“Papa... Papa...”“Cepat temani aku main balapan. Mama cupu banget.”Kevin refleks berdiri dan menyahut. Saat hendak berjalan keluar, dia tiba-tiba menoleh ke arahku dan berkata, “Aku main sebentar dengan Rio, dia masih anak-anak, sedangkan Nikita...”Aku langsung memotong ucapannya.“Nggak perlu banyak penjelasan. Aku percaya.”Kevin terdiam sejenak, lalu hanya berkata, “Kalau begitu, baguslah.” Setelah itu, dia pun membuka pintu dan pergi.Sejak pertama kali tinggal di rumah ini, putra Nikita sudah memanggil Kevin dengan sebutan 'Papa'.Dulu, aku sendiri pernah mengungkapkan ketidaksenanganku soal ini.Tapi Kevin malah membentakku.“Helen, kenapa kau nggak punya belas kasihan sedikit pun?! Rio masih anak-anak, dia sudah cukup malang karena nggak punya ayah!”Dulu, setiap kali mendengar Rio memanggilnya, ada rasa sesak yang menghantam dadaku.Tapi kali ini, rasanya seolah aku sudah kebal.Aku menyentuh bagian dadaku, lalu tersenyum cerah.Ternyata, kalau sudah memutuska
Read more