfan. Suaranya dingin dan mema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab 14

Jantung Nafeeza seolah berhenti berdetak sejenak. Ia menatap layar ponselnya dengan mata membelalak, lalu tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Sepatu hak tingginya tak lagi ia pedulikan, hingga akhirnya terlepas di tengah jalan. Nafeeza terus berlari dengan kaki telanjang, menyusuri trotoar malam yang dingin dan kasar. Hanya satu hal memenuhi pikirannya: Danis.Putranya.Darah daging yang selama ini menjadi alasan ia bertahan hidup di tengah kerasnya dunia.Sementara itu, di dalam mobil mewah yang terparkir tak jauh dari bar, Arfan duduk diam dengan tatapan kosong. Di sampingnya, Randy tampak gelisah.“Fan… gue tahu lo syok. Tapi tadi lo kelewatan,” ucap Randy hati-hati.Arfan tak menjawab. Dalam benaknya, wajah Nafeeza terus berputar. Bukan Nafeeza yang tadi di bar, melainkan Nafeeza yang dulu, yang tersenyum hangat setiap pagi, yang selalu menyambutnya pulang dengan pelukan. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi rasanya seperti menelan bara api.“Arfan, lo denger gak sih?” seru R
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab 15

Perawat yang baru kembali dari ruang administrasi menghentikan langkahnya. Ia tampak ragu, menatap Nafeeza, lalu beralih kepada Rafa. Ketegangan yang membeku membuat waktu terasa melambat.“Arfan,” Nafeeza akhirnya bersuara. Suaranya pelan namun penuh ketegasan. “Kau tidak punya hak menghentikan ini!”“Siapa bilang aku tak punya hak? Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kalau kalian nekat membantu anak itu, bersiaplah, rumah sakit ini bisa tutup!”Perawat itu menunduk ketakutan, melangkah mundur perlahan. Nafeeza menatap Arfan dengan mata memerah. Namun sorotnya tajam, tak lagi takut, tak lagi ragu.“Siapa Anda? Berani sekali bicara begitu!” seru Rafa, tatapannya menusuk.Arfan mendongak, menatap Rafa dengan sorot penuh gengsi dan kemarahan. “Aku donatur terbesar rumah sakit ini. Tanpa aku, semuanya bisa ambruk dalam semalam, termasuk kamu, Dokter, atau siapa pun kamu.”Namun Rafa tidak mundur. Ia berdiri tegak, bahkan melangkah lebih dekat.“Aku di sini bukan untuk tunduk pada an
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 16

Rafa menepuk bahu Arfan pelan. “Terima kasih… karena telah memilih sisi yang benar.”Dari ujung lorong, suara langkah cepat tim medis mulai terdengar. Nafeeza berdiri perlahan, menggenggam tangan Rafa erat.“Terima kasih… sudah bertahan,” ucap Rafa padanya.Nafeeza mengangguk pelan, masih terisak. “Kalau bukan karena kamu, mungkin Danis sudah tak punya harapan.”Rafa tersenyum tipis. “Kita belum selesai. Sekarang, waktunya menyelamatkan dia.”Pintu ruang operasi terbuka. Dua perawat mendorong ranjang tempat Danis berbaring. Wajah kecil itu pucat, tubuhnya dipenuhi selang, dan napasnya tersengal. Nafeeza menunduk, mengecup kening anaknya, menahan tangis yang nyaris pecah.“Kamu harus kuat, Nak… Mama di sini, Mama nggak akan ke mana-mana,” bisiknya.Rafa memberi isyarat, dan tim medis segera membawa Danis masuk ke ruang operasi. Pintu tertutup dengan suara berat yang membuat Nafeeza tersentak. Kini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu… dan berdoa.Arfan masih berdiri di lorong, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status