Home / Romansa / Terjebak Cinta CEO Beristri / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjebak Cinta CEO Beristri: Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

* 21 *

Dia lagi. Rutukku jengkel seraya menundukkan kepala. Mendadak merasa mati gaya.Nia menarik kursi di sampingnya saat Sam tiba di meja kami. “Silahkan duduk Mas.” kata Nia lembut pada Sam.Sam duduk, aku masih tertunduk, entah mengapa aku tidak memiliki keberanian untuk mengangkat wajahku dan melihat Sam. Padahal aku sadar benar, di sini yang salah adalah Sam, bukan aku.“Mas mau makan?” tanya Nia perhatian.“Tidak,” jawab Sam."Mas sudah makan?” tanya Nia lagi."Kamu tanya Mala saja!” jawab Sam datar.Terkejut aku reflek mengangkat wajahku dan saat itu tatapan panikku beradu dengan tatapan Sam yang jelas terlihat usil menyebalkan! Sam pasti tengah menertawakanku di dalam kepalanya!"Hah?” aku gelagapan.Aku memang tahu, tadi Sam sudah makan di kamarku. Tapi kenapa dia harus memperjelasnya kepada Nia? Apa memang seharusnya Nia tahu? Toh bukan aku yang salah! Tapi meski begitu, Nia pasti akan sakit hati dan mungkin dia akan marah juga padaku. Memang akan lebih baik untuk jujur daripada
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

* 22 *

Langkah kami terhenti di pintu masuk store, saat seorang Beauty Advisor yang terlihat rapih dan cantik menyambut kami dengan senyum ramah seraya memberi salam dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada."Ada yang bisa dibantu?""Tolong tunjukkan produk make up terbaru yang bagus dan cocok." jawab Sam."Untuk?" tanya Ina berusaha tetap sopan meski terdengar ragu. INA, begitu nama yang tertera di name tag yang tersemat di seragam Beanty Advisor di dadanya.Sam menatap Beauty Advisor itu dan menjawab pertanyannya dengan memutar bola matanya ke arah Nia dan Aku."Oh maaf, baiklah, saya akan berusaha sebaik mungkin merekomendasikan produk-produk terbaik kami untuk..." Ina terlihat sedikit ragu. "Untuk teman-teman Masnya." lanjutnya dengan suara yang dipelankan."Saya bukan temannya." sangkal Nia cepat."Oh, maaf!" Ina terlihat malu dan merasa bersalah, dia menundukkan kepala seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada lagi."Istrinya, Mba!" ralatku."Oh ia maaf! Saya mohon maaf u
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

* 23 *

Kulihat Nia selesai belanja, dia berjalan ke kasir diiringi Ina yang membawa keranjang kecil berisi produk-produk pilihan Nia. Aku tidak tahu, entah Ina melakukannya karena sebagai servis dari pekerjaannya menjadi Beauty Advisor, atau memang karena rasa bersalahnya tadi yang menyebut Nia sebagai teman Sam padahal Nia adalah istrinya. Entahlah. Tapi Sam mengikuti mereka ke meja kasir lantas membayar semua belanjaan Nia.Di sana aku hanya menghembuskan napas berat. "Apa ini perasaan iri?" tanyaku dalam hati, dadaku sedikit berat entah karena apa. "Pasti karena dompetku tertinggal. Jika saja handphoneku tidak mati, aku sudah membeli barang-barang yang kuinginkan dan tidak harus merasa iri." pikirku."Terimakasih, Mas!" ucap Nia seraya mengambil paper bag berisi belanjaannya dari meja kasir. Lantas Nia menghampiriku. Sementara Sam masih di meja kasir.Bersamaan dengan itu aku melihat Mba Beauty Advisor yang tadi menyapaku, dia ke meja kasir dengan membawa keranjang kecil berisi produk-pro
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

* 24 *

“Kita tidak bisa lama, ayo bayar saja dulu yang sudah dipilih! Saya harus pergi, ada pekerjaan mendesak di Jakarta dan harus segera kembali.” kata Sam di bilik kamar ganti yang terdengar sampai ke telingaku. Setelah itu tanpa menunggu jawaban Nia dia berbalik dan keluar dari ruang ganti.Sam melewatiku begitu saja dengan dingin, tapi tidak melihatku sama sekali seolah aku tidak ada di sana."Kenapa Sam marah? Apa dia marah padaku? Tapi kenapa? Rasanya aku tidak melakukan hal aneh atau sesuatu yang salah.” pikirku bingung. "Mungkin memang bukan karena aku, siapa aku sampai harus mempengaruhi emosi Sam! Dia memang gila dan aneh. Jika moodnya sebentar baik sebentar buruk, mungkin itu memang sudah bawaan lahir." kepalaku sibuk berargumen.Aku segera membantu Nia merapihkan beberapa baju yang dipilihnya dan membawanya ke kasir. Sam sudah berdiri di samping meja kasir dengan ekspresi sinis, tapi lagi-lagi seperti tidak melihatku. Sam mengeluarkan kartu dan membayar. Tidak seperti sebelumnya
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

* 25 *

“Mungkinkah istrinya menelepon dan sesuatu terjadi?" Nia mengulangi pertanyaannya.Aku masih tetap diam, tak tahu harus berkomentar apa. Aku berpikir sama, tapi tidak terlalu yakin."Mal?" Nia bertanya lagi, masih menunggu tanggapanku."Aku tidak yakin." gumamku. "Jangan berpikir negatif, pikiran buruk jika terus dipikirkan katanya bisa saja jadi kenyataan." aku mengingatkan.Nia terlihat semakin keruh, jika digambarkan pikirannya pasti tampak seperti benang kusut saat ini."Sudahlah, kamu juga istrinya! Seharusnya Sam tidak bersikap seperti itu terhadapmu apapun alasannya. Tapi memang kita sama-sama tidak tahu masalah apa yang tengah dihadapi Sam, Mungkin memang sedang ada masalah yang tidak bisa Sam ceritakan. Tidak usah diambil hati! Nikmati harimu! Kamu beruntung hari ini bahkan bisa pergi berbelanja ditemani Sam."Nia terdiam. "Ia juga sih." gumamnya kemudian."Sepertinya, secara tidak sadar aku bertindak dengan terlalu banyak melibatkan perasaan." gumam Nia, dia kembali merebahk
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

* 26 *

"Ini belanjaan siapa ya?" seru Nia saat membuka salah satu paper bag belanjaan."DEG!" jantungku berdegup kencang. Pasti Nia membuka belanjaan yang katanya Sam adalah untukku!Aku masih diam pura-pura tak mendengar, pura-pura asyik dengan handphoneku."Rasanya aku tidak beli produk-produk ini deh." Nia meneliti satu persatu produk dalam paper bag yang di bukanya. "Apa punya orang lain kali ya terbawa sama Sam?" tanya Nia bingung, aku masih diam tak menanggapi.Terlihat Nia membuka paper bag lain yang kali ini benar adalah paper bag berisi produk make up yang di belinya. "Nah!" seru Nia lantang. "Ini baru belanjaan aku, yang itu entah belanjaan siapa. Apa aku telepon storenya ya? Khawatir belanjaan orang lain, dan orangnya nyarinn kan?"Aku lantas terduduk dan menatap Nia. Maksud hati ingin melarang, tapi bingung kata apa dulu yang harus kuucapkan!Nia menoleh ke arahku, dan melihat ekspresi bingungku. "Belanjaan kamu, Mal?" tanyanya kemudian.Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ni
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

* 27 *

Aku sampai di rumah saat hampir tengah hari. Memang tidak ke kantor, meski jam kerja sampai jam 4 sore, tapi untuk hari ini masih bisa menggunakan keterangan dinas luar. Besok aku dan Nia baru mulai kembali ke kantor. Keadaan rumah tampak hening, 3 malam kutinggal dan sepertinya tidak ada kehidupan di rumah sejak itu. Kutengok kamar Kayas sangat rapih dan bersih, tampaknya memang dia tidak tidur di sana semalam. Pun dengan kamar tidur, tidak terlihat tanda Ben tidur di sana semalam. Aku berulang kali mencoba menelpon Ben, sejak mau naik pesawat, begitu turun, bahkan saat tiba di rumah, tapi tak ada jawaban. Bahkan tidak tersambung sama sekali. Kemana Ben?Lantas aku mencoba menghubungi ibuku yang berada di desa seberang. Tidak terlalu jauh, tapi sejak awal aku menikah dengan Ben, kita sama-sama sepakat untuk mencoba hidup mandiri dan tidak tinggal di rumah orang tua, baik itu orang tuaku ataupun orang tua Ben. Dengan menggabungkan tabunganku dan tabungan Ben kita berhasil mendapatkan
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

* 28 *

Aku menatap ayah dan ibu bergantian, lalu menatap Ben dan melihat ada pengharapan yang tulus dari sorot matanya. Dan aku lantas menganggukkan kepala menerima lamaran Ben.Ayah dan ibu tahu pekerjaan Ben, dan tidak mempermasalahkannya. Apalagi melihat kesungguhan Ben dalam mempersiapkan pernikahan kami. Aku bahkan ayah dan ibu, hampir tidak melakukan persiapan apapun. Hampir semua Ben yang menyiapkan. Dari mulai gedung pernikahan, catering, pakaian pesta keluarga, sampai undangan dan hantaran pernikahan. Semua Ben yang mengurusnya. Meski begitu Ben melibatkanku dalam memilih segalanya. Ben mengirim referensi gedung pernikahan, dan membuatku memilih salah satu. Pakaian pesta keluarga, Ben juga memintaku menentukan warna. Untuk gaun pernikahan, Ben bahkan mengajakku untuk memilih langsung dan mencobanya. Sampai menu catering dan motif undangan, semua aku yang memilih dan Ben yang mengurusnya. Sementara tanggal acara, di sana Ben melibatkan kesepakatan kedua orang tua dari pihak aku dan da
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

* 29 *

"Ayo sayang, kamu meluncur duluan!” Aku menaikkan Kayas ke ban, dengan patuh Kayas menurut dan terlihat sumringah. "Siap ya!" aku memberi aba-aba, dan terlihat Kayas bersiaga. Setelah memastikan aman, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati. Dan Kayas meluncur dengan berseru riang.Sampai kulihat Kayas tiba di bawah, dia turun dari ban dan melambaikan tangan.Aku menoleh kembali ke anak laki-laki itu yang masih berdiri memperhatikanku.“Mau coba meluncur sekarang?” tanyaku, terlihat kali ini Kayas melambaikan tangannya pada anak laki-laki itu dengan cengiran khasnya yang lucu. Dan akhirnya anak laki-laki itu mengagguk, lalu dengan hati-hati naik ke ban yang kusiapkan."Siap ya!" Aku memberi aba-aba, setelah anak laki-laki itu mengangguk, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati.Dan anak itu meluncur menyusul Kayas. Sampai dia tiba di bawah, anak itu turun dari ban dan menghampiri Kayas yang memang masih berdiri di pinggir arena menunggunya. Dan kemudian, keduanya segera naik untu
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

* 30 *

“Tentu, Kayas maukan memanggilku ayah?” tanya Sam lembut, yang lantas disambut Kayas dengan anggukan pasti.Tanpa menunggu waktu lagi aku menegakkan tubuhku dan segera menghampiri Kayas. Bersamaan dengan itu kulihat Sam kemudian juga menggendong Kayas, dan dia berjalan ke arahku yang juga tengah melangkah menghampiri mereka.“Ayok nak!” kataku, dengan setengah paksa merebut Kayas dari gendongan Sam.Dan saat itu Sam mencondongkan wajahnya ke dekat telingaku serta berbisik pelan namun jelas terdengar di telingaku, “aku tak akan menculik Kayas, kenapa kamu terlihat sangat gugup?!” goda Sam dengan ekspresi jahil.“Maap, Pak! Saya harap Kayas tidak merepotkan Pak Sam." kataku saat berhasil mengambil alih Kayas. "Saya permisi, ijin pamit duluan." ucapku kemudian. "Kayas kita makan dulu ya!” ajakku pada Kayas, dengan maksud untuk menghindari Sam.“Ibu sudah mau selesai mainnya ya?” tanya Bams.Aku menoleh cepat ke arah Bams dan tersenyum, tulus. Karena aku sungguh tidak berpikir untuk pura-
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status