All Chapters of SURGA YANG TAK DIINGINKAN: Chapter 11 - Chapter 20

39 Chapters

Bab 8. Kemarahan Zian

"Mas Zian mana Mbak?" tanya Dahlia sambil mencari sosok yang sangat dirindukan itu."Tidak tahu, tapi tadi Pak Zian menelepon saya menanyakan kabar Ibu dan Bilang akan datang secepatnya ke sini!" jawab asisten itu yang membuat Dahlia semakin kesal. "Pasti Mas Zian mengira aku sengaja masuk rumah sakit, kalau sampai terjadi sesuatu sama anak ini semua itu karena kesalahanmu Mas," batin Dahlia dengan pikiran yang kalut. Dahlia tidak terima Zian pulang ke rumah Rani. Dalam situasi hujan membuatnya jadi panik dan takut sendirian. Sehingga ia mencari cara untuk dapat membuat Zian kembali bersamanya. Tiba-tiba perutnya sakit dan minta diantar asisten berobat. Akhirnya pukul enam pagi, Zian sudah sampai di rumah sakit Dahlia dirawat. Ia melihat istri mudanya itu langsung tersenyum senang, seperti tidak terjadi apa pun."Mas," panggil Dahlia dengan seulas senyum yang mengembang. "Kamu egois Dahlia, selalu saja memanfaatkan kehamilanmu!" sahut Mas Zian sambil menatap Dahlia dengan tajam.
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 9. Tinggal Bersama Maduku

"Baiklah, Mas boleh bawa Dahlia ke rumah!" sahut Rani mengizinkan. "Terima kasih atas pengertianmu," ucap Zian yang merasa beruntung sekali mempunyai istri sangat pengertian seperti Rani. Setelah mendapat izin dari Rani, Zian kembali menemui Dahlia. Ia menatap istri mudanya itu seraya berpesan, "Baiklah kamu boleh tinggal di rumah Mas, tapi ingat jangan pernah gunakan alasan kehamilanmu untuk menyakiti Rani""Iya Mas," sahut Dahlia sambil mengangguk kecil. "Aku harus tahu kenapa Mas Zian sangat mencintai Mbak Rani," ujarnya di dalam hati.Dahlia sangat senang sekali ketika diperbolehkan tinggal satu atap dengan Rani. Dengan begitu ia bisa bertemu suaminya setiap hari. Ketika sampai di tempat tujuan, wanita itu pun tampak terkagum melihat kediaman yang ditempati Rani jauh lebih besar dari rumahnya. Dengan perasaan yang berdebar-debar Dahlia mengikuti langkah Zian untuk memasuki kediaman itu."Assalamualaikum...," ucap Zian ketika pulang bersama Dahlia dan seorang asisten."Waalaikums
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 10. Dusta

"Tentu saja tidak," jawab Dahlia dengan gugup. "Sikap manjaku selama ini karena bawaan bayi yang ingin diperhatikan dan dekat dengan ayahnya. Apakah perasaan itu salah?" elaknya kemudian. Sambil tersenyum Rani kembali menyahuti, "Tidak salah dan wajar sekali, tapi tolong mengertilah posisi Mas Zian yang harus bekerja dan membagi waktu," sambungnya kemudian. Mendengar itu Dahlia serasa ditampar, akan keegoisannya yang telah memanfaatkan anak itu. "Maaf aku mau kembali ke kamar dulu . Takut masuk angin, kalau kelamaan di luar," pamit Dahlia yang enggan melanjutkan pembicaraan itu. Setelah bicara dan menatap Dahlia secara langsung. Rani dapat menyimpulkan, kalau wanita itu sangat mencintai Zian. Sehingga membuatnya semakin takut, kehilangan cinta suaminya suatu hari nanti. "Ya Allah, aku sangat mencintai Mas Zian. Tolong jangan pisahkan kami!" doa Rani di dalam hati sambil melihat senja. Ia tidak mau cinta Zian suatu hari nanti seperti senja yang hilang dipeluk malam. ***Beberapa
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 10a. Aku Harus Pergi

Rani kemudian menceritakan awal kisah cintanya dengan Zian. Selain itu masa-masa sulit diawal pernikahannya mereka. Hingga suaminya bisa sukses menjadi seorang kontraktor seperti sekarang ini. Mendengar cerita Rani, membuat Dahlia terenyuh. Ia merasa bersalah telah hadir di antara mereka. Tanpa wanita itu sadari ada rasa sesal yang mulai tumbuh di hatinya. Namun, ia tetap yakin cintanya kepada Zian bukanlah sebuah kesalahan.Tiba-tiba ponsel Rani berdering, sehingga pembicaraan mereka harus terhenti. "Halo Mas," ucap Rani yang mendapat telepon dari Zian."Halo sayang, apa kabar? Maaf baru bisa menghubungimu, Mas sangat sibuk sekali," sahut Zian dari seberang sana. "Alhamdulillah .., aku baik. Semoga pekerjaan Mas lancar dan sukses. Aaminn ...," jawab Rani sambil mendoakan. "Terima kasih Sayang, oh ya apakah Dahlia berulah atau merepotkan mu?" tanya Zian dengan penuh perhatian. Rani menoleh ke arah Dahlia dan menjawab, "Lia tidak menyusahkan sama sekali.""Baguslah sudah dulu ya.
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 11. Pertemuan Tak Terduga

Dahlia segera memasukan bajunya ke dalam tas. Tidak lupa ia juga memberitahu Mbak Rara untuk pulang sekarang juga. Setelah itu mereka menemui Rani untuk berpamitan. "Mbak, saya pulang ya. Terima kasih sudah menerimaku dengan baik di rumah ini," ucap Dahlia tanpa berani menatap Rani. Mendengar itu Rani sangat terkejut dan tidak mengerti kenapa Dahlia tiba-tiba memutuskan untuk pulang ke Bekasi."Kenapa mendadak dan tidak tunggu sampai Mas Zian pulang dari luar kota?" tanya Rani dengan heran."Saya berubah pikiran Mbak dan ingin pulang saja," jawab Dahlia tanpa menjelaskan alasan yang sebenarnya. Rani jadi tidak enak hati dan mengira Dahlia marah setelah mereka bicara tadi. "Maaf, kalau ada perkataan Mbak yang menyakiti kamu," ucapnya kemudian. "Mbak tidak salah apa-apa, ini tentang perasaan saja. Saya rasa Mbak mengerti akan hal itu," jelas Dahlia sambil menggeleng.Kalau sudah menyangkut soal perasaan, Rani tidak bisa menahan Dahlia lagi. Jujur ia juga tidak nyaman tinggal seruma
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 12. Bukan Wanita Simpanan

Rani tampak menghela nafas lega melihat Zian dan Azka berpapasan. Ternyata mereka tidak saling mengenali. Ia kemudian menyambut kedatangan suaminya. "Kok mendadak pulang, Mas. Pasti kepikiran Dahlia ya?" tebak Rani setelah menyalami Zian. "Nggak kok, aku sengaja ngasih kamu suprise," jawab Zian yang membuat Rani tersenyum mendengarnya. "Tadi Mas lewat terus lihat mobil kamu, jadi mampir deh!" ujarnya menjelaskan. "Tadi cafe ramai dan Laras tidak masuk jadi aku harus datang. Kita ngobrol di atas saja yuk, sekalian Mas isirahat!" ajak Rani yang dijawab anggukan oleh Zian. Ia kemudian membuatkan minuman segar dan cemilan untuk suaminya. "Terima kasih Sayang," ucap Zian ketika Rani membawakannya segelas ice lemon tea. Ia kemudian mengambil dan menyeruputnya dengan perlahan. "Aku masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba Dahlia memutuskan pulang ke rumahnya Mas," ujar Rani sambil duduk di samping Zian.Sambil mengernyitkan dahinya Zian pun berseru, "Jujur sama aku, pasti Lia berbuat ulah
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 13. Foto di Galeri

Keesokan harinya Zian langsung menuju ke rumah Dahlia. Tidak lupa ia membawa buah-buahan sebagai buah tangan. Itu pun atas usul Rani agar Dahlia merasa senang. Namun, ketika sampai di kediaman istri mudanya. Zian tidak mendapati Dahlia di rumah, begitupun dengan asisten. Pria itu mulai gusar karena takut Dahlia berbuat nekat. Tentu saja ia sangat mengkhawatirkan kandungan wanita itu. Zian kemudian menghubungi Dahlia, tetapi tidak diangkat. Justru ia mendengar dengan jelas suara ponsel wanita itu. Setelah ditelusuri ternyata berasal dari dalam kamar. Rupanya Dahlia pergi dan tidak membawa ponsel. Sehingga membuat Zian jadi semakin cemas. "Kamu ke mana Dahlia? Jangan-jangan dia pulang kampung sendiri," tanya Zian yang jadi paranoid. Pria itu bergegas ke luar rumah untuk mencari Dahlia. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika sebuah taksi berhenti di depan rumah. Ia melihat Dahlia turun dari kendaraan itu. "Dari mana?" tanya Zian dengan lega karena takut Dahlia akan berbuat nekat yan
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 14. Mencari Petunjuk

Penemuan foto Dahlia sebelum hamil di laptop Zian, membuat Rani mempertanyakan kejujuran suaminya. Benarkah mereka melakukan perbuatan itu karena khilaf atau disengaja. Rani kemudian mencari foto-foto Dahlia yang lain, tetapi tidak ada lagi. Hanya beberapa saja, selebihnya foto ia dan Zian."Ya Allah, apa mungkin Mas Zian selingkuh sama Dahlia selama ini?" tanya Rani dengan jantung yang berdetak cepat. "Foto itu diambil ketika Dahlia masih kerja. Bisa jadi Mas Zian dikirim oleh seseorang, tapi kenapa tidak dihapus ya?" sambungnya kemudian. Logika dan perasaan Rani kembali berperang hebat karena dua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Bukankah cinta bisa tumbuh karena sering bertemu. Apalagi profesi keduanya cukup dekat. Namun, Rani tidak mau gegabah untuk menuduh suaminya telah berkhianat. Ia harus mencari buktinya dahulu tanpa ada yang tahu, baik Zian mau pun Dahlia."Aku harus cari tahu sendiri kebenarannya," lirihnya yang tidak akan tinggal diam. Malam kian merambat jauh dan Rani
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 15. Sadap

Malam baru saja merambat ketika Rani dan Azka sedang duduk di bangku salah satu taman kota. Tidak jauh dari hadapan mereka, beberapa orang sedang mengambil foto diri. Di bawah lampu-lampu yang berpijar terang. "Permintaanmu itu melanggar kode etik Ran," ujar Azka setelah Rani meminta bantuannya. "Aku yang akan menanggung resikonya," jawab Rani sambil menatap lurus ke depan. Azka kemudian memberikan saran, "Menurutku kamu bicarakan secara baik-baik saja dulu!""Sudah, jawaban mereka sama. Aku hanya ingin tahu kebenarannya saja!" jawab Rani yang menceritakan masalah rumah tangganya secara garis besar saja. Azka menghela nafas panjang dan berkata, "Kenapa kamu tidak menunggu sampai anak itu lahir dulu, kalau tidak sesuai dengan perjanjian baru ambil keputusan!""Kalau Mas Zian terbukti mengkhianatiku, aku akan ambil keputusan sekarang juga. Kamu tahu kan aku paling tidak suka menunggu, kalau ujung-ujungnya akan tetap tersakiti. Sekarang atau nanti sama saja bukan!" sahut Rani dengan
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 16. POV AZKA

Hujan membuatku berteduh di salah satu cafe. Sepertinya enak minum segelas cappucino panas untuk menghangatkan badan. Setelah beberapa jam, entah mengapa aku malas sekali pergi dari tempat ini. Padahal tinggal aku sendiri yang masih duduk. Ketika hendak beranjak, tiba-tiba aku mendengar suara yang amat femiliar. "Hati-hati ya!" pesan seorang wanita pada dua orang pegawai cafe. Jantungku berdetak sangat cepat karena tidak menyangka bertemu Rani lagi di sini. Pertemuanku dengannya bisa dikatakan takdir. Di saat aku sudah melupakan kenangan dan mengubur rasa yang pernah ada. Keadaan cafe yang sepi seolah mendukung kami untuk bertegur sapa setelah sekian tahun tak bersua. Aku segera memesan capucino lagi sebagai cara menyapanya. "Silahkan Pak!" ujar Rani sambil meletakan pesananku. "Sepertinya hujan telah menghapus jejakku dalam ingatanmu," ujar ku mempraktekan salah satu bait dari novel yang pernah kucaba. Aku dulu memang pernah menyukai Rani. Sayang aku telat menyatakan perasaan in
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status